Senin, 11 Maret 2024. Saya sekeluarga bersama dengan Team misi dari Gereja GJSA Hagios Waingapu melakukan perjalanan ke pantai Tarimbang dan sekaligus melayani orang Marapu (Aliran Kepercayaan nenek moyang di Sumba) kampung Tandulla Jangga. Dengan jarak tempuh 100 KM dari kota Waingapu.
Kami berkumpul di gedung Gereja GSJA Hagios Waingapu Sebelum kami berangkat, kami berdoa bersama pada jam 06:30 WITA agar perjalanan kami ke Tarimbang bisa berada dalam tuntunan dan lindungan Tuhan. Â
Setelah itu kami sarapan bersama dan  kami berangkat pada jam 07:00 WITA dari kota Waingapu. Kami berjumlah 17 orang dengan menggunakan Mobil Pickup Carry. Kami berangkat dengan cuaca yang kurang baik dan dalam keadaan sedang hujan dan sopir sudah menyiapkan terpal untuk kami agar tidak basah diguyur hujan.Â
Dalam perjalanan menuju ke pantai Tarimbang, kami masih singgah di pasar Wairinding pada jam 07 : 35 WITA dikarenakan salah satu dari  team kami mabok perjalanan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan melewati beberapa pemandangan alam disekitar bukit Wairinding, dimana tempat ini juga menjadi salah satu spot terbaik yang sering di kunjungi para Tourist Asing yang ada di Sumba.
Awalnya perjalanan kami kesana aman-aman saja, namun setelah kami memasuki simpang menuju ke Tarimbang pada jam 09:10 WITA kami diperhadapkan dengan jalan yang berlubang - lubang. Sehingga kami begitu kesulitan melewati jalan tersebut ditambah hujan yang membuat air memenuhi lubang - lubang tersebut dan sopir juga belum menguasai area perjalanan menuju Tarimbang.Â
Pada jam 10:30 kami berhenti di pasar untuk membeli kopi sambil bercerita dengan masyrakat disitu yang sedang berteduh karena diguyur hujan. kemudian kami melanjutkan perjalanan pada jam 10:40 WITA. Dalam perjalanan kami juga sempat berpose disebuah tempat bernama Purnama, dan di tempat kami menemukan puing-puing sisa dari sebuah Vila yang pernah ada di tempat yaitu Vila Purnama. Tempat hangus terbakar oleh ulah orang gila.Â
Setelah kami berfoto bersama, kami kembali melanjutkan perjalanan hingga pada jam 12:00 WITA kami sampai di Kampung Tandulla Jangga. Tempat itu masih sangat susah dijangkau karena jalannya masih sangat rusak & licin.Â
Kami bertemu dengan ketua adat ditempat itu dan kami disambut dengan sangat baik dan ramah oleh orang-orang disana ditambah dengan tempat sirih pinang (Pahappa) sebagai tanda penghormatan terhadap tamu yang datang. kami juga di suguhkan kopi dan setelah itu kami makan bersama keluarga disana.
Setelah kami makan bersama, kami mendoakan orang-orang sakit (orang bisu, paru-paru dan rabun) dan juga kami mendoakan semua orang yang di tempat tinggal ditempat itu termasuk ketua adatnya. Dan Puji Tuhan, semua boleh berjalan dengan baik.Â