Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kalibiru, Memori Masa Kecil, dan Mutiara di Perbukitan

7 Juni 2016   14:28 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:54 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalibiru sebuah tempat wisata alam yang ikut berkembang  dengan perkembangan pariwisata di Kulon Progo. Bisa dibilang salah satu tempat yang mulai tenar  namanya ketika kamu mencari tempat wisata alam di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kaibiru adalah sebuah desa yang terletak di perbukitan, tepatnya sebelah utara waduk Sermo. Letak kalibiru yang diapit oleh beberapa perbukitan membuat tempat ini memiliki berbagai pemandangan yang sangat menakjubkan. Desa Kalibiru ini masuk kedalam wilayah kelurahan Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten  Kulon Progo. Saya memang tidak asing dengan desa ini karena sudah mengenal desa ini sejak kecil, hanya saja 3 tahun kebelakang tidak pernah mengunjungi tempat ini lagi.

Ketika saya kecil saya pernah tinggal di desa ini bersama nenek saya. Kembali ke masa lalu masa sulit di Kalibiru, saya sedikit mengingat bahwa tempat ini sering mengalami kekeringan di sekitar tahun 1996, yang kemudian setelah waduk Sermo dibangun maka kekeringan di tempat ini mulai dapat diatasi. Penghasilan warga banyak dari hasil pertanian berupa singkong baik yang diolah ataupun belum diolah. Jadi jangan heran ketika kamu berkunjung kesini kamu akan menemukan makanan dari singkong yang disebut “geblek”, tiwul atau gatot. Ah nenek sering membuatnya ketika saya kecil dan kini saya merindukan makanan buatan nenek.

Selain itu ada pula hasil berupa umbi-umbian dimulai dari talas, gadung dan “uwi” yang mungkin kedengarannya asing di telinga sekarang ini. Pada musim keirng sebagian warga akan beralih menuju penjualan temu lawak, biasanya mereka menanam temu lawak di musin hujan dan kemudian memanen di musim kering. Cara yang dilakukan masih tradisional untuk membuat temu lawak menjadi kering yaitu dengan diiris kasar kemudian dijemur dibawah terik matahari. Ada juga beberapa warga yang memilki cengkih akan memanen cengkihnya pada masa ini. Bahkan pernah juga daun cengkih yang sudah kering masih laku dijual untuk pembuatan minyak.

Selain penghasilan dari pertanian dan perkebunan, beberapa warganya terlibat dalam proyek-proyek pemerintah seperti pengaspalan. Pengaspalan menuju Kalibiru mulai dilakukan bertahap hingga akhirnya tempat ini siap dijadikan sebagai wisata alam Kalibiru seperti sekarang. Untuk saat ini sebagian besar warga Kalibiru beralih menjadi petugas wisata alam Kalibiru. Hal ini sangat berbeda ketika ibu saya masih muda semua warga yang masih muda merantau, tetapi saat ini justru banyak perantau yang asli Kalibiru kembali ke daerah asalnya karena disini terdapat banyak lapangan pekerjaan.

Keeksisan Kalibiru di dunia maya juga membuat warganya mengalami kenaikan taraf hidup dari petani menjadi pengelola atau petugas wisata alam. Sebagian warga ada yang tetap menjadi petani tetapi sambil menjadi pedagang dengan membuka warung di sekitar kawasan wisata alam Kalibiru. Pengembangan kawasan wisata alam Kalibiru bersinergi dengan warga sekitar memberikan dampak positif bagi warga dan pemasukan bagi pemerintah setempat. Pengembangan kawasan wisata ini membuat Kalibiru seperti mutiara yang baru saja ditemukan di tengah laut hijau.

Dari kota Jogja menuju Kalibiru menggunakan mobil dapat ditempuh selama 1 jam 17 menit, tetapi jika menggunakan motor akan lebih cepat, bisa saja ditempuh dalam waktu 1 jam sampai di puncak Kalibiru. Ada beberapa jalan yang bisa ditempuh menuju Kalibiru dari kota Jogja. Pertama bisa melewati jalan nasional atau jalan Wates menuju kota Wates lalu melewati daerah Clereng lanjut ke utara ke arah Kalibiru. Jalan kedua lewat jalan Wates tetapi  bisa memotong melalui wilayah Sentolo langsung menuju Clereng dan dilanjutkan ke utara menuju Kalibiru. Alternatif ketiga tetap melewati kota Wates kemudian menuju Waduk Sermo yang dilanjutkan ke utara menuju Kalibiru.

Semua jalan yang dilewati menuju Kalibiru cukup bagus hanya saja ketinggian dan kemiringannya lumayan ekstrem. Menurut pendapat saya ketinggian dan kemiringan ekstrem ada di utara Waduk Sermo oleh karena itu ketika saya ke Kalibiru saya memilih via Clereng. Tetapi jalan menuju Kalibiru via Clereng ini ternyata memiliki beberapa titik yang merupakan jalan rusak. Kerusakan dimulai dari sebagian daerah Grinyono ada beberapa titik jalan rusak walaupun masih cukup landai dan tidak menanjak. Memasuki kawasan Grinyono atas jalan sudah mulai bagus hanya saja jalan ini cukup kecil untuk lewat sebuah mobil xenia. Petunjuk arah menuju Kalibiru cukup membantu seseorang yang sama sekali tidak tahu letak Kalibiru.

Kemudian setelah melewati daerah Grinyono, akan belok ke arah barat melalui hutan milik pemerintah yang oleh warga setempat dinamai “Hutan Tutupan”. Hutan ini cukup rimbun dengan berbagai koleksi pohon-pohon yang memang tidak boleh ditebang dan ada beberapa kawasan yang diperbolehkan untuk ditanami oleh karena itu disebut “Hutan Tutupan”. Pohon pinus, kayu putih, kemiri dan pohon-pohon besar akan kita temui di hutan ini. Oh iya sekedar info aja di hutan ini juga sudah dibuka kawasan wisata baru bernama “Watu Gembel” yang artinya sebuah lereng yang terbuat dari batu besar dan luas. Jalan melewati hutan ini mulus tetapi kecil dan bisa membuat sebagian bulu kuduk merinding melihat bagian bawah berupa lereng terjal atau jurang-jurang kecil. Di setiap belokan disarankan untuk membunyikan klakson sebagai tanda ada mobil akan lewat dan tidak berpapasan dengan mobil lain. Sampai di ujung jalan hutan nah mulailah tanjakan-tanjakan ekstrem akan dilalui.

Sebelumnya kita akan diberhentikan oleh petugas dari pihak wisata alam yang akan menginformasikan terlebih dahulu mengenai jalanan keatas agar tidak ada mobil berpapasan. Kawasan ujung hutan ini disebut “Ngringin” oleh warga sekitar karena ada beberapa pohon beringin besar disini. Setelah melewati jalan yang berkelok-kelok dan naik yang tajam barulah akan sampai di tempat wisata Kalibiru. Lain halnya ketika melewati daerah Waduk Sermo, kamu akan disuguhi dengan pemandangan Waduk Sermo terlebih dahulu baru naik menuju kalibiru dengan beberapa tanjakan tajam dan berbelok tetapi jalan disini lebih lebar daripada melewati daerah Clereng. Petunjuk arah dari Waduk Sermo menuju Kalibiru pun cukup jelas dan tidak akan membuat para wisatawan nyasar ke tempat lain.

Warga dan pemerintah desa Kalibiru menyediakan beberapa parkiran mulai dari yang dibawah bukit hingga sebelum tempat karcis masuk ke wisata alam. Untuk parkir mobil ini dipatok dengan harga Rp 5000 flat. Kemudian kita dipersilahkan untuk berjalan kaki menuju tempat wisata melalui satu jalan yang dimana kita harus membeli karcis masuk. Harga karcis masuk ketika weekdays Rp 5000 per orang tetapi harga ini akan naik menjadi Rp 10.000 per orang ketika weekend. Mulai naik ke bukit, kita akan disuguhi dengan panorama alam pegunungan yang dimana kita dapat melihat posisi Waduk Sermo  secara utuh dari atas. Ada beberapa gardu pandang yang dapat digunakan untuk menikmati pemandangan alam ini. Selain itu ada gardu untuk petugas informasi yang letaknya cukup strategis di dalam kawasan wisata.

Petugas infromasi juga menyediakan informasi mengenai spot foto untuk melakukan foto terbaik di kawasan wisata alam Kalibiru. Ada beberapa spot foto baru disana dan kami mencoba spot foto bundar di daerah yang kedua. Harga untuk naik ke spot foto ini sebesar Rp 10.000 per orang dikarenakan kita harus menggunakan pengaman untuk naik ke spot foto, disini memang kemanan sangat diperhatikan karena cukup tinggi bila terjatuh dari spot foto. Kemudian  setelah siap difoto bisa pilih mau difoto oleh petugas atau difoto oleh teman sendiri. Jika memilih difoto oleh petugas wisata alam dengan menggunakan kelengkapan kamera DSLR-nya akan diarahkan bermacam-macam gaya dan ketika ambil foto akan dikenakan biaya Rp 5000 per foto serta minimal harus ambil 4 foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun