Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Istana Sang Maestro Seni Lukis Indonesia : Museum Affandi

23 Agustus 2016   18:39 Diperbarui: 23 Agustus 2016   19:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="kunjungan RGI ke museum Affandi"][/caption]

Nama Affandi, tentu tidak asing di telinga kita, ya seorang maestro seni lukis yang sangat terkenal Indonesia dan dunia internasional ternyata meninggalkan hasil karyanya yang luar biasa di Yogyakarta. Dunia internasional bahkan menjuluki Affandi sebagai Pelukis Ekspresionis Baru Indonesia. Affandi lahir di Cirebon pada tahun 1907 dengan nama lengkap Affandi Koeseoma. Hingga saat ini yang diketahui hanya tahun lahirnya saja, tidak ada yang tahu tanggal dan bulan lahir beliau. Ayahnya seorang mantri ukur di salah satu pabrik gula di Cileduk.

Affandi muda menempuh pendidikan hingga AMS-B atau setara dengan sekolah guru di Batavia (Jakarta). Keluarganya saat itu menginginkan beliau menjadi guru, kemudian Affandi pun menjalani profesinya sebagai guru sebelum sepenuhnya berkonsentrasi menjadi pelukis. Selain guru, Affandi juga bekerja sebagai juru sobek karcis bioskop dan pelukis poster propaganda sebagai pekerjaan sampingan. Affandi menikah dengan Maryati pada tahun 1933, kemudian lahir anak pertama mereka bernama Kartika pada tahun 1934.

Istana sang maestro berupa Museum Affandi yang terletak di Jalan Laksda Adisucipto 167 Yogyakarta atau lebih tepatnya di sebrang UIN Sunan Kalijaga. Sangat mudah menemukan museum Affandi karena bangunannya sangat unik dibandingkan dengan bangunan yang ada di sekitar museum. Bangunan ini mirip seperti sydney opera house dari luar dengan arsitektur melengkung dan megah. Museum Affandi buka pada hari Senin-Sabtu pukul 09.00- 16.00 dengan tiket masuk untuk turis domestik sebesar Rp 20.000. Harga tersebut sudah termasuk jasa pemandu di dalam museum dan mendapatkan welcome drink. Untuk turis mancanegara harga tiket masuk sebesar Rp 50.000 per orang dengan fasilitas mendapatkan welcome drink, jasa pemandu dan souvenir.

Banigunan museum membentang mengelilingi rumah tinggal Affandi yang terletak di tengah. Ketika belaiu masih hidup, bangunan di sekitarnya memang sengaja dibangun untuk memajang hasil karyanya. Kompleks museum terletak dekat dengan sungai.Lalu di depan museum terdapat pohon randu alas yang sudah ada sejak beliau membeli tanah ini hingga sekarang. Sebagai seorang maestro, Affandi meninggalkan karya yang jumlahnya sangat banyak, karya tersebut berupa lukisan yang disimpan di museumnya berkisar antara 300 buah.
Museum dibangun berbentuk seperti pelepah daun pisang.arsitekturnya dirancang sendiri oleh beliau karena beliau sangat menyukai daun pisang. Pada masa kecilnya, beliau selalu menggunakan daun pisang di saat hujan, maka beliau berfikir bahwa ternyata banyak manfaat yang didapat dari sebuah daun pisang. Oleh karena itu bangunan museum atapnya seperti daun pisang dengan harapan bahwa peninggalan beliau ini bermanfaat bagi anak cucunya seperti daun pisang yang pernah beliau rasakan manfaatnya ketika kecil.

[caption caption="galeri pertama yang kami kunjungi"]

[/caption]
Museum terdiri dari 4 galeri, yang pertama penuh dengan koleksi Affandi sejak beliau mulai melukis dan terdapat mobil peninggalan beliau yang berbentuk seperti ikan. Pada awalnya Affandi melukis beraliran naturalis karena saat itu gaya lukisan dipenganruhi oleh pelukis-pelukis Belanda yang bergaya naturalis. Lukisan berupa potret diri dan keluarga dengan warna yang mirip dengan warna kulit adalah karya beliau saat awal melukis. Kemudian gaya lukisannya mulai berubah seiring dengan perkembangan jaman hingga suatu saat beliau melukis tentang mata-mata belanda yang babak belur dihajar oleh pejuang. Nah lukisan ini kontroversial karena ada beberapa pihak yang menjudge Affandi membela Belanda, tetapi sebenarnya beliau hanya ingin memberi tahu bahwa mata-mata tersebut bekerja seperti itu demi menghidupi keluarganya. Lukisan beliau yang ditampilkan selanjutnya lebih ke arah ekspresionis.
Di dalam galeri pertama juga ditampilkan mobil peninggalan Affandi. Mobil berwarna kuning yang ditaruh di ujung ruangan beserta sepeda milik ibu Kartika ini menambah rasa seolah kita berada di masa Affandi masih hidup. Beliau memilih mobil yang mirip dengan ikan karena beliau mengingat para nelayan yang sampai saat ini hidupnya belum sejahtera. Selain mobil, ada juga peninggalan beliau berupa penghargaan-penghargaan yang didapatkan saat pameran di luarnegeri dan penghargaan dari pemerintah. Selain itu sendal jepit sang maestro seni lukis juga masih tersimpan rapi di lemari kaca di dalam galeri pertama.

[caption caption="galeri kedua"]

[/caption]Selesai dari berkeliling di galeri pertama, lanjut ke galeri kedua yang berisi lukisan dan sketsa Affandi. sebelum memasuki galeri kedua, terdapat makam sang maestro beserta istrinya. Affandi meninggal pada tanggal 21 Mei 1990 dan Maryati meninggal pada tanggal 25 Mei 1991. Memasuki galeri kedua, terdapat berbagai lukisan yang berada di bagian atas tersedia untuk dijual, sementara bagian bawah merupakan koleksi dari museum dan tidak untuk dijual. Diseberang lukisan terdapat sketsa-sketsa menggunakan kertas cina yang dipasang. Sketsa-sketsa ini tidak dipindah ke dalam lukisan karena menurut Affandi hasilnya akan berbeda ketika sketsa dijadikan lukisan.
[caption caption="ruangan galeri ketiga"]
[/caption]Setelah galeri kedua selesai dikunjungi, ada galeri ketiga yang menampilkan hasil karya ibu Kartika, anak dari sang maestro. Karya yang berupa lukisan dipajang di dinding berwarna biru yang membuat warna di dalam lukisan lebih hidup. Selain itu di galeri ketiga ini terdapat film dokumenter mengenai Affandi. Film ini menceritakan bagaimana Affandi melukis, menggunakan media apa saja dan beliau juga mengekspos kehidupannya menggunakan bahasa inggris. Kemudian galeri terakhir adalah galeri keempat yang menampilkan karya-karya dari cucu Affandi.
[caption caption="galeri keempat berisi lukisan karya anak cucu Affandi"]
[/caption]Museum ini juga dilengkapi dengan cafe yang dahulunya merupakan rumah Affandi di bagian tengah. Selain itu ada artshop yang menjual souvenir dan berbagai buku mengenai Affandi. pada bulan Mei sering diadakan berbagai macam acara di museum oleh para cicit Affandi bekerjasama dengan berbagai pihak. Acara-acara tersebut dapat berupa workshop melukis, seminar ataupun takshow. Pihak museum juga sangat membuka kerjsama dengan berbagai pihak yang ingin mengadakan acara di museum Affandi.
[caption caption="cafe "]
[/caption]Menurut penuturan Ibu Helvi sebagai cucu tertua Affandi, semasa hidupnya sang maestro ini sangat dekat dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Seluruh anak cucunya sering diajak berlibur bersama beliau sehingga kekompakan ini sampai sekarang masih terjaga. Ketika melukis di pinggir pantai pun anak cucunya pasti ada yang menemani beliau. Hingga saat ini jika keluarga Affandi mengadakan acara selalu diusahakan diadakan di museum Affandi. [caption caption="patung affandi beserta istri dan anaknya "]
[/caption]
Affandi sang maestro yang terkenal hingga dunia internasional meninggalkan karya-karyanya untuk kita nikmati hingga sekarang. Mengunjungi museum Affandi berarti kita menghargai hasil karyanya sebagai pahlawan di bidang seni lukis dan memberitahu kepada dunia bahwa Indonesia pernah memiliki maestro seni lukis yang sangat hebat. Terimakasih saya ucapkan kepada pihak museum Affandi yang telah memberikan kesempatan untuk mengunjungi museum dan berbagai informasi mengenai museum Affandi. Terimakasih juga untuk teman-teman Rumah Guide Indonesia (RGI) yang telah membawa saya mengunjungi istana sang maestro seni lukis Indonesia.[caption caption="berfoto sebelum menuju galeri 4"]
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun