Mohon tunggu...
niken diani
niken diani Mohon Tunggu... Lainnya - Tuhanlah Gembalaku aku tak akan berkekurangan

Tuhan adalah gembalaku tak akan kekurangan aku (Maz.23)

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mungkinkah Belajar Bahasa Asing di Usia 45 Tahun?

11 Maret 2021   03:35 Diperbarui: 14 Maret 2021   03:00 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman saya harus belajar bahasa asing di usia 45 tahun ini berawal dengan rencana pernikahan saya dan suami yang kebetulan orang bule, aslinya dari Jerman. 

Salah satu syarat pernikahan di Kantor Catatan Sipil di Jerman adalah salah satunya calon mempelai yang warga negara asing harus memiliki sekurang-kurangnya ijazah A1 bahasa Jerman. 

Setelah kami menikah secara agama di Indonesia, maka kami harus juga melakukan pernikahan di Jerman secara sipil agar pernikahan kami sah secara hukum Jerman. 

Pada waktu itu bagi saya merupakan tantangan sendiri. Akan tetapi, ada suara dalam hati saya seperti ini: Demi sang cinta, saya harus belajar.

Mulailah saya mendaftarkan di tempat kursus Bahasa Jerman di Goethe Institut Surabaya. Oleh karena saya tinggal di Probolinggo, maka saya ambil kursus di Surabaya, puji Tuhan di Surabaya rasanya lebih mudah bagi saya dari segi jangkauan jarak dari Probolinggo. 

Waktu itu, saya mengambil kursus dengan program intensif. Artinya, setiap hari mulai jam 7.30 sampai jam 12.30, ya dari Senin sampai Jumat. Satu hal yang mengejutkan saya ialah bahwa ternyata di dalam kelas itu, sayalah yang paling tua usianya.

Sedangkan peserta lainnya masih dengan usia sekitar 17 tahun-20 tahun, bahkan semua adalah pelajar yang akan melanjutkan studi ke Jerman. Tentu, kecuali saya yang belajar bahasa Jerman agar bisa dapat syarat nikah. 

Dari usia, ternyata guru yang mengajar pun usianya di bawah usia saya. Pertama kali masuk kelas bahasa ini, sang guru langsung menyapa kami dengan menggunakan bahasa Jerman, duh gitu sih. 

Untungnya cuma salam doang, jadi saya bisa ngerti sedikit. Satu hal yang saya sadar dan bahkan penting ketika orang belajar bahasa adalah orang harus belajar perbendaharaan kata melalui Kamus atau Worterbuch, dan tentunya gramatikal atau tata bahasa. 

Tidak mudah tentu bagi orang seusia saya untuk mempelajari kosakata dan gramatikal, apalagi harus menghafal. Ampun deh. Meskipun, saya waktu itu tetap punya niat yang kuat untuk belajar dan terus belajar. 

Bagi saya yang usia 45 tahun ini terasa agak sulit karena harus hafal, tapi saya berjuang dan saya tetap belajar supaya saya bisa lulus. Tekad dan komitmen itulah yang menolong saya dan tentu bisa menolong siapa saja untuk belajar bahasa pada usia 45. 

Demikian akhirnya saya kursus bahasa Jerman setiap hari dan setelah hampir 1,5 bulan, saya mencoba mengikuti tes ujian A1 meskipun sebenarnya saya belum paham benar bahasa Jerman. Saya mengikuti tes itu atas dasar motivasi suami saya.

Foto: westfalen-blast.de
Foto: westfalen-blast.de
Test ujian A1 ini diadakan di Goethe Institut setiap bulannya dan semua siswa bisa ikut dengan membayar biaya Tes pada tahun 2015 sebesar 60 euro. 

Nilai yang besar buat saya karena bayarnya menggunakan kurs ke mata uang rupiah dan jika tidak lulus, saya harus membayar lagi, padahal kursus intensive saya juga belum selesai. 

Saya mengikuti ujian A1 sesuai standar yang berlaku di Jerman, masuk hanya bawa alat tulis dan Kartu Tanda Pengenal Peserta Ujian saja, soal-soal test meliputi: Hören verstehen (mendengar), Schreiben (menulis), Sprechen (berbicara). 

Semua test saya ikuti dengan berdebar, maklum saya belum kuasai semua materi. Waktu itu ada juga peserta lainnya yang ikut ujian bersama saya, semua mereka adalah anak muda tentunya, sudah punya persiapan jauh lebih baik dari saya. 

Yang paling susah adalah saat test Sprechen atau berbicara tanya jawab karena yang menguji adalah orang Jerman sendiri. Ya ampun, saya benar-benar sedikit gugup karena saya belum tentu bisa jawab nantinya.

Tapi jujur, saya berdoa kepada Tuhan Yesus supaya Dia menolong saya memberikan Roh Kudus kepada saya seperti saat Tuhan menurunkan Roh Kudus-Nya atas para rasul-Nya, sehingga para rasul-Nya bisa berkata-kata dalam berbagai bahasa.

 Puji Tuhan, saya bisa jawab pertanyaan- pertanyaan itu dengan lancar yang kebetulan pertanyaannya masih sederhana, yakni supaya saya memperkenalkan diri saya. Lalu dia tanya berapa nomor telepon saya, dimana saya harus hafal nomor saya ini...untung saya ingat nomornya. 

Ujian selesai dan saya menunggu selama 1 bulanan hasilnya dengan berdebar tentunya, harap cemas. Sementara itu, saya tetap melanjutkan kursus saya yang belum selesai. 

Setelah 1 bulan, saya pun menelpon ke Goethe Institut untuk menanyakan apakah saya lulus ujian A1 atau gak. Puji Tuhan, saya dinyatakan: Lulus! 

Waktu itu, saya sangat bersukacita, padahal saya pikir mungkin saya tidak lulus karena saya gak begitu kuasai bahasa Jerman ini. Dan Ijazah A1 bisa saya terima dan saya pun bisa melanjutkan segala urusan Pernikahan di Kedutaan Jerman.

 Demikianlah sedikit pengalaman saya ketika harus belajar bahasa asing dalam usia yang tidak mudah lagi.

 Ada 3 hal penting yang bisa disimpulkan sebagai pesan dari pengalaman belajar bahasa asing di usia 45. Usia 45 tahun itu adalah usia yang mungkin untuk belajar bahasa asing, why not? Kemauan yang kuat dan kedisiplinan pribadi untuk terus belajar memang menjadi hal yang tidak bisa digantikan dengan apa pun. 

Percaya pada bantuan Tuhan Karena itu, saya mau katakan bahwa intinya tidak ada kata terlambat untuk belajar apa saja. Kerja keras dan andalkan Tuhan atau ora et labora itu memang ampuh dalam perjuangan untuk mencapai sesuatu.

Niken Anders 10.03.21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun