Berita keganasan convid 19 semakin membuat kami was-was. Ketika kabar bahwa satu suspect di Solo meninggal, rasa was-was berubah menjadi takut. Meskipun bibir mampu memberi saran untuk tidak panik, tetap tenang, dan lakukan perilaku hidup bersih dan sehat namun dalam hati ngeri juga.Â
Medsos dengan berbagai model pemberitaannya semakin mengacaukan suasana. Status-status tentang perintah meliburkan sekolah menjadikan bayangan convid 19 semakin gelap. Bak awan hitam dengan kilat menyambar ke segala penjuru. Menakutkan dan meresahkan.
"Jawa Tengah sudah libur, jawa Timur kapan ya?" Status pendek itu berseliweran di wall banyak orang. Ig, Wa, fb, penuh dengan keresahan. Sebenarnya pemerintah sudah melakukan tahapan untuk menenangkan massa.Â
Mengeluarkan himbauan dan edukasi agar semua tetap tenang, namun berita peningkatan kasus yang begitu cepat membuat semua seakan tak punya nyali untuk tetap tenang.
Gubernur Jawa Timur, Ibu Kofifah Indar Parawangsa segera mengumpulkan jajarannya dan keluarlah keputusan meliburkan sekolah selama 14 hari. Keputusan itu berlaku sejak tanggal 16 Sampai 29 Maret 2020. Sejarah mencatat kepanikan dan segala upaya memutus penyebaran virus ini.Â
Malam itu pula, yayasan tempat kami bernaung segera mengeluarkan perintah untuk meliburkan sekolah, meskipun surat dari pemerintah kota belum ada. Perintah dari Majelis Pendidikan Keuskupan Malang dibuat dengan berbagai alasan logis dan tepat.Â
Himbauan itu segera menyebar sebagai pengumuman. Kami menyampaikan keputusan itu dengan warning, bahwa ini sebenarnya bukan libur namun belajar di rumah. Kami mewanti-wanti siswa dan orang tuanya tidak melakukan perjalanan dan berlibur.
Libur 2 minggu memang terlihat wow, sesuatu yang langka. Di tengah kepadatan jadwal antara ujian dan menjelang libur puasa ramadhan dan idul fitri, tiba-tiba libur 14 hari.Â
Semua yang sudah diprogramkan berubah. Jadwal ujian praktek, ujian tengah semester, jadwal ujian sekolah, semua off. Semua harus di susun ulang sambil menunggu perkembangan yang belum jelas.
Senin, 16 Maret 2020
Sepi, lengang dan nyaman. Jalanan tanpa kemacetan dan suara klakson orang-orang yang tergesa. Perjalanan dari rumah ke sekolahku yang biasanya membutuhkan waktu 15 - 20 menit kini bisa tuntas hanya dalam waktu 10 menit.Â
Jalanan longgar. Di depan sekolah sepi. Mobil orang tua dan abunemen yang biasanya terparkir di sepanjang jalan depan sekolah, tidak ada satupun. Memasuki gerbang sekolah senyap.Â
Biasanya berseliweran bocah-bocah kecil diantara lalu lalang sepeda motor yang hendak parkir. Pagi ini bersih. Tidak ada anak-anak. Tidak ada motor dan tidak ada asap kendaraan.
Keputusan ini berimbas pada model pembelajaran. Selama 2 tahun ini di sekolah kami sudah mulai menerapkan pembelajaran digital. Media tablet disiapkan untuk mendukung program tersebut.Â
Peristiwa mendadak sebagai akibat penetapan KLB (Kejadian Luar Biasa) Nasional oleh pemerintah menjadikan kami serentak dan bekerjasama memberikan materi pembelajaran online pada siswa. Terjadilah seperti itu. kami mencoba memaksimalkan sarana yang ada. Tugas pembelajaran diberikan secara online.Â
Anak-anak tidak begitu saja bebas TANPA KEGIATAN. Tugas terkirim melalui serat-serat optik dunia maya. Komunikasi dengan wali murid berjalan juga secara online.Jika ada yang kurang dimengerti, anak-anak atau orang tua bisa melakukan vcall. Ah, mirip Pak Jokowi yang melakukan teleconference dengan para menterinya.
Kami pun DIPAKSA oleh keadaan untuk menjadi berdaya menyiapkan segala kebutuhan pembelajaran online. Meskipun sebagian pihak berpikir seharusnya tidak ada yang masuk kerja, tapi kami tetap melakukan kewajiban kami. Keputusan pemerintah untuk tidak mengambil langkah LOCKDOWN, KAMI PATUHI. Keputusan itu, pasti diambil dengan pertimbangan yang matang.
Selasa, 17 Maret 2020
Kota Pasuruan semakin lengang. Jalanan begitu nyaman. Jam-jam padat sekarang tak ada lagi. Para guru masih masuk. Kegiatan PHBS dijalankan. Pagi ini kami sepakat senam pagi di bawah terik matahari.Â
Berharap bisa terhindar dari virus yang semakin menyebar. Sekolah semakin sepi. Gerbang depan kosong. Penjual makanan di depan gerbang sekolah terlihat duduk bersimpuh menunggu pembeli. Bisanya, pagi begini mereka tak terlihat karena dikerumuni siswa dan orang tua yang membeli kue atau makanan buat bekal ketika sekolah.
Semua berjalan terus, tidak ada yang terhenti. Kami kembali mengirimkan tugas-tugas secara online. Hari ini, kegiatan kami adalah belajar membuat video media pembelajaran. Sesuatu yang sangat mustahil kami lakukan bersama ketika ada anak-anak masuk sekolah.Â
Jika anak-anak bersekolah waktu kerja selama 7 jam harus digunakan untuk mendampingi daa mendidik  mereka. Waktu karantina ini membuat kami menjadi bisa berbagi.Â
Satu persatu didampingi oleh seorang teman yang memang mempunyai kemampuan dibidang tersebut. kami pun ternyata mampu membuat video pembelajaran yang menarik. berharap anak-anak semakin tertarik dan belajar dengan senang hati.
Bencana dan sepi ini membuat kami DIPAKSA BERDAYA. Berharap menjadi guru yang mampu menjawab kebutuhan jaman. Menyesali keadaan bukanlah hal bijak. Mengumpat keputusan pemerintah tidak melakukan LOCKDOWN, bukanlah hal yang tepat.Â
Biarlah pemerintah beserta jajarannya melakukan bagiannya. Kita harus patuh pada setiap langkah yang diambil. Tetap melakukan PHBS, Menjauhi tempat-tempat umum dan jaga imunitas tubuh, itulah yang harus kita lakukan.Â
Satu hal yang tak kalah penting adalah bersatu padu dalam doa dan berharap pada yang Kuasa, agar bencana ini segera berlalu. Pray for Indonesia, pray for the word.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H