Mohon tunggu...
Niken Anggraini
Niken Anggraini Mohon Tunggu... Wiraswasta - podcast: anchor.fm/saya-niken

Novel : Suweng Mbah Tukah (gratis di Fizzo), Numa Dan Benda Bertuah (gratis di Fizzo), Pangeran Gelatik (gratis di Fizzo), Dita dan Sena: Sang Penakluk (gratis di Fizzo), Berlabuh Di Sisimu (Kwikku), Oh My Beebu (Hinovel, Sago, Bakisah, Ceriaca), Diary Cinta Naelsa:Macaca (Hinovel, Bakisah, Ceriaca)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Suweng Mbah Tukah (2)

19 Mei 2022   13:12 Diperbarui: 19 Mei 2022   13:15 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Halah mengko mbok apusi," (Halah ntar kamu bohongi)


"Mboten Mbah," (Nggak Mbah)


"Kowe iki lanang, mosok duwe suweng,"(Kamu cowok, masak punya anting-anting)


"Gadah kok Mbah. Nopo tumbas mawon nggih!? Njenengan milih piyambak," (Punya kok Mbah. Apa beli aja. Mbah bisa milih sendiri)


Pak Bhakti terus membujuk agar Mbah Tukah mau melepaskan tangannya yang terus mencengkram daun telinga perempuan muda itu.


Jerit kesakitan meluncur dari mulut perempuan muda itu karena Mbah Tukah terlihat tak sabar ingin mengambil anting-antingnya.  Pak Bhakti membujuk sekali lagi. Ia tak tega mendengar jerit kesakitan si perempuan pemilik anting-anting tersebut.  


Mbah Tukah menyeringai ke arah Pak Bhakti. Mulutnya bergerak-gerak seperti monyet. Pak Bhakti langsung bergidik. Raut wajah Mbah Tukah terlihat menakutkan. Sorot matanya garang menatap Pak Bhakti.  Barisan gigi yang menghitam itu sepertinya siap menggigitnya sewaktu-waktu. Terlihat jelas  kemarahan di wajahnya.  


Tangan Mbah Tukah semakin kuat menarik anting-anting si perempuan. Teriakan nyaring langsung kembali terdengar.  


Tak ada jalan lain, harus segera ditolong perempuan muda ini. Begitu pikir Pak Bhakti. Ia bergerak maju untuk meraih tangan Mbah Tukah. Setelah tangan itu terpegang, ia berusaha membuka jari-jari tangan Mbah Tukah. Sekian detik waktu berlalu dalam usaha Pak Bhakti  untuk melepaskan tangan Mbah Tukah yang meremas si pemilik anting-anting. 

Ternyata tak mudah. Tangan Mbah Tukah entah bagaimana bisa sekuat itu.  
Mbah Tukah kesal karena aksinya merebut anting-anting dihalang-halangi Pak Bhakti. Ia pun langsung menyeringai. Sejurus dengan itu, ia mengarahkan mulutnya untuk menggigit. Dan terdengarlah suara Pak Bhakti melolong kesakitan. Suasana kembali heboh.  
 
Kebayoran Lama - Jakarta
Pukul 12.25 WIB
 
Utami menatap orang-orang yang memandangnya. Ia mendapati dirinya duduk di lantai dan bersandar di tembok. Ada beberapa rekan kerjanya yang sedang jongkok atau berlutut mengerubunginya.


"Tam....Tami....Lu baik-baik aja kan?" tanya Mas Deni. Wartawan kriminal tabloid Detak itu memandang Tami dengan wajah keheranan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun