Alunan lembut sebuah tubuh
Mengalun seiring sang Bayu
Tenang...Â
Berirama...
Senandungnya berbisik
Bercampur dengan nyanyian malam
Berdiri tegar
Tak tergoyahkan
Apa yang terjadi?Â
Sang bambu terdiam...
Merintih dalam malam
Sakit...Â
Sesak...
Ketika satu persatu tangan berusaha menjamahnya
Mematahkan batangnya...
Namun ia tak bicara...Â
Hanya memandang...Â
Dan satu persatu pula, tangan-tangan itu berjatuhan
Terluka dengan sayatan durinya...
Melenting keras
Menampar mereka
Bukan salah sang bambu membuat mereka luka
Tersungkur...Â
Terjatuh...
Tepat di bawahnya...
Menyembah dan menangis...
Apakah maaf adalah sebuah kata?Â
Atau harta yang berharga?
Sang bambu lagi-lagi tertunduk
Memandang wajah-wajah beku
Ayunannya pelan
Alunannya teredam
Lihatlah bumi, putrimu ini!
Memandang congkak pada langit
Berteriak nyaring pada angin
Biarkan mereka tahu
Biarkan mereka berpikir
Siapakah sang bambu ini
Yang tengah berdiri menjulang tinggi
Rongga-rongga batinnya yang tersayat dan terluka
Biarkanlah menjadi rahasia
Bumi tahu betapa sang bambu
Membutuhkan cinta....Â
#Puisi yang tertulis pada July 2003, dipersembahkan untuk kakak terkasih yang saat itu tengah terluka batinnya karena cinta...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H