Mohon tunggu...
ni.hayatuzain
ni.hayatuzain Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Traveling - Analisis - Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pondok Tarbiyatut Tholabah Kranji Berduka

14 Desember 2024   19:44 Diperbarui: 14 Desember 2024   19:49 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Media PP TABAH

Proses Pemakaman
Proses Pemakaman

Proses Sholat Jenaza KH Nasrullah Baqir
Proses Sholat Jenaza KH Nasrullah Baqir
Dunia pesantren kembali berduka. KH. Nasrullah Baqir, sosok ulama kharismatik yang dikenal dengan panggilan Buya atau yai Rul, berpulang ke rahmatullah pada Jumat, 13 Desember 2024, sebelum waktu subuh. Hari wafat beliau bertepatan dengan tanggal lahirnya, sebuah momen yang mengundang haru mendalam bagi keluarga, santri, dan masyarakat sekitar. Beliau berpulang dengan begitu tenang tanpa merepotkan siapapun. Kabar duka ini disampaikan oleh putra sulungnya, Gus Hamid Ahmad (Gus Ami) putra sulung Buya, melalui pesan suara yang tersebar di grup-grup alumni. "Mohon maaf sebesar-besarnya, Buya sudah tidak ada. Mohon dimintakan permohonan maaf atas nama Buya," ujar Gus Ami. 

Pada malam sebelumnya, tanggal 12 Desember, beliau menghadiri Puncak Haul Kyai Munawwir Krapyak dan menyaksikan prosesi wisuda menantunya. Di sela-sela kegiatannya, beliau juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke salah satu alumni di Yogyakarta. Seperti kebiasaan para ulama shalih yang gemar menjaga silaturahmi, hingga di penghujung hayatnya pun beliau masih menyempatkan waktu untuk bersilaturahmi. Setelah itu, beliau pun istirahat di penginapan. Gus Ami mengatakan kalau Buya masih sempat bersantai tanpa mengeluh apapun. Tak berselang lama, beliau pun akhirnya beristirahat dan siapa sangka kalau itu adalah sekaligus menjadi istirahatnya yang terakhir kalinya.

Malam sebelum wafat, Buya sempat bercengkerama dengan keluarganya sambil merokok. Menjelang subuh, saat dibangunkan, beliau telah berpulang. "Setelah itu istirahat di penginapan, pagi menjelang Shubuh dibangunkan sampun kapundut (sudah meninggal)" ungkap Ning Ilzami Zimama Haqq, salah satu putri almarhum.  

Jenazah Buya Nasrullah Baqir dimakamkan setelah salat Asar di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah. Prosesi pemakaman dihadiri ribuan pelayat yang datang dari berbagai daerah. Antusias masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir begitu besar sehingga kendaraan sempat tidak dapat beroperasi karena padatnya arus manusia di sekitar pondok.

Dalam suasana penuh duka, Gus Falaq, saudara Buya, memberikan sambutan mewakili keluarga. "Saya yakin semua yang hadir di sini merasa sulit mempercayai bahwa Buya telah tiada. Saya sendiri awalnya tidak percaya ketika mendengar kabar duka ini. Namun, setelah melihat langsung jenazah beliau di kediaman, barulah saya menerima kenyataan bahwa Buya telah meninggalkan kita," ujar Gus Falaq dengan nada penuh haru.

Beliau dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah dalam berjuang demi kemajuan pesantren dan umat. Tidak hanya dengan ucapan, tetapi juga melalui tindakan nyata, seperti terlibat langsung dalam pembangunan fasilitas pondok, mendampingi para santri, dan terus menjalin silaturahmi dengan berbagai pihak hingga akhir hayatnya. Kyai Salim Azhar juga memberikan sambutan yang mengungkapkan dedikasi luar biasa Buya selama hidupnya. "Buya sangat bersemangat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, baik yang berkaitan dengan pembangunan, kegiatan santri, maupun hal lainnya. Ucapan, tenaga, semangat, dan pikiran beliau semuanya dicurahkan untuk pondok. Sangat sulit untuk meniru dedikasi seperti itu," ujar Kyai Salim.

Seluruh rangkaian prosesi pemakaman berjalan dengan khidmat. Ribuan pelayat, termasuk para tokoh agama, masyarakat, dan alumni pondok, turut serta mengiringi kepergian beliau. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata bahwa KH. Nasrullah Baqir telah memberikan pengaruh besar dalam kehidupan banyak orang.

KH. Nashrullah Baqir merupakan pengasuh generasi kelima Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Paciran, Lamongan. Pesantren ini dikenal sebagai salah satu yang tertua di wilayah pesisir Lamongan. Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah telah melahirkan banyak alumni yang berilmu dan berkiprah di berbagai bidang di seluruh Nusantara.

Dengan kepergian Buya, dunia pesantren kehilangan salah satu tokoh terbaiknya. Namun, warisan nilai-nilai kebaikan, perjuangan, dan pengabdian beliau akan terus hidup di hati para santri dan masyarakat yang telah merasakan manfaat dari keberadaan beliau selama ini. Al-Fatihah untuk Buya Nasrullah Baqir, semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.


@nihayatuzain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun