Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kumpul Bocah, Sekolah Baru di Masa Pandemi

8 Juli 2020   20:11 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:09 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rame, itulah yang terjadi di rumah kami. Ragilku menjadi sahabat semua anak di sepanjang jalan depan rumahku. Komunitas baru yang dibangunnya macam-macam. Komunitas bermain lego, komunitas bersepeda, komunitas petak umpet, penyuka yutube tobot, dan terakhir komunitas penggemar game minicraft. Jadwal pelajarannya padat sekali.

Pandemi ini menjadikan mereka memiliki SEKOLAH BARU yaitu LINGKUNGAN SEKITAR. Jadwal sekolahnya lebih panjang dari dibandingkan dengan sekolah formal mereka. Kalau di sekolah ragilku masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00 karena fullday. Namun di sekolah pandemi ini dari pagi sampai malam. Mereka punya ijin belajar sampai pukul 21.00.

Mata Pelajaranannya juga lebih luas dari materi di sekolah. Mereka juga belajar IPA, Agama, IPS, Bahasa, bahkan ketrampilan.

Guru mereka adalah mereka sendiri. Saling bergantian. Tutor sebaya. Meskipun usia peserta didiknya tidak terbatas. Rentangnya mulai dari TK sampai SD kelas 6.

WOW KEREN, itulah yang menempel pada setiap kegiatan ragilku dan teman-temannya. Kisah-kisah mereka menjadi kekayaan tersendiri.

Bangun pagi diapun bersih diri dan rapi. Sarapan yang sudah kusiapkan dilahapnya dengan penuh syukur dan gembira. Makan pagi itu harus dilakukan sebagai syarat boleh bermain.

Sebelum kutinggal berkarya, dia sudah menceritakan RPP nya hari itu. Entah bersepeda, entah main jual-jualan, entah berjalan-jalan di sekitar rumah.

Sebelum aku sematkan berkat keselamatan didahinya, dia selalu menghentikan nasehat yang siap kulontarkan dari bibirku.

"Iya, Bu. Aku harus pakai masker, cuci tangan, dan tidak keluar dari perumahan." Aku membalasnya dengan senyum dan memberinya jempol. Itulah ragilku, sebuah duka yang mengharu biru jika aku melarangnya keluar untuk menemui teman-temannya yang selalu siaga memanggilnya. Anak-anak kecil beragam usia di sepanjang jalan depan rumah kami menjadi teman-teman di sekolah barunya.

Kerajaan Lego di pojok kursi
Kerajaan Lego di pojok kursi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun