Mohon tunggu...
Bernadeta Niken
Bernadeta Niken Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Engineer, nikonian, book addict

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sapardi Membaca Sita

16 Juni 2012   09:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:55 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_195051" align="aligncenter" width="386" caption="Sapardi Djoko Damono"][/caption] Sapardi Djoko Damono memang lekat dalam ingatan di bulan juni lewat hujannya yang tabah. Entah kebetulan atau tidak, di Salihara, 9 Juni kemarin beliau meluncurkan 2 novel barunya Trilogi Sukram: Pengarang Belum Mati dan Pengarang Tak Pernah Mati, lanjutan dari Pengarang Telah Mati. Bukan hanya novelnya, Sapardi juga meluncurkan buku sajar terbarunya Namaku Sita dan Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita. Ternyata usia tidak menjadi hambatan bagi Sapardi untuk terus berkarya. Meski giginya ompong yang menyebabkan bicaranya sedikit kurang jelas, beliau tetap menuliskan kegelisahannya lewat bait-bait sajak dan kalimat-kalimat dalam novelnya. Peluncuran ini dibarengi dengan pembacaan buku sajaknya Namaku Sita oleh beberapa orang, 2 orang mahasiswanya, seorang dalang, dan grup acapella Twilite Orchestra. Kita mengenal Sita atau bisa juga dieja Shinta, adalah istri Rama yang diculik Rahwana (Dasamuka). Sita digambarkan sebagai seorang wanita yang patuh dan setia pada suaminya, Rama. Namun saat diculik Rahwana, Rama meragukan kesucian dan kemurniaannya. Kita sering luput akan kegelisahan Sita, sebagai wanita yang sepenuh hati menjaga kesuciannya namun Rama suaminya tidak percaya padanya. Sapardi menafsirkan Sita bukan lagi sebagai wanita penurut melainkan seorang wanita yang mempunyai kehendak dan keinginan untuk menentukan hidunya. Tentunya lewat bait-bait sajak yang indah. Ramayana adalah kisah yang kaya, kaya akan makna kehidupan, namun juga membebaskan setiap orang dengan caranya untuk menginterpretasikan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun