Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Tabungan Daftar Beasiswa" Menjadi Alasan Menunda Kuliah karena Faktor Biaya

17 Januari 2024   13:22 Diperbarui: 17 Januari 2024   13:37 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beasiswa dihadirkan sebagai bantuan Pendidikan. Beasiswa biasanya diberikan oleh Pemerintah, Perusahaan, bahkan oleh perseorangan kepada siswa atau mahasiswa dengan harapan mereka yang sedang belajar bisa menyelesaikan misi mencari ilmu, mengasah kemampuan dan bakat lebih mudah dan tanpa kendala biaya. Bersyukur karena sekolah di zaman ini dipermudah jalannya dengan ketersediaan beasiswa, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dan seharusnya sudah tidak ada lagi alasan tidak sekolah karena faktor biaya.

Lalu apakah artinya mendaftar beasiswa tidak butuh biaya apapun?

Ini pertanyaan menarik yang akan aku bahas di sini.

Saat aku mengejar beasiswa Global Korea Scholarship (GKS), hal utama yang aku lakukan tentu saja membaca panduan beasiswa untuk mengetahui berkas apa saja yang harus aku siapkan dan bagaimana alur pendaftarannya. Sejauh aku memahami panduan, sepertinya tidak ada yang memberatkan, kecuali ada istilah asing dalam penyiapan berkas, yang benar-benar istilah baru untukku saat itu. Karena aku tidak memiliki senior atau kenalan seorang awardee beasiswa GKS, maka solusinya, aku harus ikut mentorship atau pembimbingan daftar beasiswa yang menawarkan pertemuan dengan awardee beasiswa, lalu aku bisa bertanya semua yang ingin ku ketahui. Mungkin selebihnya, aku hanya perlu meluangkan waktu untuk mengurus berkas, tenaga, mental sudah pasti, dan mungkin... sedikit dana. Lima ratus ribu cukup tidak, ya? Oke, mungkin maksimal satu juta cukup kali ya.

Biaya bukanlah hal yang utama aku pikirkan saat itu. Bukan berarti isi ATMku banyak. Tapi karena perkiraanku uang Satu Juta rupiah "dalam tanda kutip" yang terpikirkan olehku bahwa dana sejumlah itu cukup untuk membiayai pendaftaran beasiswa Luar Negeri, yang toh nantinya aku bisa dapat gantinya yang lebih banyak. Jadi tidak masalah. Itu murah sekali.

Tapi begitu mengikuti mentorship, banyak informasi baru yang aku dapatkan. Aku shok karena ternyata biaya yang dibutuhkan untuk menyiapkan berkas bisa 8 kali lipat dari yang kupikirkan. Itu baru biaya penyiapan berkasnya. Belum biaya transportasi, biaya perjalanan domestik, biaya administrasi, dan membeli barang-barang yang diperlukan.

Aku sempat bertanya-tanya, loh bukankah fungsi beasiswa adalah untuk meringankan beban biaya Pendidikan? Tapi kenapa masih harus membayar semahal itu?

Bohong bila soal biaya tidak jadi masalah. Sekaya apapun kita. Sudah kerja, punya penghasilan bulanan. Uang memang tetap berharga. Kalau kita bisa merasa bahagia setiap kali mengecek isi ATM yang banyak jumlahnya, kenapa harus dihabiskan untuk suatu hal yang "dalam tanda kutip" ada risikonya. Iya kalau daftar beasiswa satu kali langsung lolos. Kalau tidak? Manusiawi kita bilang, lha kan aku daftar beasiswa untuk menghemat biaya.

Sejujurnya itulah yang aku rasakan. Kamu bisa saja sepaham denganku atau tidak. Kamu merasakan hal yang sama atau tidak. Terima kasih kepada senior awardee saat itu karena berhasil menenangkanku. Katanya, hal ini memang tak terhindarkan. Uang seberapapun yang perlu kita keluarkan hari ini, apalagi untuk mengejar Pendidikan, mengejar mimpi mulia, marilah kita hitung sebagai investasi. Semoga nantinya kita memang bisa mendapat ganti yang lebih banyak. Aamiin...

Kemudian karena komitmen untuk belajar dan keinginan mendapatkan beasiswa ke Korea Selatan, aku siap mengeluarkan dana seberapapun. Sambil minta doa restu orang tua semoga diberi kelancaran, serta minta sponsor mereka apabila diperlukan. Hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun