Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mudik ke Desa Wisata Kalibiru

17 Juli 2016   05:15 Diperbarui: 17 Juli 2016   10:36 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran dan liburan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan ketika sebagian besar orang merayakannya.  Lebaran kali ini kami mudik ke tempat yang berubah wajahnya dari desa biasa menjadi sebuah desa wisata. Desa wisata itu bernama Kalibiru yang terletak di desa Hargowilis kecamatan Kokap, Kulon Progo. 

Dulu saya selalu menantikan lebaran di Kalibiru karena suasananya yang sangat khas. Masjid mengumandangkan takbir dan anak-anak mulai berkumpul di malam hari untuk takbir bersama. Orang dewasa atau orang tua mengunjungi orang yang disebuh “pak kaum” untuk memberikan amplopan yang kata nenek saya disebut fitrah. Gema takbir rasanya menyejukkan hati tetapi  malam ini saya tidak merasakan kesejukkan hati yang biasanya saya dapatkan.

Pada hari H biasanya setiap orang yang masih bisa ke masjid, berkumpul di masjid bahkan kadang masjid sampai penuh ketika akan melaksanakan sholat idulfitri. Tapi kali ini masjid tidak terasa penuh sampai ke samping halaman masjid. Ada fenomena apa? Padahal lebaran kali ini pemerintah mengumumkan hari raya jatuh pada tanggal 6 Juli 2016, tidak ada perbedaan antara satu kelompok dengan yang lain. Biasanya setelah sholat idulfitri, banyak orang datang bersilaturahmi dari rumah ke rumah tetapi saat ini tinggal sedikit orang saja yang melakukannya.

sampah di jalanan menuju kalibiru
sampah di jalanan menuju kalibiru
Oh iya saya lupa bahwa Kalibiru saat ini sudah berbeda, Kalibiru semakin ramai dengan wisata alam yang ditawarkan. Sebagian besar orang akan sibuk dengan pekerjaanya di kawasan wisata karena saat hari raya pun tempat wisata tidak memberikan hari libur. Hal ini dapat dimengerti karena pengunjung wisata membludak saat lebaran dan liburan. Ya memang pengunjung membludak saat musim liburan, hal ini bisa dilihat dari jumlah kendaraan yang lewat di depan rumah nenek saya dan kantong-kantong parkir di sekitar wilayah Kalibiru.

Jumlah pengunjung yang banyak ini membuat petugas wisata alam sangat sibuk, membuat pemilik warung-warung makan juga ikut sibuk dan akhirnya penjualan makanan/minuman meningkat. Sebagian besar warga senang jika tempat wisata ini dibilang “rame” tetapi ada suatu hal yang menggelitik di relung hati saya yaitu sampah yang dibuang sembarangan di sepanjang jalan menuju daerah wisata.  

Warga yang memiliki warung sudah menyediakan tempat sampah bahkan saudara saya yang membuka kantong parkir pun menyediakan tempat sampah agar para pengunjung membuang sampahnya di tempat sampah yang telah disediakan. Untuk tempat sampah di kawasan wisata sudah disedaiakn juga dan petugas kebersihan sering terlihat beberapa kali memeriksa sampah dalam sehari.

sampah lagi
sampah lagi
Yang membuat saya semakin miris adalah ada sebuah mobil berhenti di pinggir jalan dengan enaknya membuang sampahnya di pinggir jalan kemudian pergi begitu saja. Apakah tidak sanggup membawa kantong plastik untuk mengumpulkan sampahnya di dalam mobil kemudian menunggu membuang sampah  sampai menemukan tempat sampah? Apakah sebuah mobil ada yang tidak memiliki tempat sampah? Ketika saya berjalan ke tempat tetangga pun saya menemukan sampah di pinggir jalan yang  jalan ini adalah jalan yang menuju kawasan wisata alam Kalibiru. Kemudian sore itu saya, ibu dan adik saya membersikan sampah-sampah di jalan sekitar rumah dengan gerakan pungut sampah.

Kami berusaha untuk menjaga lingkungan kami bebas dari sampah karena hijaunya pepohonan dan rumput di sekitar tidak boleh ditambah dengan sampah plastik atau botol bekas. Akan terlihat sangat tidak menarik ketika pinggir jalan banyak sampah tercecer. Sampah adalah tanggung jawab masing-masing individu bukan tanggung jawab petugas kebersihan. 

Petugas kebersihan hanya orang yang membantu kita membersihkan lingkungan dari sampah tapi bukan orang yang full 100% menjaga kebersihan lingkungan kita dari sampah. Masyarakat sekitar dan pengunjung wisata alangkah baiknya bekerjasama mengenai sampah yang merupakan tanggung jawab individu agar tempat wisata ini tidak ternodai oleh adanya banyak sampah. Ketika wajah sebuah desa berubah menjadi desa wisata alangkah baiknya jika semuanya dijaga yang dimulai dari hal kecil yaitu mengenai “membuang sampah tidak boleh sembarangan”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun