Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukit Merak, Peristirahatan Terakhir Para Raja

27 Juli 2018   08:28 Diperbarui: 27 Juli 2018   08:40 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
upacara adat Nguras Enceh. pic : www.jogja.co

Sugeng rawuh ing pasareyan dalem para nata, begitu tulisan yang ada di gerbang pemakaman Imogiri yang artinya dalam bahasa Indonesia kira-kira Selamat datang di makam para raja. " makam digunakan sebagai tetenger (pengingat) akan siapa nenek moyang kita", kata suami saat itu. Sebagai penduduk yang lahir, hidup bahkan sampai berkeluarga di wilayah DIY yang dahulunya merupakan bumi Mataram tidak afdol rasanya bagi jika belum pernah berziarah ke makam para raja di Imogiri.

Makam para raja di Imogiri merupakan makam yang diangap suci, bagaimanapun juga yang bersemayam disana adalah para raja yang pernah memerintah kerajaan Mataram Islam. Ya kerajaan Mataram Islam dikenal sebagai kerajaan besar pada masanya, sudah tercatat dalam sejarah bangsa ini bahwa Sultan Agung dari kerajaan Mataram pernah menyerang VOC sebanyak 2x di Batavia. 

Dahulu Mataram Islam sendiri wilayahnya hampir menguasai sebagian besar pulau Jawa jadi bisa dibayangkan bagaimana besarnya kerajaan ini.

Kompleks pemakaman Imogiri dibangun pada tahun 1632 oleh raja ketiga Mataram bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo. Sumber-sumber teretulis yang lain seperti Babad Momana dan Babad Ing Sangkala menyebutkan bahwa Sultan Agung mulai membangun makam Imogiri pada dekade ketiga sampai dekade keempat abad XVII.

Letak pemakaman Imogiri ini di bukit Merak yang merupakan wilayah dari pegunungan Seribu di sebelah selatan DIY. Untuk letak administratif, pemakaman Imogiri berada di dusun Pajimatan, kelurahan Girirejo, kecamatan Imogiri, kabupaten Bantul. Jarak dari kota Yogyakarta kira-kira 12 km  kearah selatan kemudian ke timur. 

Dibawah bukit Merak ini terdapat rumah-rumah penduduk yang sebagian besar adalah juru kunci dan abdi dalem keraton Yogyakarta yang bertugas merawat makam. Selain itu mereka juga bertanggung jawab atas kelangsungan upacara-upacara adat seperti upacara Nguras Enceh.

upacara adat Nguras Enceh. pic : www.jogja.co
upacara adat Nguras Enceh. pic : www.jogja.co
Pemakaman Imogiri memliki sekitar 445 anak tangga untuk sampai ke puncak, lebar anak tangga sekitar 4 meter dan kemiringan bukit 45 derajat. Mitos yang dipercaya oleh masayarakat adalah jika berhasil dengan benar menghitung jumlah anak tangga maka keinginannya akan terkabul. 

Tapi sebenarnya dibalik mitos itu tersimpan pesan untuk berhati-hati saat menaiki anak tangga makam dikarenakan jumlahnya yang sangat banyak, jika tidak hati-hati bisa saja terjatuh.

tangga pemakaman Imogiri. pic : jogjaland.net
tangga pemakaman Imogiri. pic : jogjaland.net
Ada beberapa arti tertentu mengenai anak tangga yang ada di pemakaman Imogiri. Anak tangga yang pertama sebanyak 32  dihitung dari pemukiman sampai ke dekat masjid yang melambangkan tahun 1632 sebagai tahun berdirinya pemakaman Imogiri. Kemudian anak tangga berjumlah 13 dihitung dari dekat masjid sampai kepekarangan masjid melambangkan Sultan Agung bertahta pada tahun 1613. 

Lanjut ke anak tangga yang berjumlah 45 dihitung dari pekarangan masjid sampai ke tangga terpanjang melambangkan bahwa Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Masih ada lagi anak tangga terpanjang berjumlah 346 yang berarti bahwa usia pemakaman ini dibangun selama 346 tahun. Yang terakhir anak tangga di sekitar kolam yang berjumlah 9 melambangkan wali songo.

Gerbang Pemakaman. pic : garasijogja.com
Gerbang Pemakaman. pic : garasijogja.com
Di atas bukit Merak tersebut baru terlihat gerbang makam Imogiri yang disana tertulis jam ziarah dan aturan pakaian yang dikenakan untuk berziarah. Para abdi dalem juga bergantian menjaga pintu gerbang makam. Di dalam area pemakaman ini terdapat 8 kedhaton yaitu kedhaton Sultan Agung yang terletak di tengah dan paling tinggi, kemudian kedhaton Pakubuwanan, Bagusan, Astana Luhur, Girimulyo, Kasuwargan, Besiyaran dan Saptarengga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun