Seandainya bisa ngobrol langsung dengan Ibu Pertiwi, laksana para penyair yang melalui puisi-puisinya terkesan membawa suasana sugestif dan magis dapat berkomunikasi secara nyata dengan alam, lingkungan, dan benda mati. Maka saya ingin menceritakan banyak hal padanya. Cerita sebagai obat rindu, atau sekedar ruang berbagi anak kepada orang tuanya. Agar Ibu pertiwi tidak lagi ragu bahwa tidak ada yang berubah dari diri kecuali masih selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Menjawab kegelisahan Ibu Pertiwi Kalau-kalau selama di tanah orang, nilai-nilai kebangsaan tidak lagi diamalkan namun telah berganti dengan nilai-nilai baru yang memudarkan identitas.
Ibu tidak perlu kuatir. Saya tidak lupa darimana saya berasal, dan entah mengapa justru setelah meninggalkan rumah, barulah terasa betapa berartinya keluarga dan kampung halaman. Merasakan hidup di tanah seberang, membuat saya merasa lebih bangga menjadi bagian dari Nusantara. Tunggu saya pulang membawa oleh-oleh yang sebagaimana Ibu pertiwi harapkan.
Ibu, saya ingin meyakinkanmu bahwa meskipun tinggal berjauhan, saya tetap berada pada budaya hidup yang mencerminkan identitas bangsa.  Adat-istiadat dan tata cara hidup boleh sedikit berbeda karena menyesuaikan lingkungan tempat tinggal di tanah seberang, namun  keyakinan dan karakter pribadi tetap sama. Saya harap Ibu pertiwi tidak kuatir, karena saya sudah cukup dewasa untuk menentukan sikap. Mana yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma sosial yang tidak boleh dianut di kehidupan sehari-hari. Saya masih selalu berdo’a semoga dapat istiqomah dalam melaksanakan hal-hal yang baik.
Ibu, saya disini tidak sendirian. Banyak teman-teman dari tanah air juga datang kemari untuk tujuan yang sama. Kehadiran mereka amat meramaikan suasana. Mereka seperti keluarga besar, kawan bercerita dan tempat penghilang kesepian. Saking banyaknya Jumlah kami disini yang saling menjaga tali silaturrahim, sampai-sampai perkumpulan kami mendapat julukan Kampung Indonesia di area kampus kami. Luar biasa bangga mendapat pengakuan semacam itu dari bangsa lain.
Kami tetap ingat selalu pesanmu. Dimanapun kami berada tidak boleh melupakan darimana kami berasal. Harus cinta negara. Menunjukkan eksistensi di mata dunia dengan segenap prestasi dan performa yang baik, bersikap sopan kepada siapapun, tidak melanggar aturan yang berlaku, demi menjaga nama baik pribadi, keluarga dan tanah air.
Sebagai wujud kerinduan dan kecintaan terhadap tanah air, kami seperti mendapat panggilan jiwa untuk ikut memberikan dukungan kepada setiap agenda tanah air. Agenda apapun yang memerlukan partisipasi kami, pastilah kami hadir. Nonton debat capres-cawapres? Streaming Tim nasional Indonesia di AFC Asian Cup Qatar 2023? Dan yang akan datang menuju Pilpres dan pemilu legislatif tahun 2024 yang serentak diselenggarakan tanggal 10 Februari di Korea Selatan? Kami telah dan akan hadir, Bu. Bertanyalah Ibu apa yang terjadi di tanah air, pasti kami tahu.
Ibu, tetap di sanalah, kampung dan rumahku, ku merasa senang.Â
Busan, 6 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H