Mohon tunggu...
Niken Hartanti
Niken Hartanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Surabaya

"Setiap tulisan adalah dunia tersendiri, yang terapung antara dunia kenyataan dan dunia impian" -Pramoedya Ananta Toer-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerimaan Diri Orangtua

12 Desember 2023   23:43 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:31 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa tahun terakhir Anak berkebutuhan khusus menjadi topik yang sedang sering diperbincangkan, inklusifitas yang mengikuti pembahasan ini juga menjadi daya tarik tersendiri untuk mempelajarinya. berbagai macam statement serta pemahaman akan anak berkebutuhan khusus mulai banyak dilahap oleh masyarakat sejak maraknya pendidikan inklusi di indonesia dan di dunia. meskipun begitu, tak bisa dipungkiri kalau masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti dan memahami akan konsep inklusifitas untuk anak berkebutuhan khusus ini. baik inklusifitas dalam segi pendidikan maupun dalam kehidupan sehari hari. keberadaan anak berkebutuhan khusus masih dianggap sebelah mata bahkan aib yang masih sering ditutupi dan disembunyikan. Statemen Statemen buruk yang disematkan oleh masyarakat pada anak berkebutuhan khusus ini lah yang membuat para orang tua diluar sana menganggap anaknya adalah sebuah kesalahan yang semestinya disembunyikan. 

Setiap orang tua memiliki sosok anak yang mereka impikan. penyesuaian mereka sebagai orang tua juga diukur terhadap seberapa baik anak itu diukur dengan ke ideal an yang diciptakannya. hal ini membuat orang tua yang menyadari bahwa anak mereka memiliki kecacatan dan tidka sesuai dengan sosok anak ideal yang ada di kepala mereka menimbulkan perasaan kecewa, marah, frustasi, takut, dan kekhawatiran yang besar. jika perasaan ini ditambahi dengan statemen dan pandangan buruk dari lingkungan maka emosi negatif akan semakin membelenggu orang tua terkhusus ibu dari anak berkebutuhan khusus ini. 

satu hal yang sangat diperlukan oleh orang tua di posisi ini ialah Penerimaan Diri, yang berarti mampu menerima dan memahami posisi yang sedang dihadapinya dari segi baik dan buruknya. Penerimaan diri ini akan menghasilkan buntut yang panjang untuk perkembangan hidup anak dan orang tua kedepannya. Jika orang tua sejak awal tidak memiliki penerimaan akan dirinya dan kondisi anaknya ia akan cenderung menutup mata akan kebutuhan sang anak. pola asuh serta pandangan pada anaknya juga akan berbeda. sedangkan jika dari awal orang tua mampu memiliki penerimaan diri yang baik, hal ini akan menjadi gerbang awal dari pemahaman orang tua akan kebutuhan sang anak yang kemudian menciptakan pola asuh yang baik dan tepat untuk anaknya. 

Penerimaan diri ini bukanlah perkara yang mudah bagi orang tua.  akan ada fase panjang yang harus dilalui orang tua dari anak berkebutuhan khusus, mulai dari kaget (shock), menyangkal (denial), perasaan duka (grief), perasaan bersalah (guilt), perasaan marah (anger), tawar-menawar (bergaining), adabtasi dan reorganisasi (adaptation and reorganization), menerima dan memahami (acceptance and adjustment). banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan diri ini diantaranya (1) pendidikan terakhir orang tua, semakin tinggi pendidikan orang tua maka mereka cenderung lebih mudah memahami mengenai diagnosa anak, penanganannya, dan kebutuhan anak tersebut, (2) usia awal diagnosa anak, hal ini sangat mempengaruhi kesiapan orang tua dalam beradabtasi dengan keadaan anaknya, (3) cara penyampaian diagnosis anak, hal ini tidak bisa dianggap remeh sebab sangat berpengaruh pada awal penerimaan orang tua. 

bentuk dari penerimaan diri ini bukan hanya tentang penerimaan mereka akan keadaan saja, namun juga diikuti oleh tindakan yang dibutuhkan. Adapun bentuk penerimaan diri orang tua diantaranya yaitu (1) berpendirian, artinya memiliki keyakinan serta prinsip yang kuat, (2) pembukaan diri, artinya orang tua mampu menerima saran dan mampu membuka wawasan tentang keadaan anaknya, (3) percaya akan kemampuan dirinya, (4) tanggung jawab, (5) mencapai kesehatan psikologis, (6) menyadari keterbatasan diri. pencapaian diri ini juga tidak terpisahkan dari faktor faktor seperti dukungan dari diri sendiri (self support), dukungan sosial (social support), pendapat diri sendiri (self judgement), dan pendapat sosial (sosial judgement).

Peran kita sebagai masyarakat sangat penting dalam meningkatkan penerimaan diri orang tua dari anak berkebutuhan khusus. untuk itu mari ciptakan lingkungan yang ramah dan sehat untuk semua anak tak terkecuali anak berkebutuhan khusus. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun