29 Maret 2019
Mataku berkaca-kaca di depan gambar ilustrasi yang tertempel di dinding Bangsal Pagelaran, Keraton Yogyakarta. Ada rasa yang menyesakkan dada melihat guratan kesedihan sang raja saat keratonnya dijarah oleh pasukan Inggris pimpinan Raffles.
Masih terekam jelas oleh ingatanku gambar ilustrasi mengenai jatuhnya Keraton Yogyakarta ke tangan pasukan Inggris sampai aku menuliskannya saat ini. Terima kasih aku ucapkan kepada Kompasianer Jogja yang telah membawaku ke Bangsal Pagelaran, Keraton Yogyakarta.
Geger Sepoy (Sepehi)
Peristiwa penyerangan Kraton Yogyakarta oleh tentara Inggris pada 20 Juni 1812 dikenal dengan nama Geger Sepoy. Geger (bahasa Jawa) berarti perang dan Sepoy menunjuk sebuah kawasan di India, asal dari para serdadu bayaran dalam pasukan Inggris. Menurut website Kraton Jogja, tentara Inggris melakukan serangan besar-besaran sejak jam 5 pagi dibantu oleh Legiun Mangkunegaran.
Babad Sepehi juga menuliskan bahwa bagian sisi timur laut benteng Kraton tidak dijaga kuat sehingga pasukan Sepoy dengan mudah meruntuhkannya. Pasukan Inggris kemudian masuk melalui plengkung Nirbaya sampai akhirnya tiba di plataran Bangsal Srimanganti yang membuat Sri Sultan Hamengku Buwono II menyerah. Dengan menyerahnya sang raja maka Keraton pun diubrak-abrik oleh pasukan Inggris dan banyak naskah kuno yang dijarah.
Kenapa Keraton diserang? Jawaban singkatnya sebagai berikut.
Tanah-tanah milik penduduk yang diambil oleh Belanda semasa pemerintahan Daendels, kembali diambil alih Raffles sehingga penduduk kehilangan hak atas tanahnya. Hal ini yang membuat Sri Sultan Hamengku Buwono II geram sampai akhirnya secara terang-terangan mengecam aturan sewa tanah yang diterapkan Raffles. Â
Acara Pameran Naskah Keraton Yogyakarta dan Kembalinya Naskah yang Dijarah Raffles
Dalam acara puncak peringatan 30 tahun Sri Sultah Hamengku Buwono X bertahta, Keraton Yogyakarta mengadakan pameran naskah yang berlangsung sejak tanggal 7 Maret 2019 sampai 7 April 2019.
Bertempat di Bangsal Pagelaran, Pameran Naskah Keraton Yogyakarta bisa dikunjungi sejak pukul 09.00 sampai pukul 21.00. ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan mengunjungi pameran naskah diantaranya tidak diperbolehkan membawa smartphone, kamera dan tas ke dalam ruang pameran.
Pameran naskah ini menghadirkan berbagai naskah kuno dari Perpustakaan Kraton Yogyakarta Widyabudaya, Widyapustaka Pakualaman, Balai Bahasa dan Museum Sonobudoyo. Menurut penuturan guide yang bertugas, ada sekitar 27 naskah asli yang untuk pertama kalinya dipamerkan kepada masyarakat umum.
Naskah-naskah yang ditampilkan disini menceritakan tentang Babad Giyanti (tentang perjanjian Giyanti tahun 1755 yang membelah Mataram menjadi 2 kerajaan yaitu Surakarta dan Yogyakarta), Babad Ngayogyakarta, Geger Sepoy(Spehi), para raja yang pernah bertahta, prajurit Keraton, tembang macapat, kisah pewayangan dan berbagai macam serat salah satunya serat Pawukon yang berisi tentang ramalan.
Tidak  bisa baca tulisan jawa juga tidak menjadi masalah ketika mengunjungi pameran karena ada keterangan kecil yang tertulis di sekitar naskah. Kalau masih kurang puas dengan penjelasan yang ada di dekat naskah, ada para petugas yang siap untuk direpotin, tenang aja.
Sementara itu 75 naskah kuno yang dijarah Raffles dalam peristiwa Geger Sepoy dikembalikan ke Keraton Yogyakarta dalam bentuk digital oleh British Library. Penerimaan secara simbolis dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 7 Maret 2019. Naskah digital ini ditampilkan salam sebuah layar di Bangsal Pagelaran bagian barat. Sebagian besar naskah dituliskan menggunakan huruf Jawa.
Selain naskah, disini kita juga disuguhi ilustrasi geger sepoy, wayang dan lukisan-lukisan yang berkaitan dengan Keraton Yogyakarta. Tidak  bisa baca tulisan jawa juga tidak menjadi masalah ketika mengunjungi pameran karena ada keterangan kecil yang tertulis di sekitar naskah.
Profesor Oman Faturrahman pernah mengatakan bahwa naskah kuno seperti permata yang belum digosok. Untuk menggosoknya itu diperlukan para filolog yang berasal dari generasi muda karena bisa saja naskah kuno merupakan sumber primer bagi penulisan sejarah.
Jadi sebagai generasi muda, tidak pernah rugi ketika mengunjungi pameran naskah kuno seperti Pameran Naskah Keraton Yogyakarta karena disana banyak sekali sejarah yang bisa kita pelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H