Kembang Soka, sebuah nama obyek wisata yang membuat saya sangat penasaran. Obyek wisata Kembang Soka terletak di lereng gunung Kelir, desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.Â
Perjalanan menuju obyek wisata Kembang Soka dari Yogyakarta bisa melalui rute jalan Godean lurus ke barat menuju Naggulan hingga ke Jatimulyo yang akan memakan waktu kurang lebih 2 jam.Â
Tetapi ada rute lain yang dapat ditempuh yaitu melalui kota Wates, Kulon Progo menuju Clereng kemudian Sidomulyo yang akhirnya akan sampai juga di desa Jatimulyo.Â
Perjalanan kami lebih lama karena mampir untuk mencicipi dawet (cendol) di daerah Nanggulan, Kulon Progo. Jalanan mulai menanjak dengan pemandangan sawah berundak di kanan kiri.Â
Selain itu kami juga disuguhi hijaunya perbukitan menoreh yang terlihat dari jalan raya. Semilir angin mulai kami rasakan ketika perjalanan sudah mulai naik ke arah menuju Kembang Soka.Â
Keluar dari mobil sambil menikmati kesejukan adalah salah satu solusi tepat agar mobil bisa tetap melewati jalanan aspal yang menanjak dengan kemiringan sekitar 75 derajat.
Menuju kembang soka akan melewati Gunung Lanang sebagai salah satu spot sunrise, kemudian melewati taman Goa Kiskendo. Saat itu sedang dilakukan pelebaran jalan sehingga kami tidak dapat melalui jalan utama tetapi melewati jalan alternatif lain yang lebih terjal dan sempit bagi sebuah mobil yang akan  melintasinya.Â
Petunjuk arah menuju obyek wisata Kembang Soka cukup jelas dan sangat membantu para wisatawan untuk menuju tempat wisata. Di kanan kiri jalan terdapat rumah warga yang jaraknya dipisahkan oleh pekarangan dan kebun.Â
Terdengar suara kambing yang menyambut ketika akan sampai di kawasan Kembang Soka. Kambing-kambing tersebut didalam kandang milik warga yang rumahnya dekat dengan jalan utama. Suasana khas pedesaan masih bisa dirasakan oleh kami saat menginjakkan kaki di Desa Jatimulyo ini.
Komoditas kopi menoreh dikembangkan oleh mas Sidik dan mas Kelik untuk menonjolkan potensi lokal yang berkelanjutan. Kopi dengan sedikit rasa kunyit ini merupakan kopi khas pegunungan menoreh yang sudah dikembangkan bersama sejak tahun 2008. Untuk tanaman yang bisa dipanen dalam 5-6 tahun mereka menanam pohon mahoni, pohon jati dan pohon sengon.
Kembang Soka ini terletak di tengah perkebunan cokelat milik warga dengan jalanan turun yang cukup curam, menurut saya lebih baik tidak mengenakan alas kaki agar tidak terjatuh saat melewati jalanan yang licin. Selain jalanan berupa tanah berundak, ada beberapa wot (jembatan dari bambu) yang dibuat secara swadaya oleh warga.
Saat melintasi separuh jalan tanah berundak yang curam, kami menemukan pancuran air bersih yang ditampung di sebuah gentong yang terbuat dari tanah yang bernama Toyo Tombo. Toyo berarti air dan tombo berarti obat, menurut pak Yono air ini dapat digunakan sebagai lantaran (perantara) untuk menyembuhkan orang yang sedang sakit bagi yang mempercayainya.
Tuk berarti mata air, Jaran berarti kuda. Ada beberapa bunga yang mekar berwarna merah muda di dekat Tuk Jaran dengan air yang selalu mengalir jernih diantara bebatuan kapur membuat kami terpesona dengan keindahan obyek wisata Kembang Soka.
Kolam untuk berenang tidak pernah kering, terbukti ketika musim kemarau sekitar 8 bulan yang lalu, kolam tetap jernih berwarna biru dengan pasokan air yang memadai.Â
Warga sekitar Kembang Soka juga tidak pernah kekurangan air, supply air yang mencukupi didapat dari sungai bawah tanah. Sungai tersebut bernama sungai Mudal dari Gua Mudal dan sungai Bangki dari Gua Seplawan.
Sampai daerah Clereng kami melanjutkan ke arah Yogya melalui Sentolo. Terimakasih kepada Pak Josh Handani atas rekomendasi tempat gathering Rumah Guide Indonesia kali ini dan terimakasih kepada teman-teman sudah mengajak saya ketempat yang mempesona seperti safir biru muda yaitu Kembang Soka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H