Ketika sang surya mulai menampakkan diri, begitu juga aktivitas para warga di sebelah tenggara dusun Gampingan akan mulai menggeliat.Â
Mulai dari petani yang sudah pergi ke sawah, pelajar yang mulai berangkat ke sekolah, dan aktivitas hilir mudik menggunakan kendaraan bermotor yang mulai terlihat di jalanan. Pagi itu kami berbelanja sayur di sebelah tenggara dusun Gampingan, tetapi ketika pulang, kami ingin melewati reruntuhan Candi Gampingan alias agak muter sedikit menuju rumah.
Sebenarnya ini adalah kali kedua kami melintasi Candi Gampingan dan ketika melihat gerbangnya terbuka, kami memutuskan untuk bukan sekedar melintas.
Keberuntungan bersama kami pagi ini karena selain gerbangnya terbuka, ternyata kami juga bertemu dengan pak Muji, seorang pensiunan satpam BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) yang pernah ditugaskan di TWC (Taman Wisata Candi) Borobudur dan Prambanan. Dengan usia yang sudah lebih dari separuh abad, pak Muji masih terlihat bersemangat menjaga kawasan reruntuhan Candi Gampingan yang tidak jauh dari rumahnya.Â
Selain menjaga kawasan reruntuhan Candi Gampingan, di masa pensiunnya beliau ternyata masih" mau dan mampu" menjaga aset-aset milik BPCB yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Reruntuhan Candi Gampingan ini pertama kali ditemukan oleh warga  pengrajin batu bata pada tahun 1995.
Kemudian dilakukan penggalian lebih lanjut oleh BPCB sampai akhirnya ditemukan 3 arca Dhyani Budha, arca Jambhala dan arca Candralokesvara di dalam candi induk. Meskipun atap candi sudah hilang, tetapi pesona reruntuhan candi Gampingan tidak hilang begitu saja.
Selain itu, relief burung mendominasi bagian candi seperti burung gagak yang berparuh besar dengan tubuh kokoh, burung pelatuk dengan paruh runcing dan sayap yang tidak mengembang serta ayam jantan dengan dada membusung menggambarkan bahwa masyarakat saat itu bahwa burung merupakan perwujudan dari para dewa.
Relief lain yang terlihat berupa katak yang dipercaya oleh masyarakat saat itu sebagai pemanggil hujan.Â
Namun sampai saat ini belum bisa diketahui secara pasti apa sebenarnya makna dari relief yang terdapat di Candi Gampingan. Apabila relief ini menunjuk sebagai fabel, bentuk-bentuk relief ini tidak ditemukan di dalam kitab yang memuat fabel. Â
Arca Jambhala disini digambarkan sedang bersemedi dengan duduk bersila dan mata terpejam. Selain itu ada hiasan di bagian tubuh arca berupa bunga teratai dengan 8 helai daun seperti cakra. Sepertinya penduduk saat itu memiliki motivasi memuja arca Jambhala untuk menuju kebahagiaan sejati bukan untuk memohon kemakmuran.
Menurut pak Muji, bagian candi ini tidak hanya yang ada di dalam pagar saat ini. Di sisi luar dekat dengan jalan terdapat bagian dari gapura candi yang sudah mulai sedikit terlihat.Â
Sementara itu bangunan rumah setengah jadi yang menutupi jalan masuk menuju candi Gampingan sudah tidak dilanjutkan lagi pembangunannya. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan di bawah rumah tersebut terdapat bagian-bagian dari reruntuhan Candi Gampingan. Selain itu, sebenarnya pembangunan rumah sudah menyalahi aturan mengenai kawasan milik BPCB.
Mengunjungi reruntuhan Candi Gampingan mengingatkan kita mengenai jalan menuju kebahagiaan sejati. Relief hewan dan tumbuhan di dinding candi seolah ingin memberikan pesan agar kita bisa hidup berdampingan dan selaras dengan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H