Mohon tunggu...
Nika Rakasiwi
Nika Rakasiwi Mohon Tunggu... -

Blogger & Writter Addict

Selanjutnya

Tutup

Puisi

I'm Fine

6 April 2015   17:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, beribu airmata terjun bebas membasahi pipiku. Entah, aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku takut akan kehilanganmu. Bahkan, dietiap kesempatan kita bertemu, aku selalu takut bahwa itu akan menjadi pertemuan terakhir kita.

Aku tak tahu, ujian apa lagi yang Tuhan beri untuk kita. Rasanya sangat tidak adil, untuk aku, yang telah berjuang sejauh ini harus selalu diberi ujian yang luar biasa tentang kita.
Apa yang Tuhan pertanyakan tentangku untukmu?
Kesetiaan? Pernah aku dengan setia menantikanmu kembali disaat kamu pergi membawa hati dan tak tahu kapan kembali.

Ketulusan? Pernah aku memberi tanpa aku mengharapkan pemberianmu kembali padaku.
Kasih sayang? Pernah aku melupakan amarahku yang memuncak hanya untuk memberimu segelintir perhatian kecil.

Lantas, apa yang Tuhan ingin uji padaku? Tidak cukup pantaskah aku untukmu, sayang? atau memang ini ujian untuk kita.

Aku tidak pernah berdo’a untuk meminta harta yang berlimpah.
Atau kecantikan abadi.

Atau pun seseorang yang sempurna untuk mendampingiku.
Aku hanya menginginkan sosok yang sepertimu; Yang tidak sempurna, namun dapat melengkapiku. Mengisi kekosongan disetiap sudut terkecil dihidupku.
Bahkan tak pernah ku lupa untuk menyebut namamu disetiap do’aku.
Apa semua usahaku tidak cukup dimata Tuhan, sayang?

Ingin rasanya aku berlari kearahmu dan bersandar dibahumu. Atau sekedar memelukmu erat. Aku lelah, sayang.
Tak rindukah kamu dengan semua kisah manis kita dahulu? Kenapa semakin aku memperjuangkan, semakin sulit rintangannya?

Aku hanya berusaha untuk membuatmu bahagia semampuku. Demi kamu, aku rela melewati semua rintangan ini. Demi kamu, aku rela tersakiti. Bukan, bukan karena aku buta cinta. Tapi, bukankah memang begitu seharusnya. Cinta bukan tentang kisah manis dan kesenangan semata. Tapi juga tentang perjuangan.

Apakah salah jika aku berani memperjuangkanmu sejauh ini? Apakah salah jika aku berani mengambil resiko sejauh ini? Apakah salah jika aku terlalu menyayangimu? Salah?

Ujian ini kian menyiksaku. Aku tidak dapat berhenti. Aku ingin terus maju memperjuangkanmu. Sampai pada saatnya nanti, aku berhenti dengan sendirinya. Aku tidak akan kalah dengan rintangan. Aku akan buktikan cintaku lebih kuat dari rintangannya. Aku tidak berjuang sejauh ini hanya untuk mengalah dan mundur.

Bahkan, jika pada saatnya nanti tiba. Waktuku telah habis untuk memperjuangkan mu. Aku akan meminta; Tuhan, bahagiakan dia. Orang yang ku sayang. katakana padanya, bahwa sampai nafas terakhir ku, aku masih mencintainya. Dan hanya dia. Sampaikan padanya, salam rinduku, pada cinta yang kini entah dimana.

Aku akan selalu berdo’a untukmu meski dalam kejauhan. Cintaku lebih dekat dari jarak. Cintaku lebih kuat dari baja. Perjuanganku yang akan mengajarimu banyak hal ketika nanti kau sadari itu.
Sayang, aku merindukanmu. Dan, semua kisah manis itu. Dapatkah kita memutarbalikkan waktu kemasa itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun