Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menjalin Kisah dengan "Hubae", Lebih Baik Jangan!

13 September 2020   21:14 Diperbarui: 13 September 2020   21:17 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : www.freepik.com

Kisah 3

Untung saja ini masih kisah cinta monyet. Kisah hubae SMA dan mahasiswi semester awal yang tidak sengaja dipertemukan dalam suatu kesempatan yang berulang-ulang. Sehingga dari situ mereka saling menautkan hati karena intensitas pertemuan dan rasa nyaman yang dirasakan masing-masing.

Selisih mereka juga kurang lebih 2 tahun. Karena hubae yang saat itu mengaku sedang jomblo, dan telah berhasil membuat mahasiswi itu merasa diperhatikan, disayang, disikapi dewasa oleh hubae, lambat laun hatinya luluh juga. Dia merasa bahwa segala perhatian dan sayang yang diberikan hubae adalah sebuah rasa cinta. Cinta yang merugi bila tidak direspon dengan baik. Bahkan dia lebih memilih si hubae itu, daripada cowok lain yang seumuran dengannya, yang juga sedang memerhatikannya .

Namun tak disangka ternyata si hubae hanya menjadikannya pelarian. Dalam 1 tahun hubungan indah mereka, dengan diam-diam hubae telah kembali menaruh rasa dengan mantannya dan dengan tanpa rasa bersalah, ia berterus terang kepada mahasiswi itu kalau kisah mereka harus diakhiri.

Betapa sebuah penyesalan yang mendalam bagi mahasiswi itu, karena selama ini dia telah dibohongi dan dipermainkan perasaannya. Ternyata segala sikap baiknya selama ini hanya dimanfaatkan untuk kepentingan  si hubae. Fix ternyata dia hanya sebagai objek pelarian dan objek tepat yang dapat dimanfaatkan oleh anak kecil. Anak kecil yang bersembunyi dibalik tekanan hidupnya yang membuatnya terkesan dewasa. Selesai!

Kira-kira, apa yang bisa diambil dari kisah diatas?

Mungkin ada beberapa hal yang belum tersampaikan dari penjabaran kisah dengan para hubae diatas, tapi hal-hal dibawah ini setidaknya bisa mewakili:

  1. Usia tidak akan membohongi tingkat kedewasaan seseorang. Semakin bertambah angka usianya, pasti tingkat kedewasaan akan bertambah juga seiring waktu.
  2. Tentu kita masih ingat tentang teori pubertas perempuan yang lebih awal dari pada laki-laki. Ternyata teori tersebut tidak boleh diabaikan. Karena nyatanya, sampai keduanya dewasapun, pemikiran dan kedewasaan perempuan akan lebih unggul daripada laki-laki. Oleh sebab itulah perempuan lebih baik mencari pendamping hidup laki-laki yang lebih tua usianya darinya.
  3. Laki-laki dibawah 23 tahun, tingkat kelabilannya masih tinggi. Dia mudah terombang-ambingkan oleh keadaan, dia masih sulit mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini akan bermasalah bila yang menjadi partner hubungannya adalah wanita yang lebih tua usianya darinya.
  4. Laki-laki dibawah 23 tahun, juga pada umumnya masih dalam tahap pencarian jati diri. Dengan jati diri yang masih dicari, otomatis dia juga belum mapan dalam urusan kehidupan dewasa. Menikah merupakan salah satu urusan kehidupan dewasa, jadi seharusnya lebih dipikirkan dengan matang.
  5. Bila jati diri saja masih dicari, berarti tingkat kemapanan juga belum dia raih. Secara karir dan kemapanan materiil masih menjadi masalah bagi mereka. Bila tidak berhati-hati, bisa-bisa perempuanlah yang akan menjadi sasaran pemodal kencan.
  6. Nyatanya, berapapun usianya, laki-laki akan cenderung manja dengan pasangannya. Bila pasangannya adalah wanita lebih muda, akan dia imbani dengan kedewasaan alami yang ingin dia tunjukkan sebagai orang yang lebih tua usianya. Tapi bila yang dihadapi adalah wanita yang jelas secara angka adalah lebih tua darinya, maka dalam beberapa kesempatan dia juga tidak bisa meghindari kekurangan pengalaman hidup yang lebih luas dimiliki oleh perempuannya yang lebih lama hidup darinya.
  7. Wanita memang selalu mudah tersentuh perasaannya. Dan laki-laki adalah makhluk ajaib yang bisa menakhlukkan perasaan itu hanya dengan beberapa pujian saja. Setelah ini, semoga perempuan-perempuan di dunia ini tidak lagi mudah menjatuhkan perasaannya kepada laki-laki, terutama pada hubae yang sok dewasa. Libatkan logika juga dalam memilih pasangan. Apalagi dia yang ingin kau pilih menjadi Imam.
  8. Hati-hati dalam bergaul. Banyak serigala berbulu domba disekitar kita. Seseorang yang kita lihat pendiam, alim, penurut, baik, tidak menutup kemungkinan memiliki kebiasaan dan pergaulan yang kacau diluar sana. Terutama selektiflah pada hubae yang sedang menjalin hubungan dengan kita. Jangan sembarangan dan terburu-buru untuk menjadikannya seorang imam rumah tangga.
  9. Memilih baju yang cocok aja susah, apalagi memilih calon imam. Jangan lupa untuk lebih selektif lagi ya. Sebab, berumah tangga itu tidak setahun dua tahun. Tapi untuk seumur hidup. Bila kita menentukannya sembarangan, rugilah kita nanti. Untung Allah masih sayang pada kita dengan menunjukkan hal-hal buruk yang hampir mengenai kita.
  10.  Bila kamu wanita dewasa yang sudah siap menikah, lebih baik memilih laki-laki yang usianya melebihimu (sebutannya: seonbae).  Dia sudah pasti akan lebih mendewasaimu. Pengalaman hidupnya lebih panjang. Karirnya juga sudah disiapkan lebih dulu darimu. Dia yang serius, pasti tidak akan segan segera mengajakmu menikah.
  11. Jodoh kita pasti ada diluar sana. Hanya saja belum dipertemukan. Apabila seorang hubae datang disaat kita sedang merindukan jodoh, maka saya rekomendasikan HARUS berhati-hati membuat keputusan. Lihatlah beberapa persiapan yang dia miliki. Lihat background pergaulan dan keluarganya. Jangan asal 'iya' aja karena tuntutan usia.
  12. Lebih baik tidak usah pacaran. Alihkan rasa cinta ini pada hobi yang bermanfaat. Semoga bisa ya. hehe

Dalam proses penulisan ini, saya juga mengimbanginya dengan membaca beberapa laman tentang menjalin hubungan dengan hubae. Dan kesemuanya, mengatakan hal yang sama. Bahwa hendaknya kita memerhatikan beberapa hal terlebih dahulu sebelum memutuskan hal itu. Terutama perhatikan tujuan kita menjalani hubungan tersebut. Apakah untuk komitmen pernikahan ataukah hanya main-main saja? Pastikan kamu tidak akan kecewa pada akhirnya.

Image: www.freepik.com
Image: www.freepik.com

Ukuran Hubae?

Sayangnya, saya belum menemukan sumber khusus dan valid untuk mengukur perbedaan usia perempuan dan laki-laki, sehingga kita para ladies menyebutnya sebagai berondong/hubae. Intinya, dia lahir di tahun-tahun setelah kita. Kita dapat menghitungnya dari perbedaan tahun kelahiran. Selisihnya 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun dan seterusnya. Bila selisih itu terhitung bulanan saja, silahkan itu bisa didiskusikan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun