Mohon tunggu...
Milan Milani
Milan Milani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembaca, Pembelajar, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Meneropong ‘Simbiosis’ Ala Fatin dan Fatinistic

10 Maret 2015   06:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menyukai seseorang sebagai idola atau role model adalah normal dalam perkembangan identitas masa kecil dan remaja, bahkan dewasa. Tetapi jika rasa suka tersebut berubah menjadi obsesi, maka fenomena ini disebut dengan celebrity worship (Maltby, 2000). Hal ini biasa dialami oleh remaja dengan rentang usia 11-17 tahun, diduga mempunyai tingkat intelegensia rendah karena dia bisa menyukai apapun yang ada dalam diri idolanya, dan menjadikan idolanya sebagai pengisi kekosongan. Versi normal dari celebrity worship ini adalah idolization, dimana rentang usianya lebih jauh dan biasanya dialami oleh orang yang mempunyai kecerdasan sehingga melihat idolanya dari kacamata lebih luas. Kumpulan dari individu-individu semacam ini disebut dengan  fansclub. Fatinistic adalah salahsatu bentuk fansclub dari Fatin Shidqia Lubis. Nah para member Fatinistic, masuk dalam kondisi yang manakah Anda saat ini?

Sebelum mulai menebak, ada tiga poin (Mc Cutcheon, 2000) yang bisa Fatinistic gunakan sebagai alat pandang; Entertainment-sosial, dimana fans tertarik dengan idola karena mereka menganggap idola tersebut sangat menghibur, menarik dan sumber dari interaksi sosial serta gosip dengan orang lain. Intens-personal, dimana fans menyukai idola tertentu berdasarkan aspek yang sangat pribadi dari idola tersebut, misal kepribadian yang bagus dan menyenangkan atau persoalan pribadi yang turut memunculkan perasaan yang sama. Boderline-pathological, hubungan ini yang mengarah ke obsesif, sebagai contoh kadang seorang fans merasa mempunyai hubungan personal dengan idolanya, atau perasaan marah dan sedih saat mendapati idolanya mendapatkan kritik atau hujatan dari oranglain, padahal biasa saja.

Bagaimana Fatinistic, apakah sudah tahu Anda termasuk yang mana? ini memang bisa salah, namanya juga teori yang dibuat oleh manusia, sehingga kemungkinan kecil sempurna. Jika sudah, kita ke tahap selanjutnya yaitu mulai melihat pola relasi fans dengan idola; Fatinistic dengan Fatin. Relasi seperti apa yang terbentuk?

Fans dan idola mempunyai hak dan kewajiban (sebagai fans dan sebagai idola) dalam rangka menciptakan keharmonisan. Ingat pelajaran Biologi saat Anda SMP? Kita akan menggunakan teori sederhana tersebut disini. Anda ingat, ada tujuh jenis simbiosis, tapi kita hanya akan menggunakan tiga diantaranya; simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme.

Simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan antara fans dengan idola. Kuncinya adalah bahwa fans dan idola masing-masing mempunyai pemahaman yang baik tentang hak dan kewajiban, serta berkomitmen di dalamnya. Tidak perlu jauh-jauh, misal; Wota dengan JKT48, fans JKT48 ini dikenal dengan militansinya. Kita dapat melihat hubungan yang saling menguntungkan disana. Bagaimana Wota selalu bersedia ‘berkorban’ waktu dan uang demi idolanya, membeli apapun yang dijual oleh mereka dengan sukarela, bersedia mengantri dan membayar untuk sekedar shakehand, menghadiri acaranya dimanapun serta mencurahkan segenap perhatian. Lalu apa yang dilakukan JKT48 untuk Wota? Mereka berlatih koreografi minimal 5 jam setiap harinya selama 6 hari dalam sepekan agar dapat maksimal saat tampil, rela di make-up jam 13.00 untuk performance jam 20.00, rela kehidupan pribadinya dibatasi agar dapat berbagi dengan fans. Contoh kedua kita ambil yang dari luar; One Direction dengan Directioners. Pernahkan para fans bosan untuk mendukung mereka? Tidak. Dan saya sebagai Directioners belum pernah kecewa melihat penampilan mereka.

Simbiosis komensalisme, yaitu hubungan dimana hanya salahsatu yang diuntungan namun yang lain tidak merasa dirugikan. Hubungan ini terjadi ketika fans dan idola hanya memahami salahsatu dari hak atau kewajibannya. Misalnya fans paham haknya namun tidak paham kewajiban, sedang idolanya sebaliknya. Atau seorang idola hanya paham haknya sementara fans hanya paham kewajibannya. Contoh: Slank dan Slankers, sekilas memang hubungan mereka terlihat saling menguntungkan. Namun jika kita cermati, ada kalanya hubungan mereka hanya menguntungkan satu pihak tanpa merugikan pihak yang lain. Slank selalu maksimal saat perform dimanapun karena mereka paham kewajiban mereka, sedang Slanker tidak semua paham kewajiban. Terkadang kita mendengar stadion ricuh karena mereka memaksa masuk dsb. Atau saat penjualan album, Slanker yang paham tentu akan selalu membeli yang original, namun ada banyak Slanker yang hanya punya loyalitas namun tidak mampu untuk melakukan hal yang sama. Sehingga lagu Slank mempunyai rating pembajakan yang tinggi. Namun selama ini Slank tidak merasa dirugikan dengan hal tersebut.

Simbiosis parasitisme, yaitu hubungan yang merugikan kedua belah pihak. Ini terjadi jika fans dan idola sama-sama hanya memahami haknya saja tanpa mengerti adanya kewajiban. Fans hanya tahu bahwa idola ada untuk menghibur, sedang idola hanya tahu bahwa fans harus ‘membayar’ untuk melihat penampilannya. Contohnya, saya agak kesulitan mencarinya. Mungkin kondisi ini hampir tidak mudah kita temukan. Atau Anda ada yang tahu?

Nah setelah melihat pemaparan di atas, menurut Anda yang manakah yang cocok dengan Fatinistic dan Fatin?

Opini saya, Fatin-Fatinistic masuk dalam kategori simbiosis komensalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun