***
Hari itu, aku mengenakan pakaian serba hitam. Aku berdiri disamping nisan yang bertuliskan namanya.
DEAN.
Nama laki-laki yang begitu aku sayangi, pada akhirnya.
Laki-laki yang tidak pernah marah dengan seperti apapun menyebalkannya diriku. Laki-laki yang selalu dan selalu membuatku beruntung memiliki dirinya juga cintanya.
Laki-laki yang membuatku mengerti apa artinya bahagia.
Laki-laki yang membuatku mengerti akan cinta dan airmata.
Laki-laki yang selalu akan ku cinta. Meski raganya tak lagi disampingku.
Aku tertunduk lemas. Menangis. Meratapi nasibku yang bahkan tak lebih baik dari nasib seekor kumbang yang berterbangan.
Ku genggam tanah yang masih merah itu. Ku peluk dan ku cium hingga dapat ku rasakan bau aroma tanah yang khas masuk ke dalam indera penciumanku.
Aku memejamkan kedua mataku. Merasakan rintikan-rintikan air itu mulai turun membasahi tubuhku.
Rintikan air hujan yang ku rasakan semakin deras. Namun, untuk pertama kalinya aku tidak takut atau bahkan menghindarinya.
Ku tengadahkan tanganku keatas. Merasakan lebih dalam rintikan air hujan yang membuat tubuhku basah karenanya.
Membiarkannya mengalir menusuk ke dalam kulitku. Membasuh segala airmataku. Membawa ketenangan tersendiri kala butiran air bening itu menghujaniku.
Dan, membuatku merasakan hadirnya dirimu disampingku. Memeluk tubuhku dan mengusap pelan kepalaku. Hujan yang membawa udara dingin ini terasa hangat bagiku.
Karena ia datang dengan membawa dirimu.
Ya, dirimu.
Aku mengulum senyum kecut saat memori-memori indah itu kembali terlintas dalam pikiranku.
Hujan itu datang. Tapi, membawa ketenangan dan kehangatan.
Hujan itu datang. Tapi, menghapus kesepian dan kegundahan.
Hujan itu datang. Dengan kenangan-kenanganku yang ikut mengalir bersamanya.
Ia datang dengan dirimu.
Dan, untuk pertama kalinya. Kamu membuatku jatuh cinta berkali-kali disetiap waktunya.
Dan, untuk pertama kalinya juga. Kamu membawa sisi terdalam bagian dari diriku untuk ikut mencintai hujan.
Aku mencintai hujan.
Yang turun bersamaan dengan kenangan kita.
Kini, aku baru mengerti kenapa aku harus mencintai hujan.
Hujan ini sama halnya denganmu. Tak pernah berhenti mengalir, meski tahu rasanya jatuh berkali-kali.
Tak pernah berhenti mencintaiku, meski kamu tahu rasanya perih berkali-kali saat kamu harus terus berjuang untukku.
Terimakasih untuk cinta yang begitu besar kamu berikan padaku. ─ R
“Not everyone has a happy ending” – Gwen Stacy & Peter Parker
https://www.wattpad.com/story/56101522-hello-rain
http://www.storial.co/book/rain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H