Mohon tunggu...
Niji No Saki 1107
Niji No Saki 1107 Mohon Tunggu... -

benci shopping mall

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Around The World in 4 Hours

22 Februari 2011   23:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:22 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini ketika saya membuka laman facebook, seorang teman memposting catatan perjalanannya ke Nikko. Beberapa waktu lalu saya pun pernah mem-posting artikel tentang tempat yang sama yang pernah saya kunjungi di liburan musim semi 2009, namun saya ternyata masih ada catatan perjalan yang tercecer. Ketika saya buka arsip-arsip lama, foto-foto itu masih tersimpan rapi. Artikel berikut adalah lanjutan dari kisah petualangan saya di Nikko. ----------------------------------------------------------- Hari ketiga di Nikko, saya bermaksud untuk hiking di Kirifuri Kogen (Kirifuri Highland) di kaki Akanagidake (gunung Akanagi) yang terkenal akan keindahan alamnya. Pagi itu ketika sampai di tourist information, saya kembali harus menelan kekecewaan karena Kirifuri Kogen ternyata masih tertutup untuk hiking. "Hmm...Okunikko sudah, UNESCO heritage complex sudah, Kirifuri Kogen tutup, kemana lagi saya harus pergi dengan Tobu Nikko free pass yang masih bisa saya gunakan selama 2 hari?" pikir saya. Saya membuka peta, terlihat Tobu World Square di daftar atraksi. World Square itu terletak di Kinugawa Onsen, sekitar setengah jam perjalanan dengan kereta dari Nikko, tapi masih ter-cover dalam peta free pass. Saya tidak perlu membayar ekstra untuk pergi ke Kinugawa. Tapi niat saya menciut ketika saya lihat harga tiket masuk ke tempat itu, "Alamaakkkk....2500 yen!!! ...mahal 'kali..." Saya menimbang-nimbang, uang di dompet makin menipis, hari ini adalah hari terakhir di Nikko. Jam masih menunjukkan pukul 10:00 sementara jadwal kereta kembali ke stasiun Asakusa, Tokyo baru akan berangkat sekitar pukul 17:00. Sayang sekali jika 7 jam terbuang percuma. Sementara berpikir, kereta yang berangkat ke Kinugawa Onsen datang. Ah berangkat saja lah... Sekitar pukul setengah 11 saya tiba di stasiun Kinugawa Onsen. Tempat ini hampir sama sepinya dengan Nikko. Kabarnya, tempat ini pernah menjadi primadona di tahun '70an, namun resesi di tahun '90an membuatnya nyaris dilupakan. Di tahun 2000an industri pariwisata di kota ini mulai menggeliat kembali ketika orang mulai mencari tempat wisata alternatif sebagai day trip yang bisa dijangkau dengan kereta dari kota-kota besar seperti Tokyo. Kinugawa terkenal bukan hanya karena pemandian air panas (onsen), dan wisata alamnya, melainkan juga karena 2 theme park besar yang ada di sana, yaitu Tobu World Square yang merupakan taman miniatur landmark dunia dan Nikko Edo Mura, sebuah kompleks museum terbuka yang berisi bangunan-bangunan dari jaman Edo (abad ke-16 hingga 18) lengkap dengan pasar, paviliun, rumah makan dan teater. Masuk ke Edo Mura, pastilah anda akan merasa kembali ke masa lalu karena penghuninya juga berbusana ala jaman Edo. Bahkan anda bisa melihat iring-iringan Daimyo (bangsawan penguasa daerah pada jaman feodal) beserta para Samurainya. Semula saya berniat mengunjungi keduanya, tapi ketika melihat tiket masuk Edo Mura hampir 2x lipat Tobu World Square saya pun ngeper. "Bisa-bisa makan ninggal KTP nih...." pikir saya. Tobu World Square terletak cukup dekat dari stasiun kereta, hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Ketika tiba di pintu masuknya, Taman yang dibuka sejak tahun 1993 itu tidak begitu ramai. Mendekati exhibit pertama, saya pun jadi paham kenapa harga masuknya cukup mahal. Craftmanship yang dibutuhkan untuk membangun itu sungguh mengagumkan. Butuh skill, dedikasi, kesabaran, dan komitmen luar biasa untuk menyelesaikannya. Dengan rasio 1:25, semua bangunan dibuat sangat detail semirip mungkin dengan aslinya, termasuk ornamen dan ukiran-ukirannya. Taman dibagi menjad 6 zona: Modern Japan Zone, Japan Zone, Asia zone, America Zone, Egypt Zone, dan Europe Zone. Total ada 102 exhibits di taman ini. Yang tak kalah mengesankan adalah 140.000 orang-orangan mini di sekitar exhibit. Dibuat dengan tangan, konon tidak ada 2 orang-orangan yang persis sama. Jika anda melihat lebih dekat, akan terlihat banyak aktivitas yang 'dilakukan' orang2an tersebut. Saya jadi merasa seperti Gulliver di negeri para Lilliput. Agar miniatur dapat terlihat seperti bangunan aslinya, saya pun rela berjongkok hingga tiarap demi mendapatkan angle yang pas. Dilihatin orang? Pastinya...paling mereka mikir 'baka gaijin..' (stupid foreigner) hehehe... Di Zona Jepang ada miniatur bangunan-bangunan terkenal seperti gedung National Diet, Akasaka Palace, Narita International Airport, Yoyogi Stadium, Tokyo Station dan Hotel Imperial. Hotel Imperial didesain arsitek terkenal Frank Lloyd Wright pada tahun 1890. Hotel ini sayangnya sudah tidak ada lagi karena sempat terbakar sebelum akhirnya dihancurkan di tahun 1950an. Bagian depan hotel yang masih tersisa kini dipindahkan ke Meiji Mura, sebuah open air museum khusus bangunan zaman Meiji di kota Inuyama. Bagian yang paling menarik bagi saya adalah miniatur Tokyo Station. Terletak di distrik Marunouchi, Tokyo, stasiun ini adalah salah satu yang tersibuk di Jepang. Tak kurang dari 3000 kereta melintas dan membawa puluhan ribu orang dalam sehari. Atmoster keramaian terasa begitu hidup dengan kehadiran orang-orangan mini yang menyemut di sekitar stasiun. [caption id="attachment_92645" align="aligncenter" width="680" caption="searah jarum jam dari kiri atas, Itsukushima Jinja, Imperial Hotel, Tokyo Station, Tokyo Tower"][/caption] Di Zona Asia banyak landmark terkenal yang bisa dilihat. Ada Kota Terlarang dan Kuil Buddha Yungang di Cina, Royal Palace Gyeongbokgung di Korea Selatan, Angkor Wat di Kamboja, Taj Mahal di India, dll. Saya celingak-celinguk mencari Borobudur atau Prambanan, ah sayang tidak ada :-( [caption id="attachment_91390" align="aligncenter" width="605" caption="Searah jarum jam dari kiri atas, Kota Terlarang (China), Gyeongbokgung Royal Palace (Korea), Kuil Yungang (China) dan Angkor Wat (Kamboja)"]

1298414083809408734
1298414083809408734
[/caption] Ketika asyik mengitari zona Asia, mata saya tiba2 tertumbuk pada struktur biru yang mirip Masjid. Ah benar ternyata, ini dia miniatur Masjed-e Shah atau Imam Mosque yang terletak di Isfahan, Iran. Masjid yg dibangun pada abad ke-16 ini saat ini adalah salah satu mahakarya arsitektur Persia. Didominasi warna biru, masjid ini sungguh anggun. Walaupun hanya miniatur, saya terkesan pada mosaik dan kaligragi di dinding-dinding masjid yang sangat mirip dengan aslinya. Jepang hampir tidak mengenal agama apalagi tradisi Islam, namun mereka bisa membuat tiruan kaligrafi dengan sangat teliti. Hmm...bisa saja mereka mempekerjakan perajin kaligrafi muslim dalam pembuatannya. Tidak jauh dari Persia adalah Zona Mesir. Di sini anda bisa melihat Piramid Menkaure, Khafre, Khufu, Sphinx dan kuil Abu Simbel. [caption id="attachment_91391" align="aligncenter" width="563" caption="Miniatur Masjed-e Shah, Isfahan, Iran"]
1298414250315235824
1298414250315235824
[/caption] [caption id="attachment_91392" align="aligncenter" width="570" caption="The Great Sphinx dan Piramid Khafre (kiri), Kuil Abu Simbel (kanan)"]
12984147981230949852
12984147981230949852
[/caption] Dari zona Mesir saya 'menyeberang' ke Zona Eropa, hinggap di Itali sebentar untuk menengok Katedral Duomo di Milano yang merupakan bangunan dengan gaya Gothic terbesar di dunia. Detail ukiran menara, vault dan flying butresses-nya sungguh memukau. Tak heran butuh 5 abad untuk menyelesaikan bangunan aslinya. Miniatur lain yang juga mengagumkan adalah St. Peter's Basilica yang terletak di Vatikan. Miniaturnya saja sangat besar, apalagi aslinya, wow..  Lapangannya terlihat dipenuhi ribuan orang-orangan mini. Aslinya, kompleks Basilica ini adalah gereja Katolik terbesar di dunia sekaligus tempat tinggal Paus. Tak heran banyak orang pergi kesana untuk mengunjungi museum Vatikan yang terkenal sekaligus berziarah. [caption id="attachment_91394" align="aligncenter" width="604" caption="Detail Arsitektur Katedral Duomo di Milano, Italia"]
12984149521495601480
12984149521495601480
[/caption] [caption id="attachment_91393" align="aligncenter" width="592" caption="Basilica St. Peter, Vatican City"]
12984144941908263606
12984144941908263606
[/caption] Meneruskan perjalan di Zona Eropa ke arah Barat, saya menjumpai katedral Notre Dame de Paris yang terkenal, menara Eiffel, dan istana Versailles di Perancis yang merupakan mahakarya arsitektur zaman Baroque, kastil Neuschwanstein di Jerman yang menjadi inspirasi istana Disney, istana Belvedere di Austria, Peterhof Palace, dan  St. Basil Cathedral di Rusia yang unik dengan kubah beraneka warna dan bentuk.  Di museum ini saya memperhatikan miniatur istana-istana yang dibangun pada zaman Renaissance. Sebagian besar memiliki kesamaan, yaitu dikelilingi 'orangery', taman yg sangat luas dengan lanskap yang romantis. Orangery istana Versailles disebut-sebut sebagai salah satu yang terindah. [caption id="attachment_91395" align="aligncenter" width="587" caption="Detail Arsitektur Notre Dame de Paris, Perancis"]
12984150802060987152
12984150802060987152
[/caption] [caption id="attachment_91396" align="aligncenter" width="569" caption="Searah jarum jam dari kiri atas, Peterhof Palace (Rusia), St. Basil (Rusia), Basilica San Marco di Venezia (Italia), dan yang satu lupa namanya hahaha.."]
12984151721413663757
12984151721413663757
[/caption] [caption id="attachment_91397" align="aligncenter" width="603" caption="Kastil Neuschwanstein (Jerman), Belvedere (Austria), Chateau de Chambord (Perancis), dan Coloseum (Italia)"]
12984152891790929006
12984152891790929006
[/caption] [caption id="attachment_91400" align="aligncenter" width="595" caption="Searah jarum jam, Orangery Istana Versailles, Eiffel Tower, dan Versailles Facade"]
1298418259739035495
1298418259739035495
[/caption] Dari Eropa Barat saya 'singgah' sebentar di Inggris untuk menengok barang sebentar Palace of Westminster, Big Ben dan Buckingham Palace. Setelah puas 'berjalan-jalan' di Inggris, saya bertolak ke Zona Amerika. Dari kejauhan terlihat 3 bangunan tinggi menjulang. Apalagi kalau bukan si kembar World Trade Center dan Empire State Building. Di taman miniatur ini, gedung kembar yang runtuh di tahun 2001 ini menjulang setinggi 20 meter. Di bawahnya terlihat jalanan kota New York yang sibuk dan ramai. Saya coba memperhatikan 'kesibukan' di jalan raya. waahh...ternyata ada kecelakaan dan perampokan. Siapa sangka para perajin terpikir untuk membuat scene semacam ini, semua terlihat sungguh realistis. [caption id="attachment_91398" align="aligncenter" width="615" caption="Palace of Westminster (kiri) dan Buckingham Palace (kanan)"]
12984154471710476674
12984154471710476674
[/caption] [caption id="attachment_91399" align="aligncenter" width="592" caption="Gedung kembar WTC, Chrysler dan Empire State Building serta Keramaian Kota New York"]
1298415574258061361
1298415574258061361
[/caption] Pukul 2 siang, hujan mulai turun. Walaupun belum semua tempat saya kunjungi, saya harus bergegas. Hmmm..di cuaca seperti ini tak ada gunanya jalan-jalan ke tempat lain, lebih baik pulang. Pukul 3 sore akhirnya saya pun kembali ke Nikko sebelum bertolak ke Asakusa, Tokyo.  Mengelilingi 4 benua dan 'mengunjungi' tak kurang dari 70 landmark hanya dalam waktu sekitar 4 jam,  sungguh pengalaman yang mengesankan. Walaupun sedikit mahal, saya merasa tak rugi membayar 2500 yen. Menuliskan pengalaman ini, saya jadi teringat TMII di Jakarta. Apa kabarnya ya sekarang? PS: Semua foto adalah koleksi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun