Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Money

"Warung Nasi Mbak Novi"

8 Februari 2021   22:57 Diperbarui: 8 Februari 2021   22:59 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Nasi Mbak Novi selalu dijaga kebersihannya

Ibu  Novi, demikian aku menyapa beliau. Ibu dari salah satu murid di sekolahku. Kebetulan tahun ini anak pertamanya menjadi murid di kelasku. Seperti layaknya guru dan walimurid sering kali membicarakan perkembangan anaknya. Memutuskan menyekolahkan putranya di sekolah swasta adalah keputusan besar yang diambil keluarga ini. Mereka paham betul konsekuensinya, harus membayar SPP tiap bulan, Ada uang kegiatan untuk penyelenggaraan pendidikan. Semua masih berjalan mudah sebelum pandemi. 

"Suami saya kerja di perusahaan mebel, Bu. Saya jualan makanan rumahan untuk bantu-bantu. Lumayan bisa buat nambah uang belanja." Ceritanya. Hal itu menjadi sesuatu yang baik dan menenangkan. Kemudian datanglah kisah pandemi. Cerita panjang nan dahsyat itu membuat semua berubah.

"Saya tidak bisa jualan lagi, Bu. Biasanya sambil menunggu Deva pulang sekolah, saya jajakan dagangan saya dan pasti habis. Puji Tuhan, banyak yang suka. Ada pepes tongkol, bothok, atau sayur. Kadang saya juga membuat nugget sendiri." Ibu dua anak ini tersenyum mengembalikan suka cita yang pernah ada. Kini semua berubah. Sekolah tak lagi ada murid, artinya tidak ada wali murid yang mengantar dan menjemput bahkan menunggui anaknya sekolah. "

"Selesailah kisah pendapatan saya, bu." Kenangnya.

Warung kopi lengkap denga wifi dan lesehan
Warung kopi lengkap denga wifi dan lesehan

 

 

Mabk Novi, Suami dan ke 2 putranya
Mabk Novi, Suami dan ke 2 putranya

Inilah kisahnya.

Ternyata belum usai kisah pilunya. Tiba-tiba suami saya terdampak covid, perusahaan tempatnya bekerja mulai goyah. Akhirnya kami harus terima, satu-satunya sumber kami terhenti. Suami kena PHK.

 "Dalam doa kami bertanya, tuhan apa yang harus kami lakukan."

 Munculah ide untuk dari suamiku untuk berjualan nasi pecel di depan rumah. Siapa tahu laku. Uang sisa gaji suami sejumlah 700 rb kami gunakan untuk modal. Suami segera membuat bangunan warung di depan rumah. Aku mulai belanja bahan. Ya beras, ya sayur, ya tempe, tahu, jagung, dll. Mulailah aku menyiapkan semuanya dibantu ibuku yang memang tinggal bersama kami.

 

Puji Tuhan, hari itu belum juga beranjak siang jualan kami sudah habis. Bahkan masih saja ada yang menanyakan masakan kami. Ternyata banyak yang suka. Dari awalnya nasi pecel tambah nasi jagung, nasi urap (sayur campur kelapa parut). 

 Warung kecil kami semakin lengkap isinya. Ini karena menuruti permintaan pelanggan. Mereka minta disediakan minuman macam es teh, dan minuman sachet lainnya. 

 "Mbak Novi, jual kopi lah kalau malam." Permintaan tetangga-tetanggaku itu memunculkan ide baru bagi suamiku. Daripada malamnya kosong lebih baik dinmanfaatkan. Jadilah kegiatan jualan kami bertambah. Pagi jualan nasi, malam jualan kopi. 

 Namanya pelanggan ada saja permintaanya. E, ada yang nyeletuk. Kalau ada wifinya pasti tambah ramai dan betah. Jadilah kami memasang wifi.

 Aku dan suamiku menghitung biaya wifi yang harus kami bayar tiap bulan bisakah tercover dari hasil jualan kami. Sebenarnya wifi memang kami butuhkan untuk pembelajaran online putra kami. Akhirnya kami pun memasang internet di rumah. Aku menyisihkan Rp 10.000,- untuk membayar biaya langganan internet. Harus disendirikan agar tidak tercampur lainnya.

 Jadilah kini kami memiliki usaha sendiri. Meskipun kecil tapi mampu menghidupi keluarga kami. Uang yang 700rb itu kini sudah memberikan hasil. Setiap hari memang tidak tentu namun bisa dipastikan kami mendapat penghasilan antara 50-75 rb. Itu sudah di potong modal.

 Sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan. Meskipun harus kerja lebih keras. Bangun lebih pagi dan tidur lebih malam. Aku dan suamiku atur tugas jualan. Pagi sampai jam 12 aku yang jaga warung sambil mendapingi anakku belajar online. Beruntung warungnya ada di depan rumah sehingan bisa wara wiri. Sore sampai jam pukul 21.00 WIB, aku mebantu suamiku menjual kopi. Kemudian suamiku menunggu sampai dini hari. Semakin malam biasanya semakin ramai.

 Itulah hidup kami kini. Keterpakasaan dan himpitan kebutuhan membuat kami menjadi berdaya. Tuhan membantu kami memiliki sumber penghasilan baru. Warung Nasi Mbak Novi menjadi tempat sarapan banyak orang. Kami berusaha melayani dengan senyum. Menerima setiap masukan pembeli. Menjaga kebersihan dan keamanan makanan merupakan cara kami untuk menjaga agar pelanggan tidak pergi. 

 Dengan uang Rp 7000,  mereka sudah bisa maka sepiring atau sebungkus nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Menjaga rasa masakan agar tetap nyaman adalah tugasku. Masakah ndeso itu ternyata digemari banyak orang. Setiap hari nasi yang kami jual habis, bahkan kalau kami menuruti pembeli, bisa tidak berhenti kami memasak. Namun saat ini kami membatasi jam warung nasi sampai pkl 12.00 WIB. Tugasku berikutnya mengecek kegiatan sekolah anakku. Sudah selesaikan seluruh kewajibannya.

Begitulah menjadi Ibu. Tetap berdaya dan mampu menjadi kekuatan bagi suami dan keluarga ketika sedang mengalami percobaan hidup. 

 Demikian kisah Warung Mbak Novi. Benar-benar usaha kecil. Didanai dari uang sendiri dan dikembangkan dengan kekuatan sendiri. Tetap semangat ya Bu Novi. Menjadi ibu dan direktur di warung makannya. Mendol dan dadar jagungnya enak sekali. Apalagi dimakan dengan nasi hangat dan sayur urap. Hmm, masakan ndeso yang selalu dirindukan. (NikenDe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun