Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangunan Kolonial itu Sultan Agung Cuisines

1 Oktober 2016   20:00 Diperbarui: 1 Oktober 2016   20:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="buku menu"][/caption]

Berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta tidak akan lepas dari ingatan masa lalu tentang sejarah 2 keraton yang menaunginya, menjadikan Yogyakarta bagian dari NKRI. Keraton Yogyakarta Hadiningrat memang lebih besar dari Keraton Pakualaman tetapi kita tidak bisa memisahkan kedua keraton ini. 

[caption caption="bangunan utama"]

[/caption]oNama jalan besar di Jogja pun tidak lepas dari nama-nama pahlawan nasional, salah satunya Jalan Sultan Agung. Jalan Sultan Agung terletak di kecamatan Pakualaman yang letaknya tidak jauh dari keraton Pakualaman. Nah letak restoran Sultan Agung Cuisines ini ada di jalan Sultan Agung no 24, daerah Pakulaman. Letak yang sangat strategis untuk menikmati makan siang sambil melihat kehidupan di sekitar Pakualaman.

Sultan Agung Cuisines mempertahankan bangunan aslinya berupa bangunan peninggalan Belanda di bagian depan. Bangunan ini sebelumnya merupakan milik salah satu petinggi Belanda yang berdinas di dalam benteng Vredeburg. Pemindahan pemukiman dilaksanakan oleh para petinggi Belanda ketika di dalam benteng sudah tidak muat untuk bermukim. Oleh sebab itu dibangunlan beberapa rumah dengan gaya indies di daerah dekat Keraton Pakualaman. 

Setelah masa kemerdekaan bangunan kemudian digunakan oleh salah seorang dokter terkenal di Yogya untuk berpraktek. Dokter tersebut tinggal setelah masa kemerdekaan di bangunan bekas milik tuan meneer ini. Selain pernah ditinggali oleh dokter, bangunan juga pernah digunakan untuk showroom salah satu merk motor dan lembaga bimbingan belajar.

Bangunan kemudian dibeli oleh Ibu Maria Hermawan walaupun setelah dibeli tidak langsung digunakan untuk restoran Sultan Agung Cuisines. Beliau sempat melakukan beberapa pertimbangan sebelum menjadikan bangunan tersebut sebagai restoran dengan mengubungi konsultan. Namun pada akhirnya beliau melakukan pembangunan resto dan pelestarian bangunan dengan banyak pertimbangan dari pemerintah setempat. 

Walaupun bangunan utama Sultan Agung Cuisines bukan merupakan Bangunan Cagar Budaya tetapi banyak sekali yang masih dipertahankan bentuk aslinya. Jadi saat kita masuk ke dalam bangunan utama akan merasa masuk ke dalam bangunan kolonial Belanda. Lampu-lampu antik, jendela besar, lantai dengan tegel berpola, kursi dan meja makan membuat kita merasakan atmosfer bangunan kolonial. [caption caption="tegel bergaya kolonial"]

[/caption]

Saat ambil meja di dekat jendela, akan terlihat jalan raya dengan kesibukannya. Jika beruntung, kita akan melihat salah satu prajurit Keraton Pakualaman melintas dengan seragam dan kereta kudanya.

Sultan Agung Cuisines dibuka pada tanggal 6 Maret 2016, restoran ini menyediakan masakan chinese, indonesian dan western food. Selain itu makanan di sini semuanya tidak menggunakan MSG atau penyedap rasa dan no pork, jadi tentunya halal dong. Saya sempat berbincang dengan ibu Maria selaku pemilik bahwa ternyata bumbu untuk membuat masakan di Sultan Agung Cuisines merupakan olaham sendiri, tidak pernah membeli bumbu jadi. Fasilitas-fasilitas penunjang lengkap berupa tempat ibadah, toilet, ruang VIP dan area parkir. Lalu menu andalan untuk Indonesian food adalah nasi bakar kemangi, dibungkus daun pisang dengan sambal kemangi yang sangat khas. 

Lalu untuk menu chinese food andalannya berupa mie kakap goreng. Mie kakap bukan mie campur kakap tetapi Sultan Agung Cuisine membuat sendiri mie dari campuran daging kakap. Mencicipi masakan nusantara dan kemudian mencicipi masakan chinese yang lezat memang sangat memanjakan lidah dan perut. 

Setelah makanan utama, kemudian hidangan penutup disajikan. Mencicipi hidangan penutup dengan menikmati suasana masa kolonial memberikan kenikmatan tersendiri di Sultan Agung Cuisines. Berkunjung ke kota Yogyakarta akan lebih lengkap dengan menikmati hidangan di Sultan Agung Cuisines.[caption caption="seger"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun