Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyoal Pidato Nadiem Makarim, Kemerdekaan Belajar di Indonesia

25 November 2019   21:46 Diperbarui: 25 November 2019   21:58 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para guru menjadi petugas upacara pada Peringatan HGN

Selamat Hari Guru Indonesia. 74 tahun merupakan usia yang seharusnya sudah sangat matang. Guru sering dartikan sebagai sosok yang mampu DIGUGU (DIIKUTI) DAN DITIRU (DICONTOH). Harapan yang tercermin dari slogan tersebut kini seakan memudar.

Sebagian besar guru merasa terlalu banyak beban administrasi. Sebagian besar yang lain sibuk mengikuti seminar untuk menaikkan angka kredit. Sebagian yang lain sibuk mengelola TPP yang (maaf) lebih sering dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumtif daripada untuk meningkatkan kualitas SDM. Sehingga seringkali lupa akan tugas utamanya yaitu mengajar dan mendidik.

Dipilihnya Bapak Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sempat diragukan banyak orang.Bahkan di kalangan para guru pun tidak sedikit yang mencibir terhadap penunjukkan Presiden Joko Widodo kepada bos Gojek itu.

Perlahan tapi pasti Mas Nadiem, demikian beliau lebih suka dipanggil di kantornya, mulai melakukan perubahan. Diawali dengan merombak ruangan kerjanya menjadi lebih terbuka, merubah tatanan dalam gaya berpakaian dan dalam berinteraksi dengan banyak orang.

Gaya milenial atau saya lebih senang menyebutnya MBOIS. Up to date. Beliau tertangkap kamera berpenampilan sangat santai meskipun tetap elegan, ketika melakukan perjalanan ke Jawa Timur. Saat itu beliau hendak meninjau langsung gedung SDN Gentong, Pasuruan, Jawa Timur yang ambruk dan memakan 2 korban jiwa.

Terlihat beliau sedang berjalan bersama rombongan di Bandara Soekarno Hatta. Bebaju kaos dan dipunggungnya bertengger sebuah rangsel. Keren banget. Bahkan beliau tidak canggung menyalami beberapa orang yang ada disitu. Capture dari video viral itu pun mengundang senyum, "Menterinya yang mana, ya?"

Tidak hanya penampilannya yang keren. Langkah demi langkah penataan rumah baru beliau membuat banyak pihak tersenyum puas. Meskipun tidak sedikit yang masih mencemooh. Anjing menggonggong Kafilah tetap berlalu, bak pepatah itulah langkah pria yang pernah membesarkan Zalora itu.

Menyoal isi pidato Menteri Pendidikan dalam peringatan Hari guru Nasional. Pak Nadiem menguraikan berbagai kesulitan dan beban tugas guru yang mungkin didapatkannya dari sharing dengan semua organisasi guru saat pertama beliau menjadi menteri.

Paragraf terkahir dari pidato beliaulah yang sangat menarik bagi saya. Kalimat itu berbunyi :Apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, Kapal besar benama Indonesia ini pasti bergerak. luar biasa.

Mas menteri tidak mencontohkan agar guru membuka goegle dan menyuruh muridnya mencari pengetahuan dari sana. Namun suami dari Ibu Franka Franklin ini mengajak para guru untuk melakukan perubahan di kelas SETIAP HARI. Gerakan perubahan yang dianjurkan oleh beliau adalah:

- Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.
- Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas.
- Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.
- Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.
- Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

Dan Nahkoda baru pada perahu pendidikan Indonesia itu sangat yakin, PERUBAHAN itu akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa bagi Indonesia. Sekarang tinggal kita, para guru. Masihkah kita berdiam diri. Masihkah kita hanya menjadi pengajar bukan pendidik. Masihkan kita diam. Diam tanpa gerakkan yang sesungguhnya.

Sepanjang hari hanya duduk di kursi depan kelas, tanpa peduli pada anak-anak istimewa yang dititipkan pada kita. Tidakkah kita mampu berdiri lantas berjalan dan memberi sapaan serta sentuhan lembut kepada mereka yang memang membutuhkan sapaan kita. membutuhkan uluran pertolongan kita.

Mereka dipercayakan kepada kita untuk disiapkan menjadi anak bangsa yang berkarakter Indonesia dan mampu melakukan terobosan demi KAPAL BESAR KITA INDONESIA.

Mari para guru, sudah saatnya kita berdiri dan melakukan gerakan perubahan. Pertama adalah merubah mindset kita, agar siap melangkah  untuk menjadi guru yang sesungguhnya. Saling membantu dan menolong pada sesama guru, tidak malah melibas dan menindas. Kita harus bekerja sama agar cita-cita yang diserukan Bapak Nadiem Makarim tercapai. Menggerakkan Kapal besar kita yaitu INDONESIA.

Selamat Hari Guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun