Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Bila Nyatanya KKN Pandemi 'Memang' Kurang Efektif?

9 Agustus 2020   18:04 Diperbarui: 9 Agustus 2020   19:54 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto freepik.com

Kegiatan  KKN, bukanlah barang baru di telinga kita. KKN yang merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu program pendidikan tinggi dalam bentuk menerjunkan mahasiswa untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat pada waktu dan tempat tertentu.

Direktur Jenderal Pendidikan tinggi, Prof. Nizam, menyatakan bahwa kegiatan KKN penting untuk dilaksanakan karena sebagai ajang perwujudan aktualisasi kompetensi mahasiswa, sebagai perwujudan keterampilan, pengetahuan, serta kreatifitas diri. 

Mahasiswa akan menerapkan semua itu dalam kehidupan bermasyarakat dan diharapkan dapat membantu membangun desa sebagai lokasi KKN. Serta juga, diharapkan dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat.  (Sumber)

Lebih lanjut, Prof. Nizam juga mengatakan bahwa kegiatan KKN menjadi kegiatan wajib yang harus dilaksanakan setiap perguruan tinggi di indonesia, karena menjadi bagian dari 3 pilar dasar Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan-pengajaran, Penelitian-pengembangan, dan Pengabdian kepada masyarakat.

Sungguh tidak beruntung, bahwa pandemi Covid-19 juga memberi dampak pada pelaksanaan kegiatan  musiman, ini.  Mau tidak mau, kegiatan ini harus dilaksanakan dengan skema yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang tentu saja harus sesuai dengan peraturan protokol kesehatan, guna mencegah Covid-19 semakin merajalela penyebarannya di muka bumi ini.

Saya sangat meyakini, semua pihak yang merasa bertanggung jawab untuk tetap memastikan pelaksanakan kegiatan ini, akan terus berupaya keras untuk mencari jalan yang terbaik. 

Diusahakan kegiatan dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi yang ada. Bila pada umumnya konteks KKN pelaksanaannya perlu menyebar ke beberapa wilayah random di seluruh pelosok negeri, namun kenyataan pandemi yang  tidak mendukung, maka dicarikan jalan pintas, yaitu dengan melakukan pengabdian di daerah tempat tinggal masing-masing. 

Misalnya lagi, kegiatan KKN yang biasanya dilaksanakan dengan pembentukan kelompok kerja dalam satu desa, bila dirasa itu terlalu beresiko untuk mengundang kerumunan, maka digagaslah KKN secara individu. Ada juga yang benar-benar ingin menerapkan pembatasan sosial guna mencegah kerumunan, sehingga mendesain program KKN menjadi KKN Online.

Untuk memberikan gambaran lebih jauh, berikut terhimpun dari beberapa sumber tentang fakta skema pelaksanaan KKN pandemi dari beberapa universitas:

  1. KKN Universitas Sebelas Maret (UNS Solo); dilaksanakan mandiri (tidak berkelompok), dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing, pembimbingan oleh dosen pembimbing lapangan secara daring, merupakan KKN tematik, dilaksanakan selama 32 hari pada 15 Mei-30 Juni 2020 (Kompas.com, 18/05/2020).
  2. KKN Universitas Gadjah Mada (UGM Yogyakarta); melaksanakan KKN daring yang dilaksanakan dari tempat dan lokasi mahasiswa masing-masing berada, tidak ada penerjunan langsung ke lokasi, dilaksanakan berkelompok dalam jangka waktu kurang lebih 2 bulan, dilaksanakan pada 29 Juni- 18 Agustus 2020. Pihak universitas memberikan pilihan kepada mahsiswa untuk memilih KKN di periode lain jika tidak ingin mengikuti KKN daring (Jogja.tribunnews.com,30/06/2020).
  3. KKN Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung); dilaksanakan KKN tematik, di tempat tinggal mahasiswa masing-masing, dibagi dalam beberapa kelompok namun dilaksanakan  secara individu dan secara daring pada 17 Mei-17 Juni 2020 (Muda.kompas.id, 23/06/2020).
  4. KKN Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta); dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing, pembimbingan oleh dosen pembimbing lapangan secara daring, dibagi dalam kelompok namun dilaksanakan secara individu (Banten.idntimes.com, 16/07/2020).

Diatas hanyalah beberapa sumber yang disajikan untuk mewakili skema pelaksanaan KKN masa pandemi ini. Dapat saya informasikan juga bahwa, menurut beberapa sumber lain tentang pelaksanaan KKN di beberapa universitas lain, kurang lebih didesain sama dengan skema pelaksanaan KKN diatas.

Dari beberapa informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa memang terdapat perbedaan skema pelaksanaan KKN sebelum pandemi dan selama pandemi ini. Masing-masing universitas membuat kebijakannya sendiri dengan menyesuaikan kondisi darurat pandemi. Pelaksanaan KKN pandemi juga rata-rata dilakukan secara tematik, yang difokuskan pada permasalahan pandemi yang dihadapi masyarakat saat ini.

Setelah melakukan penggalian informasinya lebih, saya juga dapat menyimpulkan bahwa meskipun Pandemi, kegiatan pengabdian mahasiswa ini tetap dilaksanakan. 

Alasan utamanya, karena kegiatan ini merupakan rangkaian program wajib pendidikan tinggi yang harus dilakukan mahasiswa sebelum kelulusannya, yang apabila belum dilaksanakan maka dapat menunda waktu kelulusan mereka. 

Alasan kedua, justru KKN pandemi ini bisa menjadi kesempatan pengabdian yang lebih maksimal, mengingat saat ini masyarakat memang nyata sedang menghadapi masalah pandemi, yang mana diharapkan peran mahasiwa ini dapat membantu meringankan beban masalah yang ada.

Pertanyaan kita saat ini, apakah KKN pandemi ini telah dinilai efektif pelaksanaannya? Artinya, hal ini telah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Baik universitas, mahasiswa, serta program KKN itu sendiri dapat dipastikan mampu menjalankan perannya masing-masing dengan baik. Terutama dalam hal ini, apakah mahasiswa sebagai target pembelajaran melalui pengabdian, akan mendapat manfaat sesuai dengan tujuan yang dirancang?

Menengok Tujuan dan Manfaat KKN:

Suatu kegiatan yang terprogramkan, pasti dirancang untuk mencapai target tertentu dan ingin mencapai tujuan yang diharapkan. Setelah itu, kita akan melihat segi kemanfaatannya pula sebagai hasil dari pencapaian tujuan tersebut.

Dilansir dari beberapa sumber, berikut adalah garis besar tujuan diadakannya KKN:

- Untuk meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa melalui keterlibatan langsung dengan masyarakat, di dalam menanamkan, merumuskan, mempelajari, mengenal potensi masyarakat, mengorganisasikan masyarakat, serta memecahkan dan menanggulangi permasalahan pembangunan masyarakt secara rasional (lppm.undiksha.ac.id).

- Menghasilkan sarjana yang menghayati permasalahan masyarakat dan mampu memberi solusi permasalahan secara pragmatis (unik-kediri.ac.id).

- Mendukung dan memotivasi segala proses dan kegiatan pembangunan yang ada di lingkungan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (webblogkkn.unsyiah.ac.id).

- Menanamkan jiwa peneliti sejak dini, a) eksploratif dan analisik, b) mendorong learning community dan learning society (its.ac.id).

Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam pelaksanakan program KKN dilansir dari blog.ruangguru.com (03/09/2019) adalah:

a. Melatih kepedulian sosial. Melalui terjun langsung di masyarakat, mahasiswa mau tidak mau akan berbaur dengan banyak orang di dalamnya, dan akan ikut perpartisipasi dalam segala kegiatan sosial di dalamnya. Beberapa waktu yang dihabiskan selama masa kegiatan tersebut, dapat melatih kepedulian sosial.

b. Melatih kemandirian. KKN dapat melatih pribadi mahasiswa untuk bersikap lebih mandiri dalam memenuhi segala keperluannya. Bisa saja masih ada bebarapa dari mereka yang selama ini masih menggantungkan kehidupannya dengan orang tua, maka melalui KKN akan mampu melatih kemandiriannya.

c. Menumbuhkan sikap profesional. Melalui komintmen, kerja keras, dan kesusksesan pelaksanakan program kerja di program KKN, baik program kerja individu atau kelompok, dipastikan hal ini mampu mengasah profesionalisme diri.

d. Melatih kerjasama. KKN adalah kegiatan kerja kelompok. Hampir sulit dilakukan bila mengandalkan kerja sendiri. Melalui kerja tim dalam kelompok kerja itulah, mahasisw akan terlatih bekerja sama untuk menjalani suatu misi yang diusung. Tentu saja kerjasama bisa lebih memaksimalkan hasil dari pada dikerjakan sendirian.

e. Melatih kemampuan problem solving.  Di kegiatan kerja KKN, mahasiswa akan melihat atau melakukan observasi lapangan, mengenai permasalahan yang sedang dialami oleh warga masyarakat. Dengan masalah yang telah dicatat itulah, kemudian mahasiswa akan menargetkan permasalahn tersebut untuk dipecahkan sebagai kesuksesan program kerja individual/kelompok mereka.

Tujuan dan manfaat diatas, mungkin akan lebih menekankan pada  sasaran mahasiswa. Tentu kita menyadari bahwa kegiatan KKN  juga akan memberikan segi kemanfaatan pada Universitas sebagai penyelenggaraan program dan juga masyarakat sebagai sasran kerja serta wadah belajar bagi mahasiswa. Ketiganya akan sangat diperhitungkan untuk menjadi aspek keberhasilan dari pelaksanakan kegaitan KKN mahssiwa.

Namun disini, kita akan membahas mengenai keefektifan kegiatan KKN pandemi dari sisi sarasan mahasiswa.

Bebarapa waktu lalu, saya mendapat curhatan dari kerabat dekat yang akan melaksanakan KKN  di bulan Juli-Agustus 2020 ini. Begini kira-kira potongan pembicaraan kami:

“Mbak, aku bingung. Bantuin mikir!”

“Mikir apa to?”

“KKN pandemi gini amat. Masa iya KKN dilaksanakan sendirian bukan berkelompok?” (Kita bicara panjang lebar mencari perbandingan KKN dulu dan KKN masa pandemi).

“Koq nggak enak banget ya mbk. Aku membayangkan segala sesuatunya akan terasa tidak maksimal bila dilakukan sendirian”.

Terus terang dia bingung dengan kegiatan wajib perkuliahan yang akan dilakoninya ini. Disatu sisi, saya menilai, tingkat kebingungan ini masih bersifat wajar. Mengingat KKN memang kegiatan cukup kompleks yang hanya sekali dilaksanakan selama pendidikan strata 1, dan bagi yang belum terbiasa dengan kegiatan sosial kemasyarakatan, pasti akan banyak menemukan kebingungan dan kesulitan.

Namun dilain sisi, saya juga menilai, bahwa kebingungan itu berada pada faktor kondisi pandemi yang membuat beberapa hal menjadi berbeda dari biasanya, atau bahkan saya pribadi berpendapat, KKN pandemi bisa akan jauh mencapai target, tujuan, dan manfaat yang seharusnya diperoleh oleh mahasiswa.

Berangkat dari curhatan kerabat saya itulah, serta praktik pengabdian yang telah berjalan beberapa hari sampai hari ini, saya ingin mengulas kemungkinan ketidakefektifan kegiatan KKN pandemi dalam kaitannya untuk pencapaian target/tujuan program sampai kepada sisi kemanfaatannya bagi mahasiswa.

Berikut adalah beberapa masalah yang tengah dihadapi mahasiswa dikaitkan dengan skema KKN yang dirancang di masa pandemi ini:

  1. Dilaksanakan individual. Cukup sedih mendengar ketika KKN pandemi harus dilaksanakan sendirian oleh mahasiswa. Selain tidak seperti KKN pada umumnya diwaktu normal, kita pasti bisa membayangkan apa yang terjadi dengan mahasiwa dengan langkah individualnya ini. Seperti sudah dikatakan di pembahasan sebelumnya, bahwa mengandalkan kerja sendiri akan hampir sulit dilakukan. Sedangkan dapat dipastikan, kerja bersama dapat memaksimalkan hasil yang ingin diperoleh.

Saya pribadi ikut merasakan kesulitan ini. Dapat dipastikan bahwa melakukannya sendirian akan menjadi faktor utama timbulnya masalah selanjutnya yang dipertimbangkan lebih ringan bila dilaksanakan secara berkelompok. Berkelompok akan menghadirkan kebersamaan. Kebersamaan akan menghadirkan kekompakan, gotong-royong, saling meringankan beban, ada nilai tanggung jawab yang saling menguatkan, ada nilai keberanian dalam sebuah kebersamaan, dan lain sebagainya.

Ada satu poin menarik dari KKN yang dilaksanakan berkelompok yang ingin saya tuliskan. Bukankah dalam KKN berkelompok juga ada makna memperluas jaringan sosial mahasiswa, terutama antar kelompoknya sendiri yang sebelumnya belum saling mengenal menjadi sangat mengenal. Bukankah ini jaringan pertemanan yang cukup bermakna (mungkin) untuk masa depannya yang dijalin oleh mahasiswa silang prodi dan fakultas? Apabila KKN didesain individual, bersiaplah mahasiswa tidak mendapatkan kesempatan berharga ini.

  1. Pergaulan masyarakat yang kurang maksimal. Memang, KKN yang dilaksanakan di tempat tinggalnya masing-masing cukup memudahkan mahsiswa di dalam berkoordinasi terkait urusan kegiatannya. Namun, Bisakah kita menjamin bahwa jangkauan pengabdian ini bisa meluas dan merata seperti yang kita bayangkan? Bagaimana bila langkah pergerakan pengabdian itu hanya terbatas dalam lingkungannya sendiri? Syukurlah bila bisa terjangkau untuk 1 RT. Bila ternyata 1 Rt pun tidak, bagaimana? Apakah sudah benar pengevaluasiannya untuk sejauh ini? Baik silahkan dikaji sendiri.
  2. Biaya program per-individu. Dikatakan di poin (1) sebelumnya, bahwa KKN berkelompok dapat menghadirkan sikap gotong royong, saling bahu membahu meringankan beban yang harus ditanggung. Jelas bila KKN pandemi dilaksanakan secara individual, maka berapakah anggaran yang harus dikeluarkan per-mahasiswa untuk memenuhi program kerjanya.

Berbicara mengenai anggaran memang agak sensitif. Bisa bersifat relatif antar mahasiswa dikarenakan latar belakang kemampuan keuangannya yang berbeda-beda. Namun bila sudah disinggung beratnya beban ini untuk mahasiswa, apakah akan dibiarkan saja? Ataukah semua pihak telah berpositif thinking bahwa mahasiswa mampu mendapatkan bantuan dana layaknya telah sukses mengajukan proposal kegiatan dari dana desa yang bisa dicairkan atau pihak lainnya? Akan lebih baik bila ini di cek kembali kepastiannya oleh para dosen pembimbing lapangan.

  1. Pembimbingan oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang non-tatap muka. Mahasiswa pelaksana KKN memang mampu bergerak sendiri untuk melaksanakan program kerjanya. Namun tetap saja, peran seorang DPL juga mampu memberi pengaruh besar terhadap segala pergerakan dan pengambilan keputusan mahasiswa.

Situasi pandemi yang mengakibatkan pembatasan sosial sehingga menuntut penggantian komunikasi antara DPL dengan mahasiswa harus melalui daring, juga dinilai kurang efektif. Dikatakan dalam laman Banten.idntimes.com (16/07/2020) seorang mahasiswa membagikan keluhannya terkait ini bahwa sosialisasi kegiatan berupa video yang di share-kan ke Youtube dinilai kurang mendetail serta berubah ubah. Tentu kita bisa membandingkan sendiri tingkat keefektifan komunikasi langsung dengan komunikasi tidak langsung tanpa harus berpikir panjang.

Itupun baru satu mahasiswa yang telah membagikan keluh kesahnya. Coba bila semua pihak mencoba membuka keluhan mahasiswa secara gamblang tanpa menutup-nutupinya.

  1. Tentang nilai Kemandirian. KKN individu memang otomatis bisa menjadikan mahasiswa mandiri, karena dia sedang dituntut bekerja sendiri sebagai beban melakukan tanggung jawabnya. Namun, apakah kemandirian ini juga sedang dipikirkan positif bila nyatanya mereka KKN di tempat tinggal sendiri yang dekat sekali dengan orang tuanya. Saya pribadi meragukan bila mereka benar-benar bisa melatih kemandirian mereka melalui skema KKN pandemi ini.
  2. KKN Online. KKN online didefinisikan sebagai pelaksanaan program kerja KKN yang dilaksanakan full daring. Para mahasiswa tidak bertemu langsung dengan masyarakat, juga tidak tinggal dengan masyarakat. Program kerja yang dirancang, semua akan dikerjakan dari tempat tinggal masing-masing. Mungkin juga termasuk komunikasi dengan kepala desa dan pihak masyarakat terkait, lainnya.

Memang, ada poin positif dan negatifnya dari skema KKN online ini. Disatu sisi, mahasiswa akan semakin dibiasakan dengan tatanan hidup digital atau serba online, mengingat abad 21 hampir menuntut semua orang untuk dapat melek teknologi. Namun bila kita melihat sisi lainnya, benarkah akan efektif suatu interaksi bila hanya cukup mengandalkan interaksi tidak langsungnya saja. Adakah yang sepakat bila interaksi tidak langsung tidak akan bisa menggantikan interaksi langsung? Lagi-lagi ini akan bersifat relatif, dan melihat kenyamanan dan kemudahan dari sudut pandang masing-masing orang.

Melihat poin-poin masalah diatas, saya jadi teringat dengan sebuah laman yang menuliskan judul seperti ini, “Apa yang bisa diperoleh dari mahasiswa saat KKN online? Tidak ada”, (Tirto.id, 05/07/2020). 

Artikel ini menyoroti beberapa poin masalah yang kurang lebih sama dengan yang saya sebutkan diatas, salah satunya yaitu tentang KKN online yang dinilai tidak akan mampu menggantikan KKN offline, baik itu dalam pelaksanaan program mahasiswa, interaksi antara DPL dengan mahasiswa, maupun interaksi mahasiswa dengan pihak desa.

Penutup

Memang, tidak ada yang mengharapkan pandemi Covid-19 datang ke tengah-tengah kita.  Makhluk tak kasap mata ini telah sukses mengobrak-abrik tatanan kehidupan kita diberbagai bidang. Namun tidak dipungkiri, semua pihak telah selalu berusaha yang terbaik untuk mencari solusi dari kesulitan global ini.

Berkaitan  dengan masalah pendidikan, tentu semua pihak ingin bidang ini dirancang dengan sempurna. Tidak ingin ada ketimpangan dalam segala hal; sebab hal ini adalah bagian dari usaha pembangunan nasional melaui perbaikan sumber daya manusianya. 

Semua pihak sepakat terlibat dalam prosesnya.  Bilamana suatu kebijakan ada yang dirasa kurang tepat, atau kurang sesuai dengan kondisi lapangan, maka diusahakan untuk dilakukannya evaluasi bersama untuk memperbaikinya.

Harapannya, tulisan ini dapat sampai kepada pihak yang berwenang memberi kebijakan, serta akan berusaha untuk mencari penyelesaian masalah yang lebih dari sebelumnya.

Penulis sendiri menyadari bahwa, KKN pandemi tidak semuanya dinilai menghadapi ketidakefektifan. Namun bila dirasa masih ada yang menghadapi masalah,bukankah lebih baik kita carikan solusi bersama-sama?

Cukup miris, bila kemudian KKN ini dilaksanakan oleh mahasiswa dengan ala kadarnya, sebut saja sebagai kerja paksa/formalitas asal terlaksana. Dari masalah yang dia hadapi namun terkesan tidak ada pilihan lain. 

Maka harapannya, beberapa masalah ini bisa mendapat perhatian dari pihak yang berwenang, sehingga ditemukan penyelesaian yang solutif. 

Perlunya sebuah pendampingan serius dan intensif bagi peserta didik yang sedang menjalani proses belajar menuju hidup yang lebih nyata ini, juga menjadi poin pentingnya.

Salam,

Jepara, 09/08/2020

Niha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun