Pagi ini ketika saya membuka laman facebook, seorang teman memposting catatan perjalanannya ke Nikko. Beberapa waktu lalu saya pun pernah mem-posting artikel tentang tempat yang sama yang pernah saya kunjungi di liburan musim semi 2009, namun saya ternyata masih ada catatan perjalan yang tercecer. Ketika saya buka arsip-arsip lama, foto-foto itu masih tersimpan rapi. Artikel berikut adalah lanjutan dari kisah petualangan saya di Nikko. ----------------------------------------------------------- Hari ketiga di Nikko, saya bermaksud untuk hiking di Kirifuri Kogen (Kirifuri Highland) di kaki Akanagidake (gunung Akanagi) yang terkenal akan keindahan alamnya. Pagi itu ketika sampai di tourist information, saya kembali harus menelan kekecewaan karena Kirifuri Kogen ternyata masih tertutup untuk hiking. "Hmm...Okunikko sudah, UNESCO heritage complex sudah, Kirifuri Kogen tutup, kemana lagi saya harus pergi dengan Tobu Nikko free pass yang masih bisa saya gunakan selama 2 hari?" pikir saya. Saya membuka peta, terlihat Tobu World Square di daftar atraksi. World Square itu terletak di Kinugawa Onsen, sekitar setengah jam perjalanan dengan kereta dari Nikko, tapi masih ter-cover dalam peta free pass. Saya tidak perlu membayar ekstra untuk pergi ke Kinugawa. Tapi niat saya menciut ketika saya lihat harga tiket masuk ke tempat itu, "Alamaakkkk....2500 yen!!! ...mahal 'kali..." Saya menimbang-nimbang, uang di dompet makin menipis, hari ini adalah hari terakhir di Nikko. Jam masih menunjukkan pukul 10:00 sementara jadwal kereta kembali ke stasiun Asakusa, Tokyo baru akan berangkat sekitar pukul 17:00. Sayang sekali jika 7 jam terbuang percuma. Sementara berpikir, kereta yang berangkat ke Kinugawa Onsen datang. Ah berangkat saja lah... Sekitar pukul setengah 11 saya tiba di stasiun Kinugawa Onsen. Tempat ini hampir sama sepinya dengan Nikko. Kabarnya, tempat ini pernah menjadi primadona di tahun '70an, namun resesi di tahun '90an membuatnya nyaris dilupakan. Di tahun 2000an industri pariwisata di kota ini mulai menggeliat kembali ketika orang mulai mencari tempat wisata alternatif sebagai day trip yang bisa dijangkau dengan kereta dari kota-kota besar seperti Tokyo. Kinugawa terkenal bukan hanya karena pemandian air panas (onsen), dan wisata alamnya, melainkan juga karena 2 theme park besar yang ada di sana, yaitu Tobu World Square yang merupakan taman miniatur landmark dunia dan Nikko Edo Mura, sebuah kompleks museum terbuka yang berisi bangunan-bangunan dari jaman Edo (abad ke-16 hingga 18) lengkap dengan pasar, paviliun, rumah makan dan teater. Masuk ke Edo Mura, pastilah anda akan merasa kembali ke masa lalu karena penghuninya juga berbusana ala jaman Edo. Bahkan anda bisa melihat iring-iringan Daimyo (bangsawan penguasa daerah pada jaman feodal) beserta para Samurainya. Semula saya berniat mengunjungi keduanya, tapi ketika melihat tiket masuk Edo Mura hampir 2x lipat Tobu World Square saya pun ngeper. "Bisa-bisa makan ninggal KTP nih...." pikir saya. Tobu World Square terletak cukup dekat dari stasiun kereta, hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Ketika tiba di pintu masuknya, Taman yang dibuka sejak tahun 1993 itu tidak begitu ramai. Mendekati exhibit pertama, saya pun jadi paham kenapa harga masuknya cukup mahal. Craftmanship yang dibutuhkan untuk membangun itu sungguh mengagumkan. Butuh skill, dedikasi, kesabaran, dan komitmen luar biasa untuk menyelesaikannya. Dengan rasio 1:25, semua bangunan dibuat sangat detail semirip mungkin dengan aslinya, termasuk ornamen dan ukiran-ukirannya. Taman dibagi menjad 6 zona: Modern Japan Zone, Japan Zone, Asia zone, America Zone, Egypt Zone, dan Europe Zone. Total ada 102 exhibits di taman ini. Yang tak kalah mengesankan adalah 140.000 orang-orangan mini di sekitar exhibit. Dibuat dengan tangan, konon tidak ada 2 orang-orangan yang persis sama. Jika anda melihat lebih dekat, akan terlihat banyak aktivitas yang 'dilakukan' orang2an tersebut. Saya jadi merasa seperti Gulliver di negeri para Lilliput. Agar miniatur dapat terlihat seperti bangunan aslinya, saya pun rela berjongkok hingga tiarap demi mendapatkan angle yang pas. Dilihatin orang? Pastinya...paling mereka mikir 'baka gaijin..' (stupid foreigner) hehehe... Di Zona Jepang ada miniatur bangunan-bangunan terkenal seperti gedung National Diet, Akasaka Palace, Narita International Airport, Yoyogi Stadium, Tokyo Station dan Hotel Imperial. Hotel Imperial didesain arsitek terkenal Frank Lloyd Wright pada tahun 1890. Hotel ini sayangnya sudah tidak ada lagi karena sempat terbakar sebelum akhirnya dihancurkan di tahun 1950an. Bagian depan hotel yang masih tersisa kini dipindahkan ke Meiji Mura, sebuah open air museum khusus bangunan zaman Meiji di kota Inuyama. Bagian yang paling menarik bagi saya adalah miniatur Tokyo Station. Terletak di distrik Marunouchi, Tokyo, stasiun ini adalah salah satu yang tersibuk di Jepang. Tak kurang dari 3000 kereta melintas dan membawa puluhan ribu orang dalam sehari. Atmoster keramaian terasa begitu hidup dengan kehadiran orang-orangan mini yang menyemut di sekitar stasiun. [caption id="attachment_92645" align="aligncenter" width="680" caption="searah jarum jam dari kiri atas, Itsukushima Jinja, Imperial Hotel, Tokyo Station, Tokyo Tower"][/caption] Di Zona Asia banyak landmark terkenal yang bisa dilihat. Ada Kota Terlarang dan Kuil Buddha Yungang di Cina, Royal Palace Gyeongbokgung di Korea Selatan, Angkor Wat di Kamboja, Taj Mahal di India, dll. Saya celingak-celinguk mencari Borobudur atau Prambanan, ah sayang tidak ada :-( [caption id="attachment_91390" align="aligncenter" width="605" caption="Searah jarum jam dari kiri atas, Kota Terlarang (China), Gyeongbokgung Royal Palace (Korea), Kuil Yungang (China) dan Angkor Wat (Kamboja)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H