Apalah arti sebuah pena?Â
Yang menari tanpa jiwa.Â
Berkisah tanpa makna.
Apalah guna jiwa yang puitis?Â
Jika pada akhirnya hanya mati tanpa arti.
Jika pada akhirnya semua coretan hanya hidup dalam angan, untuk apa di curahkan?
Tak ada guna semua dipertahankan.Â
Seorang pujangga yang kelu dan bisu.
Ia hanya menjadi seonggok daging yang tak bisa beranjak dari diamnya.
Seorang pujangga yang kehilangan maknanya.
Hanya bisa menari dalam diam, tangannya lumpuh dan tak bisa bicara diatas kertas.
Penanya tergeletak tak berjiwa.
Pujangga ini terlalu lelah bermain kata.
Terlalu pongah dan terlanjur diamÂ
Semuanya menjadi sia-sia katanya.
Semuanya terlalu omong kosong dan tam berguna.
Air matanya tandas sebelum menetes.
Seringainya menghapus senyumnya tentang puisi cinta.
Pujangga ini tak bisa berlari lagi.
Hanya bisa menggeliat...
Meronta...Â
Dalam diamnya...Â
18/10/2021 20.15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H