Gimana 17-an kemarin? Ramai nggk di lingkunganmu? Atau masih harus social distancing di rumah aja karena Pandemi? Sabar ya, kita pasti bisa melalui cobaan ini bersama. Semangatt!!!
Ya... , semangat meskipun berat. Di Jepara sendiri, bulan Juni-Juli kemarin bisa dikatakan dua bulan duka. Banyak sekali orang yang meninggal, entah karena Pandemi atau bukan. Siaran kematian merata hampir di setiap kelurahan (berdasarkan survey mandiri ke teman-teman). Terhitung mungkin bisa 7-8 kali siaran sehari.Â
Bayangkan, itu benar-benar hitungan sehari. Karena rumahku dekat makam, jadi tahu kalau ada lumayan banyak penguburan jenazah dengan APD lengkap. Dan Aku kehilangan budhe, dan dua sepupu Iparku kemarin. Innalillahi wainnailaihi roojiun. Kita semua milik Allah dan akan kembali pada-Nya.
Begitu juga dengan kabar orang sakit. Dalam kurun waktu tersebut, disekitarku banyak sekali yang mengeluh menderita demam, flu dan batuk, kepala pusing, badan pegal-pegal, diare, tenggorokan sakit, dan macem-macem gejala yang membuat tubuh perlu rebahan minimal sampai 2 minggu lamanya.Â
Termasuk mereka adalah orang tua dan keluargaku. Padahal, Pandemi ini sudah berjalan di tahun ke-2nya kan ya? Tapi memang itulah yang terjadi. Jepara baru di dua bulan itu merasakan sendiri bagaimana Covid-19 itu benar-benar ada. Bahwa wabah ini siap mengintai siapa saja tanpa pandang suku, gender, dan usia. Nyawa kita di Tangan Allah SWT dan kesehatan kita bisa kapan saja terserang.
Tapi syukurlah, Bulan Agustus ini mendung telah kembali cerah. Jiwa-jiwa yang sempat layu terkena serbuk sendu, kini telah kembali mekar megah. Bisa kembali menjalani aktifitas dan tanggung jawab seperti sedia kala. Bahkan sudah lupa kalau kemarin ada hari-hari sulit yang mengundang kekhawatiran. Maka kini mudah-mudahan, kita semuanya sudah kembali ke hari yang sama binarnya ya.
Merayakan Hari Kemerdekaan di Tengah Pandemi
Memang, ini masih pandemi. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga masih terus diperpanjang. Tapi, semangat untuk merayakan hari Kemerdekaan tidak boleh luntur dong. Selama hayat masih dikandung badan dan masih sehat sempurna.Â
Semangat menyambut kehadirannya bahkan sudah hadir sejak awal bulan Agustus tiba. Layaknya akan menyambut datangnya hari Lebaran yang begitu dinanti. Justru, apabila 17 Agustus tiba, namun tiada terdengar keramaian apapun di lingkungan sekitar, rasanya akan aneh dan tidak semangat.
Jadi? Bagaimana perayaan kemerdekaan tahun 2021 di lingkungan sekitarmu? Berikut di sekitarku.
1. Do'a Bersama
Tradisi ini telah berjalan sekian lamanya di tempatku. Doa tahunan yang dilakukan oleh masyarakat dalam forum (kelompok) Rt dan forum jama'ah Masjid/Musholla pada tanggal 16 Agustus malam hari. Do'a bersama dimohonkan untuk keselamatan bangsa dan Negara, serta sebagai bentuk rasa Syukur kepada Allah SWT atas kehidupan merdeka tanah Air kita.
2. Upacara Bendera terbatas
Merayakan Hari Kemerdekaan dengan Upacara pengibaran bendera Merah-Putih adalah WAJIB hukumnya, setidaknya fardhu kifayah. Sebagai suatu bentuk ceremonial kenegaraan untuk merayakan dengan hikmat kemerdekaan Negara kita. Mengucapkan terimaksih atas jasa para pahlawan yang telah gugur dalam medan pertempuran merebut kemerdekaan. Dan mengibarkan bendera pusaka MERAH-PUTIH sebagai salah satu identitas dan simbol kemerdekaan Tanah air tercinta.
Tapi karena menyesuaikan kondisi pandemi yang belum boleh bebas beramai-ramai, maka upacara masih harus dilaksanakan dengan pembatasan peserta, pembatasan sesuai protokol kesehatan, juga tetap upacara meski dalam forum virtual. Tidak masalah walau begitu, yang penting adalah semangat kita untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan kita.
3. Perlombaan anak-anak dan orang dewasa
Lomba dalam rangka memperingati Kemerdekaan sering disebut dengan Lomba Tujuh Belasan (17-an). Jadi, dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI, hampir setiap tahunnya, di kampung akan diadakan lomba-lomba. Dalam situasi normal, budaya penyelenggaraan lomba dengan skala besar atau mewah, bisa diikuti oleh anak-anak maupun orang dewasa.Â
Kemudian, lomba akan ditutup dengan panggung pergelaran budaya atau musik yang tentunya sangat membahagiakan dan membanggakan bagi para pemenang lomba karena dapat menerima hadiah dari atas panggung. Tapi, karena saat ini situasi memang berbeda, maka lomba hanya diadakan untuk anak-anak saja.Â
Sekali lagi, walapun pandemi, kondisi tersebut tidak akan mempengaruhi semangat warga untuk merayakan hari kemerdekaan tanah air tercinta dengan cara ini. Melakukan sedikit penyesuaian akan lebih baik, daripada tidak sama sekali,bukan?
Beberapa macam lomba yang digelar untuk anak-anak adalah seperti lomba balap karung, makan kerupuk, memecahkan balon air, tarik tambang, memasukkan kelereng ke dalam botol, dan lain-lain. Sedangkan lomba untuk orang dewasa adalah seperti balap karung ibu-ibu, bola voli, sepak bola sarung, dan panjat pinang. Jenis lomba disetiap tahunnya bisa sama atau berubah.
Terkait waktu pelaksanaannya, lomba dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus pagi menjelang siang hari sekitar pukul 10.00 pagi hingga siang menjelang sore pukul 15.00 . Lomba diselenggarakan dalam lingkup Rt atau bahkan dalam skala lebih kecil seperti komunitas jamaah Masjid/musholla.
3. Jalan santai
Jalan santai bukanlah bagian dari jenis lomba, namun hanya sebuah kemeriahan kecil yang diadakan untuk mempererat silaturrahim dan kekompakan warga pada hari kemerdekaan tiba. Biasanya jalan santai dilaksanakan pada pagi-pagi sekali tanggal 17 Agustus. Warga dikumpulkan dalam barisan berbanjar rapi untuk berjalan pagi mengikuti alur jalan/gang kampung yang ditetapkan panitia, sambil membawa bendera merah putih mini. Suasana sangat meriah sekali di jalanan dengan kehadiran dan antusiasme warga yang ikut.
Perayaan 17 Agustus ---Tingkat Keluarga
Bila di hari lebaran tradisi keluarga ikut andil dalam perayaannya, maka sedikit berbeda dengan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Hari Kemerdekaan lebih sering mengikuti tradisi pemerintah, dari pemerintah pusat sampai pemerintah desa, hingga tingkat Rw/Rt. Tradisi keluarga jarang ada. Setidaknya selama ini memang tidak ada di keluarga saya.
Namun di tahun ini, tiba-tiba saya dan keluarga terfikirkan satu ide lomba yang bisa menjadi salah satu bentuk perayaan Hari Kemerdekaan tingkat keluarga. Lomba tersebut adalah LOMBA MENULIS untuk SD,SMP,SMA sederajat.
Menyadari bahwa perhatian masyarakat dalam dunia literasi saat ini masih sangat rendah. Bahkan kebanyakan para orang tua tidak memerdulikannya, atau bahkan tidak tahu sepenting apa dunia literasi dalam peranannnya meningkatkan mutu pendidikan di Negeri ini. Kita bisa melihatnya sendiri melalui beberapa perayaan Hari Kemerdekaan di lingkungan kita, yang sangat jauh tidak menyentuh dunia literasi sama sekali.Â
Suatu hari, saya pernah miris dengan pengadaan lomba 17-an disekitar yang menurut saya tidak ada nilai manfaatnya sama sekali. Saya rasa tidak perlu menyebut jenis lombanya, yang terpenting adalah hendaknya kita para orang dewasa mengerti akan tujuan positif dari diadakannya suatu kegiatan. Apa juga manfaat yang ingin diraih. Apalagi bila perlombaan diadakan untuk anak-anak, generasi kita yang akan menjadi orang dewasa digenerasi selanjutnya.
 Apabila orang dewasa sekarang tidak membuat gebrakan lain untuk perbaikan generasi, maka apa bedanya dengan generasi masa lalu. Dan bila kita belum bisa langsung menerapkannnya untuk masyarakat, kita bisa memulainya dalam lingkup keluarga terlebih dulu.
Sungguh sangat bahagia melihat antuasiasme keluargaku yang mengikuti lomba menulis kemarin. Tentu bukan kesempurnaan yang kita tuntut dari mereka, namun adalah semangat dan usaha mereka untuk berkarya dalam dunia literasi. Apresiasi dari usaha mereka yang kita berikan akan menjadi pacuan semangat mereka untuk berkarya lebih baik dan harapannya juga akan mereka kembangkan untuk generasi mereka selanjutnya.
Inilah 17-an di rumah ala aku. Bagaimana denganmu?
Jepara, 19 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H