Mohon tunggu...
Nihayatul Husna
Nihayatul Husna Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Katamu inspirasimu tindakanmu penyemangatmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Book "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam"

7 Maret 2020   21:47 Diperbarui: 7 Maret 2020   21:47 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

REVIEW BOOK

Judul Buku      : Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam

Penulis             : Drs. M. Zainuddin, MA

Penerbit           : Bayu Media Publishing

Tahun Terbit   : 2003

Bab 1 Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang sempurna, dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia disebut juga makhluk yang dapat berbicara, dan makhluk yang memiliki nilai luhur. Menurut Al 'Aqqad, manusia pantas dijuluki makhluk yang berbicara karena pada dasarnya manusia mampu untuk memikul beban serta tanggung jawab. 

Manusia pula dijuluki dengan pencipta kedua setelah Tuhan. Karena manusia telah dianugerahi rasio sehingga ia bisa berfikir secara intelektual tinggi melebihi makhluk lainnya yang mengkreasikan sains dan teknologi. Kreasi tentang penciptaan alam oleh Alloh harus direnungkan oleh manusia yang berilmu pengetahuan. 

Keunggulan suatu umat manusia akan sangat bergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio. Sebagai contoh perkembangan industri pada abad 18 yang melahirkan cabang ilmu sosiologi,  dimana muncullah ilmu polemologi.

Bagi seorang muslim, pengetahuan merupakan bagian mendasar dari kemajuan dan pandangan dunianya. Maka dari itu, setiap umat islam berkewajiban untuk membangun dasar ilmunya sendiri serta bertanggung jawab atas moral atas manusia dan alam.

Dilihat dari metodenya, antara agama dan ilmu tidak bisa bertemu, ilmu diperoleh dari jalan inderawi (pengamatan) dan pembuktian (verifikasi), sedangkan agama diperoleh dari keyakinan atau wahyu. Tapi dilihat dari segi asasinya, ilmu bertujuan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia. 

Dari sinilah, ilmu dan agama adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan bersifat integral. Pada abad ke 8 dan 12 menjadi saksi atas kejayaan peradaban islam dunia yang memimpin karena ilmu dan filsafatnya. 

Sehingga muncul bamyak tokoh pemikiran islam, seperti al kindi, ar razi, al farabi, dan lain sebagainya. Kemajuan ilmu pemgetahuan juga dilihat dari perkembangan kegiatan penterjemahannya.

Sumber pengetahuan adalah kesadaran mengenai Yang Kudus, dan tujuan ilmu pengetahuan adalah kesadaran mengenai Yang Kudus itu. Antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan, karena wahyu dibenarkan oleh akal karena keduanya sama-sama menyelidiki dan mencari kebenaran. 

Menurut Rosenthall, tujuan filsafat islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya.

Antara barat dan timur (islam) telah terjadi kontak dan saling tukar pikiran dari segi keilmuan. Jelas ketika masa Al Makmun yang terjadi pergumulan Pemikiran di bidang filsafat maupun teologi.

Bab 2 Sekilas tentang Filsafat Ilmu

Pada bab kedua, menjelaskan sekilas tentang filsafat ilmu, dimulai dari penjelasan tentang tradisi keilmuan barat yaitu ketika jaman Yunani kuno (abad ke 6 SM hingga awal pertengahan atau kira-kira 600 SM sampai 200 SM, sebagai zaman yang dianggap sebagai cikal bakal munculnya filsafat yang ada sekarang. Dan pada tahap ini, terjadi proses pemikiran yang panjang mengenai berbagai fenomena alam disertai penelitian berdasar pada reasoning power.

Dijelaskan pula tentang filsafat ilmu dan perkembangannya. Apa sih filsafat itu? Filsafat berasal dari dua kata yaitu Philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). 

Filsafat adalah pengetahuan tentang suatu kebijaksanaan, membahas tentang prinsip-prinsip kebenaran, serta berfikir secara logis dan mendalam dengan tujuan untuk memperoleh suatu kebenaran. Ilmu merupakan bagian terkecil dari sebuah pengetahuan yang memuat suatu objek tertentu, yang diketahui manusia disamping berbagai ilmu pengetahuan lainnya, termasuk seni dan agama.

Filsafat ilmu membahas tentang proses penyelidikan terhadap ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah disertai cara-cara untuk memperoleh sebuah pengetahuan.  Antara filsafat ilmu dan epistimologi sangat berkaitan erat, karena pada dasarnya di dalam epistemologi terjadi proses penyelidikan baik syarat maupun bentuk dari pengalaman manusia.

Dalam filsafat ilmu, menyelidiki 4 hal yaitu : pengalaman (indera secara langsung), akal (verstand), budi (vernunft), serta intuisi. Pada dasarnya, filsafat ilmu sendiri merupakan kelanjutan atas perkembangan pengetahuan.

Objek kajian ilmu filsafat dibagi menjadi tiga meliputi : 1. Ontologi (menjelaskan mengenai objek kajian, meliputi permasalahan dari hakikat ilmu, penafsiran tentang hakikat realitas dari objek ontologis keilmuan), 2. Epistemologi (membahas tentang pertanyaan bagaimana), 3. Aksiologi (sebagai rangkuman dari hasil kajian).

Suatu pernyataan dapat diterima oleh premis setelah melakukan pengkajian atau penelitian didasarkan pada prinsip epistemologi keilmuannya. Dimana hal yang harus dilakukan adalah melakukan penelitian dengan pengujian konsekuensi deduktifnya secara empiris.

Objek kajian epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang melakukan proses penyelidikan mengenai asal muasal, metode, dan sahnya ilmu pengetahuan. Secara umum, epistemologi ini menyangkut epistemologi kefilsafatan dan pertanyaan semantic antara pengetahuan dan objek pengetahuan.

Secara garis besar, aliran dalam epistemologis terbagi menjadi dua, yaitu rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme adalah suatu aliran yang memprioritaskan peran akal, dan indera sebagai nomor setelahnya. Hal ini berawal dari rasio yang melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar ontologik dan dari indera melahirkan aliran empirisme. 

Jadi, aliran empirisme merupakan aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan diperoleh melalui sebuah pengalaman (indera). Kebenaran yang diperoleh dari pemikiran empirisme ini bersifat korespondensi, artinya terjadi hubungan antara subjek dan objek melalui pengalaman yang dibuktikan dan diuji melalui proses induktif, yang akhirnya bias ditarik sebuah kesimpulan. 

Teori korespondensi sendiri adalah teori tentang kebenaran yang mendasar pada kriteria kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pernyataan tersebut.  

Objek kajian terakhir adalah Aksiologi. Aksiologi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyelidikan atas hakikat nilai ditinjau dari sudut pandang ilmu kefilsafatan. Aksiologi sendiri meliputi nilai-nilai, parameter apa yang disebut dengan kebenaran sebagaimana halnya kehidupan yang menjelajahi berbagai kawasan. 

Dalam aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan dalam menerapkan ilmu kedalam praksis. Menurut Jujun, pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan tetap memperhatikan kodrat serta martabat manusia disertai dengan kelestarian dan keseimbangan terhadap alam, dimana pengetahuan manusia diperoleh dan disusun serta dipergunakan secara komunal dan universal. 

Komunal sendiri merupakan bahwa setiap pengetahuan menjadi milik bersama, dan setiap individu berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Sedangkan universal berarti ilmu tidak mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama. Tidak ada istilah ilmu barat maupun timur.

Bab 3 Filsafat Ilmu dalam Islam 

Dalam merespons sains modern, maka ilmuan muslim terbagi menjadi tiga kelompok (dengan perspektif yang berbeda), yaitu :

1. Kelompok yang menganggap bahwa sains modern bersifat universal dan neutral dan semua sains dapat ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Kelompok ini disebut Bucaillian.

2. Kelompok yang berusaha memunculkan persemakmuran sains di Negara Islam, dengan alas an jika sains tersebar di kalangan masyarakat islam maka fungsinya akan bias termodifikasi yang akhirnya bias dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan serta cita-cita Islam sendiri.

3. Kelompok yang berkeinginan membangun sebuah paradigma (dikenal dengan ilmu epistemologi) berdasarkan Islam yang mengkombinasikan antara paradigma pengetahuan dengan paradigma perilaku.

Upaya pencarian ilmu pengetahuan dalam Islam sudah ada sejak ulama-ulama terdahulu. Yang berawal dari sebuah persoalan yang akhirnya memunculkan beberapa kelompok. Al Ghazali misalnya yang mengatakan bahwa seluruh ilmu tercakup dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah, dan Al-Qur'an adalah penjelasan tentang esensi-esensi, sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Al-Qur'an itu laksana lautan yang tak bertepi, dan jika sekiranya lautan itu menjadi tinta untuk menjelaskan kata-kata Tuhanku, niscaya lautan itu akan habis sebelum kata-kata Tuhan itu berakhir ( lihat Al-Ghazali, 11329 H:9, 32 ) .

Menurut Al Qardhawi, menurut Islam, cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut pandangan barat modern saja, melainkan juga meliputi aspek metafisika yang dibawa oleh wahyu yang membahas tentang realitas agung sebagai respon atas pertanyaan, aspek humaniora yang membahas tentang kehidupan manusia dan hubungannya, serta aspek material yang tersebar di jagad raya yang dibangun berdasarkan hasil observasi dan eksperimen.

Ada empat sumber pengetahuan menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, tapi pada hakikatnya meruapakan satu kesatuan yaitu : 1. Pengetahuan Inderawi 2. Pengetahuan Naluri 3. Pengetahuan Rasio 4. Pengetahuan Intuitif 5. Pengetahuan wahyu.

Bab 4 Tradisi Keilmuan Islam : Revitalitas Ilmu dan Tanggung Jawab Ilmuan Muslim

Sebagaimana yang dicatat oleh Ahmad Amin, menyebutkan bahwa pada masa awal timbulnya Islam, ada tujuh belas orang Suku Quraisy yang pandai baca-tulis. Gerakan melek huruf dilakukan pertama kali oleh Islam dalam rangka pengamalan ilmu pengetahuan. Jika pada awalnya aktivitas keilmuan itu hanya terbatas pada menelaah agama yang secara khusus, maka pada periode berikutnya berkembang meliputi seluruh aspek dan kajian yang lebih luas.

Para ahli sejarah mengatakan bahwa kemunduran umat Islam itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor Internal, yaitu semakin memudarnya ikatan tali persaudaraan umat Islam serta munculnya fanatisme terhadap golongan.

2. Faktor Eksternal, yaitu kekalahan umat Islam dalam Perang Salib yang terjadi kurang lebih selama 2 abad, dan adanya serangan dari Tentara Mongol dengan komando Jengis Khan dan cucunya Hulagu Khan.

Menurut Anees, umat Islam memiliki dua tanggung jawab terhadap dirinya yang meliputi :

1. Membuat dan menghasilkan dasar ilmunya sendiri

2. Tanggung jawab moral terhadap manusia yang lainnya dan alam agar berada pada tingkat kesejahteraan material maupun spiritual.

Ada 5 program kerja yang dirumuskan oleh Al- Faruqi :

1. Penguasaan terhadap disiplin ilmu modern

2. Penguasaan akan khazanah Islam

3. Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern

4. Pencarian sintesa antara Khazanah Islam dan Ilmu Modern

5. Pengarahan aliran pemikiran Islam kepada pendekatan kepada Allah SWT.

Ilmu-ilmu ilmuwan barat sebenarnya masih bisa dipakai asalakan sejalan dengan Islam. Maka disinilah peran dari Ilmuan Muslim untuk meninjau kembali landasan falsafah filsuf barat dengan mengarahkan sesuai dengan konsep dan nilai-nilai Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun