Bisnis skincare tidak akan pernah surut dari perhatian masyarakat, bahkan diprediksi akan terus naik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan The NPD Group, Sekitar 45% penyumbang keuntungan industri ritel adalah dari bisnis kosmetik, yang termasuk skincare di dalamnya.
Banyaknya orang yang menjadi konsumen skincare adalah bukti nyata kalau peluang bisnis di bidang skincare ini sangat besar. Sekarang bahkan bukan hanya kalangan perempuan yang identik dengan skincare, tapi banyak juga laki-laki yang memahami pentingnya skincare. Jawaban dari apakah bisnis skincare terjanjikan sudah terpampang di depan mata. Sangat cocok kalau kita mau membuka bisnis baru di tahun 2022 yang tinggal beberapa hari lagi.
Tapi meskipun peluang bisnis skincare besar, bukan berarti kita bisa memulainya dengan serampangan. Ada beberapa hal yang tetap harus dipertimbangkan agar bisnis skincare yang kita mulai tidak merugikan. Persiapan yang matang akan memudahkan kita menjalankan bisnis dan meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi.
Berikut ini adalah tiga hal yang harus dipertimbangkan ketika akan membangun bisnis skincare.
Kebutuhan Konsumen
Sama seperti bisnis lainnya. bisnis skincare juga terus mengalami perkembangan dari hari ke hari. Jadi kita juga harus selalu up to date terhadap skincare yang sedang trend di kalangan masyarakat. Sekarang sangat mudah untuk mencari informasi yang kita butuhkan, bisa melalui media sosial atau browsing internet.
Dengan survey, kita bisa mendapatkan data produk yang dibutuhkan masyarakat tetapi masih jarang didapatkan dari brand skincare yang sudah ada. Kita juga bisa melakukan inovasi dari produk-produk yang sudah ada. Kebutuhan konsumen terhadap skincare pasti akan selalu ada, tinggal seberapa kreatifnya kita menciptakan produk yang bisa diterima.
Image Brand
Setelah kita tahu jenis skincare apa yang cocok dengan kebutuhan konsumen, langkah selanjutnya adalah membuat brand. Brand ini menjadi ciri khas dan media orang bisa mengenal produk yang kita jual. Â Kita harus bisa membuat image brand yang membuat orang-orang tertarik dan penasaran.
Ketika orang mendengar atau melihat nama brand kita, ada kesan tersendiri yang menjadi ciri khas brand kita. Citra ini harus dibangun dengan sangat matang. Misalnya brand yang menjunjung mendukung perbaikan lingkungan, atau branf yang mendukung kesejahteraan masyarakat di negara-negara dunia ketiga.
Setiap citra yang kita ciptakan dalam brand akan sangat mempengaruhi perhatian masyarakat. Kalau kita sudah mendapatkan perhatian masyarakat, akan lebih mudah untuk mengkonversinya menjadi konsumen.