Mohon tunggu...
Nike Arisyandi
Nike Arisyandi Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 2 anak remaja dan sedang mencoba untuk belajar menulis

Seorang ibu rumah tangga biasa, yang mencoba menyalurkan hobi menulisnya untuk mengisi waktu luang tipis-tipis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hantu Cantik di Kelas Forensik

28 Agustus 2021   09:14 Diperbarui: 28 Agustus 2021   09:30 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seorang pria jomblo indigo sekaligus mahasiswa psikologi tingkat akhir. Malam ini  malam minggu dan akan ada mata kuliah forensik. Nice .... Setengah enggan aku login zoom di kelas forensik, menjatuhkan seluruh badanku ke atas kursi empuk dan duduk di belakang meja belajarku seperti kucing gemoy, menarik nafas panjang dan meregangkan jari-jari tanganku.   Mataku yang yang sudah 5 watt ini melirik jam yang terpampang di berada hapeku. Tumben, jam segini sudah mengantuk  ujarku dalam hati. Duduk menatap layar monitor, sudah cukup untuk membuat kepalaku  mulai migrain.

Somewhere over the rainbow..

instrumental lagu  dari hapeku, saat ini menunjukkan waktu tepat pukul  20.00, saatnya kuliah. Tiba-tiba terdengar ketukan dari balik pintu kamarku. 

"Mas, ini mie goreng dan kopi panasnya." ujar janda pemilik warkop sebelah. Baik sekali mengantarkan pesananku sampai depan kamar seperti ojol saja.  Yah beginilah nasib .  Malam minggupun di isi dengan kelas online via zoom, demi apa ? demi masa depan terang yang tentunya tidak seperti lampu kamar kos-kosanku yang temaram  dan entah mengapa aku merasa kamarku malam ini terasa lebih dingin dari biasanya .

Baiklah  aku rasa pelajaran  forensik malam ini bisa dimulai.

Zoom di awali dengan sapaan lanjut penjelasan pak dosen. Mulutku menguap bersamaan dengan tatapan mataku yang semakin memudar mendengarkan suara beratnya.  Kuputuskan camera dan microphone aku off saja. Menyimak. Kasus malam ini  mengenai seorang perempuan cantik yang menjadi korban mutilasi kekasihnya sendiri.  Pak dosen  mengingatkan bahwa tayangan berikut akan cukup mengganggu, sehingga siapa saja mahasiswa yang sedang  menggunakan sambungan internet, wifi di area publik, mohon menggunakan earphone dan duduk agak di pojok, jika di rumah pastikan tidak ada anak kecil yang bisa ikut melihat. 

Kurasa kesepakatan ini cukup aman buatku. Tampilan layar monitorku berikutnya memang akan menggangguku  bahkan di luar bayangan terliarku sekalipun. Bukan tanpa alasan, slide show foto potongan tubuh korban lengkap mulai kepala sampai dengan ujung kaki yang dipenuhi bercak darah satu demi satu terpampang jelas di layar monitor 14 inchi milikku. Pak dosen dengan tenang memulai kuliah  ilmu forensik  malam ini. Kombinasi seruputan kopi hitam, mie goreng  plus tayangan konten yang mengganggu ini rupanya berhasil mengusir rasa kantukku.

Tiba sesi tanya jawab bagi kami semua untuk membuat profiler dari korban mutilasi ini. Sesuai dengan keilmuan yang sudah kami pelajari selama satu semester.

Tugas kuliah di malam minggu. Tambah sip saja. Pandanganku jujur lebih banyak tertuju ke kasur  spring bed di pojok kamar dengan spreinya yang bersih wangi seolah terus memanggil mesra untuk ditiduri, ketika kulihat  sesosok tubuh tergolek  pucat di sana, spontan aku mengucek mataku dan ternyata itu hanyalah guling ku sendiri,  Wah sepertinya kopi hitam ini kurang beres.

Kini aku merasakan aku tidak sendiri di kamar kos, namun tidak aku hiraukan karena aku begitu yakin ini efek dari pelajaran forensik dan kombinasi kopi panas saja. Pandangan aku alihkan dari kasur kembali ke layar monitor, namun aku tertegun ketika melihat sosok makhluk cantik  yang tiba-tiba terlihat sedang duduk di meja belajarku dan kulihat wajahnya sama dengan foto potongan  kepala di slide pak dosen. Cantik, benar-benar cantik. Rambutnya hitam lurus di potong sebahu, dengan sedikit poni genit menutupi keningnya. Berbaju  gaun berwarna hitam panjang terjuntai sampai menutupi mata kakinya. Kontras dengan kulitnya bersih, putih atau lebih tepatnya pucat seperti kapas ya ? 

Kembali aku mengucek mata, dan ternyata memang si Cantik benar- benar ada. Korban mutilasi kini hadir di hadapanku. Mematung, menatap lekat tiap slideshow yang berseliweran di  layar monitor .  Ia tidak menyadari bahwa keberadaanya masuk dalam pantauanku. Aku  kembali menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungku pada kursi ku, kupijit - pijit area dahi ku sambil kucoba menutup Mata. Ah sepertinya aku harus segera mengakhiri kebiasaan pesan kopi hitam agar aku tidak membayangkan hal yang aneh-aneh lagi.  

Saat aku membuka mataku sosok itu kini tepat sejengkal di depan wajahku , duduk di atas meja belajar dan menghadap tepat ke arahku. Tatapan matanya yang bulat berwarna coklat itu benar-benar sangat tajam melotot ke arahku. Saat ini ia sudah tahu bahwa aku bisa mengendus kehadirannya. Gaun hitam yang panjang melambai-lambai menambah kesan dingin dan angker. 

Cleb..cleb...cleb...kresss..

Sebuah bunyi  berdesing di telingaku. Tak lama leher sosok cantik  ini tersayat sangat dalam hingga berdarah, jerit tangis keluar dari mulutnya sembari menahan perih.  kini sosok  yang ada di depanku menyeringai kesakitan diiringi dengan semua bagian tubuhnya mengeluarkan darah. Ia mundur sambil  berjalan terhuyung-huyung  menjauhi meja belajar tempat layar monitor ku berada . Gaun hitamnya membasahi lantai kamarku dengan cairan yang mengalir deras dari seluruh tubuhnya. Bau darah menyeruak memenuhi seisi kamarku.

" Siapa kau ini? jangan ganggu aku!"  teriakku sambil terus menatap sosoknya dari balik meja belajarku.

Kuambil kain pel yang teronggok di bawah meja,kulempar ke arahnya. sebelum kain itu  mengenai dirinya sosok itu  lenyap, hilang tak berbekas, oke kelihatannya ini bukan halusinasi, ini sebuah kenyataan. Aku segera berdiri lalu mencoba membuka pintu kamarku. Anehnya semua terkunci  padahal baru saja aku menerima pesanan kopi warkop sebelah. Kucoba jendela, sama saja.tidak bisa dibuka. Aku merasakan bulu kudukku  mulai meremang sesaat  hawa dingin juga kembali menyergap.

" Mas, kenapa aku diperlakukan seperti ini, apa alasannya? aku tidak dapat bernafas, aku takut,  disini pengap dan aku sendirian." Suara bisikan itu  berdesis sangat dekat di telingaku.

Oh My God,  Ia ada di belakangku !  spontan saja aku menoleh ke belakang meskipun rasa takut ini tak tertahankan lagi.  Terlihat si cantik menatapku. Aku spontan menjauhinya ke arah kasurku. Kini kakinya terlihat pincang di balik gaun hitamnya. yang membekas darah di setiap petak lantai yang di laluinya.

" Mana aku tahu, justru malam ini aku baru akan belajar untuk mengetahuinya. Dasar hantu bodoh !"   bentakku.

"Kalau begitu mari ikut bersamaku, aku akan memberitahu semua jawaban yang sedang kau cari hihihi..."  ucapnya.   Ia menangis tapi juga tertawa. Jantungku berdegup kencang seperti mau keluar dari dadaku  dan gigiku saling gemeletuk. Dengan susah payah aku berlari menjauh. Pintu dan jendela terkunci. Aku memilih berselimut di atas kasurku tapi dia terus berjalan terseok-seok mendekatiku dan masih saja memegangi lehernya. 

Aku semakin kesulitan untuk bernafas. Si hantu cantik inipun seperti orang yang sedang terlihat bingung. Sekilas ingin mendekatiku, lalu kembali ke meja belajar untuk  menatap layar monitor penuh berisi foto dirinya yang terpotong-potong lalu menangis. Melihatku, menyeringai dan berusaha untuk berjalan tertatih menuju ke arahku dan ingin menarik tanganku. Aku tak dapat berbuat banyak , tidak dengan rasa takut ini. Sampai akhirnya nya kuku -kuku tangannya terasa menusuk setiap syaraf kulit tanganku yang sedang sembunyi dibalik selimut. Ouch, perihnya.

Aku merasa kakiku menjadi sangat dingin,  dan ia menyeret tubuhku kembali ke meja belajar,  tanganku terus berusaha mencengkram apapun yang bisa aku temui untuk menarik tubuhku ke arah yang berlawanan Namun semua sia-sia karena aku merasa jari-jariku beku, aku tak sanggup melawan lagi. Dengan kasar hantu cantik ini mendorongku duduk ke atas kursi dan meletakkan tanganku di atas papan ketik  komputer. Lalu semuanya senyap, tenang, diam. Ruangan menjadi sangat gelap. 

"Jawaban yang sangat pintar Mas" suara pak dosen yang tegas dan keras menyadarkan aku.

Seketika aku terbangun dan  terkejut  mendapati diriku  masih duduk di atas kursi meja belajarku, dengan koneksi  zoom di ruang kelas forensik, dalam kondisi speaker on meski camera off di layar monitorku. Nafasku masih terasa memburu tak beraturan,  aku mencoba sebisa-bisanya menggunakan jari-jariku untuk menyentuh dahiku yang kebingungan dan mencoba memaknai apa yang sedang terjadi.  

Semua masih begitu terang di ingatanku,  aroma anyir yang ditimbulkan,  wajah hantu cantik pucat pasi yang kebingungan, tangisan dan tawa yang masih menusuk telingaku,  suara sayatan di lehernya, seringainya yang menakutkan, cengkeraman  kuku-kuku jari tangannya masih terasa sangat menyakiti  kulit tanganku. 

Rupanya aku terbangun oleh suara pujian dari pak dosen yang kagum dengan kemampuan analisa ku yang di rasa sangat jeli dan tepat.  Belum bisa kucerna dengan akal sehatku , pak dosen  lanjut bertanya :" Mas, masih disana kan ?"

" I..Iya pak, terimakasih pujiannya." Ujarku kebingungan. Pujian? Untuk apa ?

Kutatap  layar monitor ku, semua pertanyaan profiler bisa kujawab sempurna. Tidak masuk akal. Semua pertanyaan pak dosen mulai dari modus  pelaku,  ciri-ciri dan karakter korban,  sampai dengan kronologis kejadian serta bagaimana pihak berwajib berhasil menemukan semua potongan tubuh korban terjawab sempurna dan aku mendapat nilai terbaik malam ini.  Siapa yang menjawab nya? Semua teman mengatakan suaraku yang terdengar sepanjang waktu. 

Masih kebingungan aku kembali mendengar desis suara bisikan lirih di telingaku.

"Terima kasih Mas, Aku bisa istirahat dengan tenang, karena  sekarang aku tahu pelakunya sudah ditangkap." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun