Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anakku dan Dirinya Sendiri

29 November 2023   01:59 Diperbarui: 29 November 2023   02:11 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perintah untuk belajar dan hasil pelaksanaannya/dokpri
Perintah untuk belajar dan hasil pelaksanaannya/dokpri

Dia masih kelas 5 Sd. Bersekolah satu atap dengan ibunya memang tidak selalu mudah. Bagi dia dan juga ibunya. Anak menjadi tifak bisa mandiri bahkan seringkali menjadi bukan dirinya sendiri. Di pihak ibu juga sering muncul rasa BAPER (di BAWA PERASAAN).  Jika anaknya mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan, jadilah perasaan muncul. Padahal tidak akan menjadi masalah kalau itu bukan anaknya. Artinya akan biasa-biasa saja.

Ketika si anak kebetulan terpilih menjadi sesuatu yang tidak semua bisa dapat. Pandangan orang pastilah negatif. "Ah, biasalah anaknya guru." Meskipun sebenarnya si anak memang punya prestasi di situ. Sulitnya bersikap netral, membuat pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak menjadi terhambat. Betulkah demikian?

Sebagai guru yang sekaligus orang tua dan kebetulan satu atap dengan sekolah anakku, menghadirkan berbagai kesulitan dalam bersikap. salah satunya bersikap OBYEKTIF. Sisi ini sering menimbulkan rasa BAPER. Menjadi netral memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berusaha untuk netral sih terus dilakukan walaupun sesekali masih tiba-tiba menghilang.

Berbekal ingin membuat anak memiliki prestasi di luar kebanyakan, sengaja aku mengikutkan dia di beberapa les. Bukan mata pelajaran sih, namun les yang mengasah dia terampil. Vokal, Menggambar, bahasa Inggris dan keyboard. Kata orang, salah satu  investasi  berharga dalam hidup adalah pendidikan. Dan itu coba kujalankan.  

Karena kesibukan guru les keyboar, hanya 2 bulan dia mengalaminya. Setelahnya hanya sering pencet-pencet tuts orgen yang kami punya. Ku akui sense of musiknya lumayan dapat. Dia mampu mencari not dari lagu yang dinyanyikannya. Dia pencet-pencet lalu dia tulis dan telingaku mengiyakan hasilnya. Kalau sudah begitu, girangnya minta ampun. 

"Ye..., aku bisa, Bu." begitu teriaknya.

Jadilah seperti itu sampai hari ini. 

Memasukkannya ke les privat vokal berawal ketika dalam acara 17 an di perumahan, dia berani tampil di atas penggung menyanyi lagu "Hari Merdeka". Suaranya jernih dan masih asli, tanpa vibra dan style. Keberaniannya, kepercayaan diri yang tinggi membawanya mendapat surprise penghargaan dari sebuah kafe baru yang berdiri di depan komplek perumahan kami. Spesial dong buat dia dan aku sebagai ibunya. Ditambah lagi dalam acara ramah tamah yang dihadiri warga sekitar dia harus menyanyi lagi. Kali ini 2 lagu yaitu Hari Merdeka dan Indonesia Pusaka. Melihat potensi ini, akupun menawarinya ikut les vokal. Kini suaranya mulai terolah. Guru les vokalnya mengajari banyak hal dan mengajaknya tampil dalam beberapa acara di tingkat kota.

Kusyukuri juga karena beberapa kali tugas gereja, dia sudah turut memberikan suaranya. Ini anugrah dan bonus dari Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun