Mohon tunggu...
Nihayatul HidayahMarisita
Nihayatul HidayahMarisita Mohon Tunggu... Mahasiswa - TATA

Dengan menulis, kita abadi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pedagang UMKM: Bagaimana Kita Bisa Bertahan di Masa Pandemi?

9 September 2021   08:49 Diperbarui: 9 September 2021   10:12 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sangat tidak mudah bertahan pada hari hari ini

Tak ada yang benar benar siap menghadapi pandemi

Banyak dari kita yang benar-benar tidak berkutik

Dipaksa bertahan di masa paceklik

Rencana yang tersusun rapi menjadi berantakan 

Target target mulai berguguran di tengah jalan 

Kita bertahan dengan segala yang masih tersisa 

Untuk menghadapi normal baru yang masih ada

Agar kita tidak tumbang di tengah keterbataan

Adaptasi apa saja yang harus dilakukan?

Akibat virus corona ekonomi di indonesia mengalami penurunan sebanyak 0,2 %. Penurunan ini jelas berakibat buruk pada masyarakat indonesia. Perusahaan banyak mem-PHK karyawan, akibatnya para karyawan yang berjumlah ribuan itu mencari solusi untuk dirinya sendiri bagaimana cara ekonomi keluarganya bisa teratasi di tengah musim pandemi. Kebanyakan memilih menjadi pedagang UMKM, yang membuat persaingan dagang UMKM semakin berat di masa ini karna jumlahnya yang semakin banyak. Maka mau tidak mau seluruh pedagang UMKM harus menciptakan ekonomi kreatif, mempunyai cara yang out of the box yang bisa menarik pembeli.

Berangkat dari statement  bapak Jokowi, bahwa ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung Indonesia. Kreativitas itu sendiri adalah melihat sebuah masalah menjadi peluang, sehingga untuk setiap permasalahan harus diselesaikan dengan caranya masing-masing. Kreatifitas itu  sendiri sangat berkaitan erat dengan kata ‘disrupsi’. Bagaimana kita bisa mendisrupi individu kita sendiri, bagaimana kita bisa mendisrupsi sumber daya alam kita, bagaimana kita bisa mendisrupsi perusahaan kita. Semua itu harus dilakukan agar sebuah bisnis atau usaha memiiki branding identity yang akan menjadi ciri khas yang banyak dikenal orang.

Di era pandemi seperti ini untuk pelaku bisnis penting sekali memiliki brand identity yang relevan dengan era new normal ini, Brand identity adalah salah satu faktor terpenting untuk membentuk persepsi orang-orang terhadap bisnis yang kita jalankan. Membentuk persepsi sangatlah penting karena setiap usaha tentunya memiliki value atau nilai yang ingin disampaikan kepada para penggunanya.

Tak dipungkiri, Indonesia merupakan salah satu negara yang dihantam keras oleh terjangan Covid-19. Hampir seluruh sektor kehidupan nyaris tumbang termasuk sektor ekonomi. Apalagi sejak diterapkanannya kebijakan pemerintah, PSBB yang mematikan sendi-sendi ekonomi kelas menengah kebawah. Ya, UMKM yang semula dapat bertahan di tengah krisis moneter 1998 maupun krisis 2008, mulai goyah dengan adanya Covid-19. Hidup terasa susah, mati pun tak akan. Mencoba tetap bertahan dan berpendar walau badai menghadang. Begitulah perasaan para Pengusaha UMKM saat ini.

Namun memang, di era pandemi tidak ada yag mudah untuk dilakukan.  Contohnya sebuah brand pizza  yang berada di jl. RE. Martadinata Jombang, si pelaku usaha memiliki ciri khas dalam memasarkan brandnya. Dengan cara berjualan menggunakan mobil (food truck) dan  menawarkan pizza dengan harga yang relatif murah, yaitu 10.000 an. Si pemilik usaha langsung turun ke jalan menawarkan dari mobil ke mobil, berteriak menggunakan sebuah TOA dari pagi sampai sore. Tetapi usaha tersebut hanya berjalan sekitar tiga bulanan saja. Ketika kemarin akan saya wawancarai untuk mini riset ini usaha tersebut sudah tidak ada lagi. Berdasarkan observasi memang belum banyak yang minat dengan brand pizza tersebut menjadikan si pemilik usaha memiliki kendala perputaran keuangan terhadap usahanya selain memang sangat menguras tenaga juga  yang kemudian lebih memilih tutup saja.

Riset selanjutnya saya lakukan di salah satu toko kelontong di jl. Gebangmalang bandung kec. Diwek jombang. Riset ini saya lakukan dengan cara wawancara langsung dengan pemilik toko. Si pemilik toko menuturkan bahwa penjualan di masa pandemi turun drastis sampai 20%. Membuat stok barang dagang bertahan lama dan menurunkan kualitasnya karna terlalu lama tidak laku. Hal tersebut membuat bangkrut si pemilik toko.

Dalam rangka menangani masalah tersebut, si pemilik toko memanfaatkan sebuah platform yang dikenal dengan nama SRC (Sampoerna Mitra Commnity)  dengan cara menjadi mitranya.

SRC memadukan antara teknologi dan kearifan lokal indonesia, yaitu adanya toko kelontong. Dengan memberikan kemudahan bagi pemilik Toko Kelontong SRC untuk bersaing di era transformasi digital, serta memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan bagi Pelanggan SRC. SRC hadir untuk meningkatkan daya saing toko kelontong dan berkontribusi memajukan UMKM demi Indonesia yang lebih baik.

Menurut si pemilik toko, keuntungan menjadi mitra SRC adalah bisa mendapatkan harga murah saat belanja stok barang di sesama mitra SRC dan bisa memajang barang daganganya di aplikasi SRC.

Kadang kala memang begitu, kita tidak bisa menutup mata terhadap kemajuan teknologi masa kini. Tetapi ada juga pedagang pasar yang menggunakan cara sederhana untuk berusaha mempertahankan usahanya. Saya beralih mewawancarai sebuah toko perancangan di pasar Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang.

Toko perancangan adalah toko yang menjual bahan pokok kebutuhan sehari-sehari, seperti beras, gula, mie, dan bahan-bahan dapur lainnya. Ternyata dampak covid 19 berpengaruh besar bagi toko ini. Jualan semakin sepi,  alasannya adalah, pertama; pedagang semakin banyak, sehingga ada pembeli yang beralih untuk membeli di pedagang lainnya. Kedua; pengunjung pasar tidak sebanyak ketika pandemi covid 19 belum merebak.

Kemudian saya bertanya, apa solusi agar toko tetap bisa berjalan??ternyata ada cara tersendiri yang menjadi ciri khas toko perancangan ini.

Pak subari, sang pemilik toko perancangan, menawarkan kepada pelanggannya untuk menabung di toko perancanganya. Banyak pelanggan dengan senang hati menerima tawaran ini. Terdapat kesepakatan antara pak subari dan para pelanggannya bahwa uang yang ditabung akan dipinjam oleh pak subari untuk diputarkan sementara. Dengan menabung di toko perancangan ini, keuntungannya adalah para pembeli mempunyai antisipasi jika barang dapurnya habis namun tidak ada uang.

Cara tersebut bisa membantu bertahannya UMKM ini, juga dapat membantu meringankan beban para ibu-ibu, karna menabung disini itu tidak adal nilai minimal yang harus disetorkan.

Itulah perjuangan-perjuangan pedagang UMKM dengan menciptakan inovasi ekonomi kreatif. Sebagian dari mereka ada yang berhasil namun tidak sedikit juga yang gagal. Dengan adanya pandemi ini mental para pedagang memang benar-benar diuji, otak benar-benar dituntut untuk berpikir keras bagaimana cara menyelesaikan masalah di tengah keterbatasan. Semoga seluruh pedagang UMKM di seluruh indonesia mempunyai bahu yang kuat, hati yang ikhlas, dan ide yang tak terbatas menuju ekonomi Indonesia yang kreatif.

(foto di bawah ini adalah saat wawancara terhadap para pemilik toko)

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun