Hari Minggu  12 Maret 2017, diadakan kelas heritage di kawasan stasiun Maguwo Lama. Kelas ini diselenggarakan oleh Malamuseum dan  Komunitas Roemah Toea yang tentunya dibawah ijin dari PT KAI Daop 6 Yogyakarta. Stasiun Maguwo Lama letaknya di dusun Kembang, Desa Maguwoharjo, Kecamatan  Depok, Sleman. Untuk akses lebih mudah kita bisa masuk melalui gapura di sebelah barat lapangan milik perumahan Angkasapura lurus saja sampai ada tikungan yang arahnya ke kanan dan disana akan ditemukan bangunan stasiun Mmaguwo Lama. Sejak tidak aktif di tahun 2008 bangunan stasiun Maguwo Lama menjadi cagar budaya milik PT Kereta Api Indonesia.
Kelompok dibagi menjadi 3 yang masing-masing dipandu oleh perwakilan dari Roemah Toea yaitu Hari Kurniawan, Aga Yurista dan Lengkong Sanggar. Rute yang ditempuh di sekitar stasiun Maguwo Lama dengan pembagian rute yang berbeda-beda walaupun tujuan tempatnya sama. Pembagian kelompok dan rute  ini bertujuan agar walking tour lebih efektif.
Bangunan stasiun Maguwo Lama terdiri dari 90% kayu jati yang sudah berdiri sejak jaman kolonial. Stasiun ini dibangun oleh NISM (Nederland-Indische Spoorweg Maatschappij) pada tahun 1909, kemudian bangunan yang ada saat ini adalah hasil renovasi dari tahun 1930an. Menurut Hari Kurniawan bangunan stasiun mengadopsi gaya rumah-rumah di pedesaan eropa pada bagian badannya tetapi untuk atap tetap mengadopsi gaya jawa. Stasiun Maguwo Lama ini merupakan satu-satunya stasiun kayu yang masih berdiri di wilayah Yogyakarta.  Tegel stasiun yang ditemui saat ini tentu sudah bukan yang asli karena stasiun ini pernah dikonservasi  oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan- PT KAI di tahun 2010.
Pad a masa kolonial stasiun kecil ini merupakan stasiun yang ramai. Stasiun Maguwo Lama saat itu melayani pengangkutan penumpang dengan 2 jalur berbeda. Untuk di sebelah kanan jalur milik NISMÂ (Nederland-Indische Spoorweg Maatschappij)Â Â dan di sebelah kiri milik SS (Staatspoorwegen). Kemudian stasiun Maguwo Lama juga melayani pengangkutan gula dari Pabrik Gula Wonocatur yang saat ini menjadi museum Dirgantara. Bisa dibayangkan betapa pentingnya peran staisun Maguwo Lama saat itu.
Stasiun Maguwo Lama melewati 3 jaman sekaligus, yang berarti banyak melewati peristiwa-peristiwa bersejarah yang bisa kita jadikan pelajaran. Setelah melalui masa kolonial Belanda, stasiun Maguwo Lama juga melalui masa pendudukan Jepang. Rel-rel di sebelah utara stasiun dibongkar oleh Jepang pada tahun 1942, kemudian rel tersebut digunakan untuk membangun jalur kereta di Myanmar yang dikenal dengandeath railway.
Acara kelas heritage kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi/ tanya jawab dengan moderator Erwin dari Malamuseum dan  narasumber dari Roemah Toea. Acara kemudian diakhiri pada pukul 12.00.
Mengunjungi tempat bersejarah seperti stasiun Maguwo Lama membuat kita semakin mencintai tanah air dengan mengingat perjuangan para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, jadi salah satu tindakan kecil yang bisa kita lakukan adalah mengunjungi tempat bersejarah. Jas merah jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Bung Karno,1966).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H