Mohon tunggu...
Niken N Hapsari
Niken N Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya ingin menjadi pribadi yang mempelajari hal-hal kecil di sekitar. karena dengan begitu saya akan mudah untuk menghargai sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kehilangan Orang Tercinta karena Covid-19

14 Juli 2021   13:20 Diperbarui: 15 Juli 2021   18:07 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo kompasianers dan pembaca sekalian di luaran sana. 

Aku bingung mau memulai dari mana cerita pendek ku kali, sesuai dengan judul "kehilangan orang tercinta". Kalian semua pasti memiliki orang tercinta dalam hidup. 

Dan saat orang tercinta itu pergi meninggalkan kita rasanya semua itu hancur berkeping-keping. Semua impian, harapan, dan semangat seperti lenyap. Tentunya orang tercinta itu tidak sembarang orang yaitu orang tua kita. 

Aku kehilangan ayah tercintaku yang selama ini mengukir setiap kisah dalam hidupku, aku bisa ke dunia mencicipi setiap rasa hidup pahit, manis itu karena sosok ayah. 

Ayah adalah sosok laki-laki yang tergambar cuek, dingin, tidak banyak omong tapi sebenarnya memiliki segudang kasih sayang terlebih untuk putrinya sang buah hati. 

Tepatnya pada tanggal 8 Juli 2021 ayahku berpulang dan istirahat untuk selama-lamanya di rumah Allah Swt. Semua itu mendadak dan membuat aku semua yang ditinggalkan merasa tidak percaya. 

Saat itu sebelum meninggal tiga hari sebelumnya sudah tidak sehat, ayah bekerja bersama rekan bisnisnya yang ternyata diketahui rekan bsinis ayah teridentifikasi positif covid-19, ayah yang tidak tahu mendapatkan kabar setelah melakukan perjalanan dengannya. 

Setelah itu ayah merasakan sekujur badan kurang sehat batu dan pilek, namun karena keluarga ibu sudah lama mendaftarkan ayah untuk segera mendapatkan vaksin dipaksakan untuk melakukan vaksin. 

Ayah sempat menolak, bahkan ibu memberitahukan untuk segera vaksin mengingat ayah bekerja secara mobile/freelance. sebelum itu ayah diingatkan untuk melakukan swab tapi ayah menolak karena merasa ini hanya flu dan batuk biasa. 

Setelah menjalani vaksin dengan kondisi yang kurang sehat ayah tetap melanjutkan bekerja keluar kota. Memang ayah adalah orang yang tidak mudah untuk di berikan nasihat. 

Ayah betul-betul pekerja keras, hal itu yang membuahkan kesalahan terfatal dalam hidup ayah. 

Selama empat hari aku merawat ayah dan ibu karena tiba-tiba selang beberapa hari ibu juga sakit dan jika di lakukan pengamatan itu karena tertular dari ayah. 

Ayah dan Ibu memang sempat melakukan tes swab antigen pada 4 Juli setelah melakukan vaksin dan dinyatakan mereka positif. Ibu berumur 51 tahun dan aku juga adik laki-lakiku lebih dahulu mendapatkan vaksin. 

Setelah itu ayah pada tanggal 1 Juli. Selang waktu itu ayah dan ibu kondisinya makin memburuk. Khususnya ayah yang sudah mulai mengeluhkan sesak di dadanya. 

Ayah adalah perokok berat itu mungkin menjadi memperparah keadaannya. Aku sebisa mungkin mencari-cari rumah sakit dan alat tabung oksigen. Menyayat hati semua menolak rumah sakit yang ada penuh dengan pasien covid dan oksigen telah terpakai semua. 

"Mbak, ayo mba sakit sekali, Ya Allah panas dada"...

"sabar ayah, aku coba mencari semua menolak ayah. istighfar Ayah"...

"YA Allah sakit, panas..."

Hatiku hancur tidak terpikir siapa yang salah hanya satu ayah dapat tertangani, saat mencari batuan banyak sekali kendala driver ojek online tidak ada yang mau semua menolak mengantar melihat kondisi ayah keluarga menjauh tidak ada yang berani. Rasanya panah tombak sudah tertancap ke dadaku dan mulai meusuk sampai ke belakang. 

Kenapa bisa kejadian ini terjadi? 

Aku tidak sempat berpikir siapa yang patut disalahkan jila sekarang aku sudah membaik dan kelaurga bisa menyalahkan kematian ayah dari satu persatu  Aku tidak melakukannya, entah kenapa aku lebih memilih untuk mengikhlaskan ayah pergi dan istirahat, saat ayah pergi ada tanggung jawab lagi yang aku harus jaga ibu yang belum sembuh dan mulai drop dengan kepergian ayah. 

Namun takdir berkata lain tepat pada pukul 15.30 tanggal 8 Juli 2021 ayah berpulang ke rahmatullah. 

Dalam kondisi sudah tidak merasakan sakit. Semua terpukul mendengarnya, masa yang akan datang lebih mebuatku takut. Sekarang tanpa ayah aku harus bisa menjaga ibu dan adik. 

Tanggung jawab besar sudah menanti mengajakku bergabung. Bairkanlah ini menjadi pembelajaran yang pahit, ayah cukup merasakan ketidakadilan di dunia. Allah Swt lebih sayang ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun