Perubahan kukrikulum terajadi seiring pekembangan zaman. Mulai dari tahun  1947 (Rentjana Pelajaran 1947) telah berkali-kali mengalami pembaharuan hingga kurikulum yang sekarang kita gunakan (Kurikulum Merdeka). Dalam kurikulum merdeka, sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut dilakukan sebab peserta didik lahir dari berbagai macam latar belakang yang berbeda. Mulai dari sosial hingga ekonomi. Oleh karena itu guru diharapkan dapat mengajar dengan menyesuaikan latar belakang yang dimiliki peserta didik.
      Dengan adanya permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diciptakanlah pembelajaran dengan pradigma baru yaitu pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Sejalan dengan pendapat Ambarita, dkk (2023:5) pembelajaran pradigma baru merupakan pembelajaran yang difokuskan pada minat dan bakat peserta didik sebab peserta didik datang dengan  ragam latar belakang, ragam karateristik, ragam keahlian, bahkan juga ragam kesiapan dan kemampuannya dalam menerima pembelajaran. Pembelajaran dengan pradigma baru tersebut adalah pembelajaran berdiferensiasi.
Guru dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dengan menggunakan asesmen awal atau asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik dilakukan guru di awal pembelajaran. Dapat dilakukan setelah memasuki tahun ajaran baru, ataupun pada saat memasuki semester baru. Asesmen tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kuis, pretest, portofolio, ataupun wawancara. Setelah mengetahui hasil awal, guru menganalisis dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, preferensi belajar, dan kebutuhan khusus peserta didik agar guru dapat merancang rencana pembelajaran sesuai yang dibutuhkan peserta didik. Setelah itu guru melakukan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan membedakan gaya belajar ataupun kemampuan yang dimiliki peseta didik.
Gaya belajar adalah sebuah cara yang biasa digunakan oleh peserta didik untuk belajar. Â Dengan gaya belajar peserta didik akan mudah mendapatkan informasi baru dari apa yang sedang dipelajari (Priyatna, 2013:3). Dengan gaya belajar yang peserta didik gunakan, mereka akan merasa lebih nyaman ketika belajar. Ketika mereka nyaman saat belajar, disitulah mereka akan lebih mudah menyerap informasi dari materi yang sedang ia pelajari. Gaya belajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Gaya belajar dibedakan menjadi tiga yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Menurut Priyatna (2013:3) Â diperkirakan dari seluruh populasi terdapat 65% menggunakan gaya belajar visual, 30% auditori, dan 5% kinestetik.
Pembelajaran dengan gaya visual adalah gaya belajar di mana peserta didik lebih suka membaca atau melihat gambar. Peserta didik lebih merasa nyaman belajar dengan melihat warna, garis, maupun bentuk. Dengan gaya tersebut peserta didik lebih mudah mengingat dan menangkap informasi dari materi yang sedang dipelajari, kesadaran spasial yang kuat, pemahaman konsep lebih baik. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat catatan sendiri yang dihiasi dengan warna, garis, dan bentuk. Selain itu juga dapat membuat mind mapping yang di dalamnya memuat poin-poin penting dari materi yang dipelajari.
Selanjutnya pembelajaran dengan gaya auditori adalah cara belajar di mana peserta didik lebih nyaman ketika mereka mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dibanding harus membaca sendiri. Dengan gaya tersebut peserta didik lebih mudah dalam mengingat, meningkatkan  keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendengarkan menjadi lebih baik. Cara yang dapat peserta didik lakukan adalah dengan mendengarkan secara seksama materi yang disampaikan oleh guru, merekam ketika guru sedang mengajar, membaca dengan suara pelan, membuat lagu untuk menghafal.
Terakhir adalah gaya belajar kinestetik. Gaya belajar tersebut adalah gaya belajar di mana peserta didik selalu melibatkan gerakan. Peserta didik lebih suka belajar dengan cara mempraktikkannya dibanding hanya sekedar membaca atau mendengarkan. Dengan gaya belajar tersebut peserta didik lebih mudah mengembangkan kreativitas mereka, meningkatkan kemampuan besosialisasi dikarenakan gaya belajar ini sering melibatkan kegiatan kelompok, meningkatkan perkembangan kognitif. Cara yang dapat peserta didik lakukan adalah melakukan praktik atau eksperimen, menerapkan metode permainan ketika sedang belajar, belajar di luar kelas.
Dengan adanya pradigma baru yaitu pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik atau yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dengan cara melakukan asesmen diagnostik. Salah satunya terhadap adalah gaya belajar mereka. Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda sesuai dengan kenyamanan mereka. Oleh karena itu guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan cara mengelompokkan peserta didik sesuai gaya belajar mereka untuk menunjang keberhasilannya. Pembelajaran berdiferensiasi ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif untuk hasil belajar yang baik.
Daftar Rujukan
Jenri Ambarita, M. P. (2023). Pengantar Pembelajaran Berdierensiasi. Indramayu: CV. Adanu Abimata.
Priyatna, A. (2013). Pahami Gaya Belajar Anak. 2013: PT Elex Media Komputindo.
Biodada Penulis
Nama              : Nihayatul Karimah
Karya              : Menulis buku di mata kuliah kajian drama dan menulias buku di mata
  kuliah kajian puisi
Lamaan Media Sosial : Instagram @nihaa10
                   Facebook  Nihayatul Karimah
                   Email      nihayatulkarimah056@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H