Harusnya aku telah mampu
Berdiri setegak karang
Ombak besar menghantam
Tak bergeser sejengkalpun
Asin air laut seakan menyatu
Bershabat dengan batu yang sekian masa dihantam dan dihancurkannya
Harusnya aku menjadi kokoh
Sekokoh pohon mangga di halaman sempit kita
Pohon mangga yang dulu kecil tiada daya
Menumbuhkan daun serasa enggan
Kini berbuah lebah dan tak bergerak meski deru bayu agustus nan kencang menerpanya
Ternyata pagi ini
Terkulai seluruh rindu di rasaku
Tegakku menjadi luruh bersimpuh
Melipat erat hati dan mata
Menahan kuat derai yang tak terbendung
Maaf,
Aku harus berbohong padamu dewi kecilku
Lelaki pusat mimpimu itu memang PERGI
Tidak sedang mengais nafkah seperti tulisku
Namun, sosok itu menghilangkan dirinya bersama sebuah kisah yang lebih seru dan merdu
Maafkan, ibu
Tak mampu menjaganya buat mu
Hingga kau kehilangan derai tawa dan kegembiraannya
Maafkan ibu,
Jika pagi ini menjawab tugasmu dengan sebongkah kebohongan
Karena belum saatnya kau mengerti
Betapa cinta itu memiliki dua sisi tajam
Satu sisi menyenangkan, di sisi lain menyakitkan
Maafkan ibu,
Jika pagi ini menerbangkan lagi air mata untuk cinta dan setia kita