Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Vastenburg Selalu Ingin Dikunjungi (Lagi)

8 Mei 2016   14:59 Diperbarui: 8 Mei 2016   15:30 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gerbang depan dari dalam benteng

Pagi 7 Mei 2016 dengan semangat 45 saya memutuskan untuk berkunjung ke benteng Vastenburg lagi. Kenapa saya pilih Vastenburg? Karena saya sudah berjanji akan mengunjunginya lagi seperti di artikel yang saya buat sebelumnya. Vastenburg selalu membuat saya ingin berkunjung karena ada sesuatu yang menarik yaitu jarang sekali benteng ini terbuka untuk dikunjungi. Sudah beberapa kali saya kesana hanya bisa melihat pelataran depan dan bagian dalam benteng seolah-olah adalah dunia lain bagi saya.

Waktu menunjukkan pukul 08.00 saya mulai dengan menggunakan bus Transjogja dari kos sampai stasiun Maguwo seharga Rp 3500. Dari stasiun Maguwo menuju stasiun Purwosari saya menggunakan kereta Prambanan Express seharga Rp 8000. Tetapi karena kemarin adalah masih weekend, saya mendapatkan kereta dengan keberangkatan pukul 10.15 WIB. Setelah sekitar satu jam menunggu si ular besi ini akhirnya dapat tempat duduk deh di kereta. 

Rasanya sudah tidak sabar untuk sampai di Vastenburg karena sudah agak lama saya tidak berkunjung kesana. Setelah menggunakan kereta sekitar satu jam akhirnya saya sampai di stasiun Purwosari, Solo. Sepertinya hari itu Solo sangat padat karena dipenuhi oleh mobil-mobil yang sebagian besar plat luar kota Solo dan saya menunggu bus Solo Batik pun agak lama. Saya menunggu sekitar 20 menit baru satu armada bus Solo Batik ini lewat yaitu koridor 1 yang melewati depan benteng Vastenburg. Ternyata isi armada bus ini penuh tapi saya bersyukur karena dapet tempat duduk di bagian agak depan jadi bisa menikmati pemandangan kota Solo yang dipenuhi oleh kendaraan. Oh iya untuk ongkos menggunakan bus ini menurut saya lebih mahal dari Transjogja yaitu seharga Rp 4500 tetapi sebagian besar armada yang pernah saya naiki masih bagus dan layak jalan kondisinya.

Sebelum ke benteng Vastenburg saya sempatkan untuk mampir di pasar Gede yang sangat terkenal di kota Solo. Letak Pasar Gede dan Vastenburg ini tidak terlalu jauh, saya berjalan kaki saja sepanjang trotoar hingga akhirnya sampai di depan benteng Vastenburg. Di pelataran benteng ini ada acara Solo Book Fair 2016, sebelumnya saya mengira bahwa acara Book Fair ini diadakan di dalam benteng Vastenburg oleh karena itu otak saya langsung berpikir pasti Vastenburg dibuka dan saya semangat sekali menuju benteng ini. 

Ketika saya sampai di gerbang depan benteng, saya bertemu dengan orang-orang yang berpakaian hitam dan ternyata malamnya itu diadakan acara audisi band di dalam benteng Vastenburg. Saya mencoba minta ijin untuk masuk benteng dan alhamdulillah diijinkan karena saya benar-benar ingin mencoba masuk ke dalam benteng ini. Di gerbang depan terdapat beberapa ruangan dan sebuah prasasti yang diatas prasasti itu terdapat tembok yang sudah mengelupas kulitnya jadi hanya terlihat bata saja.

ver2-572ef8ef8323bd8507cbab76.jpg
ver2-572ef8ef8323bd8507cbab76.jpg
bagian dalam benteng

Kemudian saya coba masuk ke bagian dalam, ternyata di dalam benteng ini adalah sebuah lapangan luas dengan 3 pohon besar, saya tidak paham itu pohon apa (karena saya tidak ahli dalam perpohonan) tapi yang saya lihat adalah usia pohon itu sudah tua. Beberapa bagian benteng tertutup oleh rumput yang tinggi dan ini yang membuat saya tidak berani untuk mendekat ke beberapa bagian karena saya takut nanti ada ular atau binatang melata lainnya yang merasa terganggu dengan kehadiran saya. Setelah melewati pohon tadi saya melihat bagian gerbang belakang benteng dan masih kokoh, hanya sebagian kecil saja catnya yang terkelupas. Saya juga menemukan jembatan kecil dan ada seperti bekas cerobong tetapi pendek di bagian belakang benteng, sampai saat saya tulis ini saya tidak tahu itu cerobong atau bangunan apa. Oh iya untuk di dalam benteng yang di cat hanya gerbang depan, sementara gerbang belakang dan tembok sekelilingnya yang di cat hanya bagian luarnya. Benteng ini mirip sekali dengan benteng Vredeburg karena memang fungsinya sama yaitu mengawasi keraton dan tata letaknya pun hampir sama dengan letak benteng Vredeburg.

ver3-572ef8fa93fdfdfe06520487.jpg
ver3-572ef8fa93fdfdfe06520487.jpg
gerbang belakang Vastenburg

ver4-572ef905ae7a61dc070251f6.jpg
ver4-572ef905ae7a61dc070251f6.jpg
bangunan seperti cerobong di dekat gerbang belakang

Saya kemudian melanjutkan untuk naik tangga dan melihat hamparan rumput di benteng Vastenburg. Tangga yang bisa digunakan menuju tempat pengintaian hanya satu saja, yang sebelahnya sebenarnya bisa digunakan tetapi bagian atas tertutup oleh rumput dan jalan diatas benteng pun sebagian besar tertutup oleh rumput padahal apabila dikelola saya pikir Vastenburg ini tidak kalah cantik dengan Vredeburg. Tangga benteng ini sampai sekarang masih kokoh. Sampai diatas pemandangan hijaunya rumput dan orang-orang yang mempersiapkan untuk lomba audisi band membuat saya ingin berlama-lama duduk dan memperhatikan aktivitas mereka.

ver5-572ef91120afbd5a07c0fb4e.jpg
ver5-572ef91120afbd5a07c0fb4e.jpg
tangga

Saya kemudian mengalihkan pandangan saya ke pojok-pojok benteng yang biasanya terdapat bastion tetapi di pojok bawah saya menemukan hal yang menarik. Ya menarik sekali karena dibalik kekokohan Vastenburg terdapat kambing-kambing berwarna coklat yang sedang makan rumput beserta bapak gembalanya. Saya terus mengamati dan senyum sendiri melihatnya, kok bisa dibalik kekokohan benteng ini ada kambing-kambing yang makan rumput dengan gembira. 

Setelah agak lama di atas pintu keluar Vastenburg, saya memutuskan untuk menyapa seorang bapak yang sepertinya tinggal disana. Bapak ini sepertinya sedang memperbaiki sesuatu dari bambu dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran saya. Kemudian saya bertanya mengenai apakah kambing-kambing itu ada pemiliknya, ternyata jawabannya adalah kambing itu berpemilik dan ada informasi lagi yaitu bagian pintu belakang benteng Vastenburg terbuka walaupun bagian depannya selalu tertutup kata bapak tadi.

ver6-572ef91fb4937359192827bc.jpg
ver6-572ef91fb4937359192827bc.jpg
kambing-kambing sedang makan rumput

Akhirnya karena hari sudah menjelang sore saya putuskan untuk pamit dan segera keluar dari Vastenburg walaupun sebenarnya saya masih penasaran ingin mengelilingi bagian dalam benteng ini. Sebelum saya pulang saya sempatkan mampir untuk mengunjungi book fair dan kebetulan ada foto benteng Vastenburg pada masa jayanya yaitu tahun 1900an yang dipamerkan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Agak miris rasanya ketika bisa masuk kedalam benteng ini karena keadaanya dipenuhi oleh rumput liar. 

Vastenburg yang merupakan cagar budaya ini sebaiknya tidak dibiarkan terbengkalai lagi karena merupakan saksi bisu sejarah. Jas merah, janganlah kita melupakan sejarah, mengunjungi salah satu bangunan bersejarah seperti mengunjungi benteng Vastenburg adalah salah satu hal yang bisa kita lakukan agar tidak melupakan sejarah. 

Vastenburg selalu ingin dikunjungi seperti masa jayanya dulu ketika benteng ini tidak pernah sepi dan harapan saya semoga benteng Vastenburg ini segera dijadikan museum seperti benteng Vredeburg di Yogyakarta agar kondisi bangunan pun tidak terbengkalai (lagi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun