Yakk gaes,,, ketemu lagi sama Nisa yang menggemaskan, saking gemesnya, seringkali bikin orang jadi darah tinggi hehe..
Okeh kali ini mau lanjutin cerita perujuangan dalam lika-liku tes CPNS nih, yang belum baca part sebelumnya, silahkan klik disini
Jadi sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh pihak Badan Kepegawaian Negara (BKN), Kemenperin membuat rundwon untuk pelaksanaan SKB dimulai bulan Maret dan akan dijadwalkan untuk pengumuman hasilnya dibulan April 2020. Tapi karena kasus covid19 di Indonesia tiba-tiba melunjak, BKN menunda semua kegiatan pelaksanaan SKB demi kebaikan bersama.
Apasih SKB itu?? Adalah Seleksi Kompetensi Bidang, yang mana menjadi tahapan kedua dalam rangkaian tes CPNS, salah satu penentu penilaian terbesar dari rangkaian yang ada. Sesuai namanya Kompetensi Bidang, pada tes ini kita difokuskan untuk mengasah dan mencari tau, sejauh mana kita mengenal Instansi dan Formasi yang kita lamar. Untuk tes SKB ini, pihak BKN memberikan wewenang kepada masing-masing instansi untuk metode tes apa yang akan diberikan kepada peserta. Memang banyak instansi memilih menggunakan metode CAT, namun ada juga beberapa yang menggunakan metode non CAT. Metode paling sering digunakan untuk instansi-instansi yang memilih non CAT diantaranya : Psikotest, Wawancara, Tes Kesehatan, dan Tes Mengajar (khusus untuk jabatan guru/dosen), dan lain-lain. Kemenperin sendiri menggunakan Tes Psikotest, Tes Wawancara, dan Tes mengajar untuk formasi dosen/guru. Masing-masing tes memiliki bobot penilaian masing-masing yang nantinya akan di integrasikan dengan nilai SKD. Secara umum nilai SKD memiliki bobot 40% dan nilai SKB memiliki bobot 60%, maka dari itu wajib bagi peserta untuk mengikuti tes SKB karena penentu nilai yang cukup besar. Oiya, untuk formasi dosen/guru bisa mendapatkan nilai maksimal di SKB jika mereka punya Sertifikat Pendidik, untuk detailnya tertuang pada Permenpan RB No. 23 Tahun 2013.
Kembali ke cerita saya, saya yang masih bingung harus melakukan apa untuk persiapan SKB, karena benar-benar gak tau, tes seperti apa yang akan dihadapi. Akhirnya saya menemukan public grup di telegram, khusus para peserta cpns kemenperin yang lanjut ke tahap SKB. Di grup itu bukan hanya terdiri dari peserta, namun ternyata ada juga beberapa yang sudah jadi cpns kemenperin di tahun sebelumnya, mereka dengan senang hati berbagi pengalaman dengan kami. Kami disarankan untuk mempelajari semua jenis psikotes, khusus nya yang sering keluar itu seperti Tes Koran, MMPI, PAPI, CFIT, Wartegg Test dan tes grafis seperti draw a person atau Tree Test. (silahkan searching di google ya untuk jenis-jenis tes tersebut). Apalah ini saya juga gak paham semua awalnya, tapi bersyukur banget karena di grup ini dipenuhi orang baik yang sharing semua jenis soal, bahkan tips-tips untuk pengerjaannya. Karena dalam psikotes itu memang tidak ada penilaian yang salah ataupun benar-benar tepat. Hal terpenting dalam mengerjakan psikotest adalah keadaan tubuh dan mental kita sendiri. Jadi pastikan sebelum tes istirahat yang cukup dan jangan grogi yah.
Kedua ada psikotes lanjutan yaitu LGD (Leaderless Group Discussion) atau FGD (Fokus Group Discussion). Mengutip dari halaman website http://cdc.unsri.ac.id bahwa perbedaan antara LGD dan FGD terlihat jelas pada kata 'Leaderless' dan 'Focus'. Secara lebih detail, perbedaan tampak pada proses diskusi. LGD, jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti diskusi yang dilakukan tanpa adanya fasilitator atau pemandu. Sedangkan FGD dipimpin oleh seorang fasilitator. Menurut Bapak Galuh Setia Winahyu, M.Psi jika ditinjau dari tujuan LGD dan FGD, memang ada perbedaan, LGD berorientasi pada penyelesaian masalah secara kelompok, sedangkan FGD tujuannya untuk mencari pemahaman baru dari isu yang beredar saat ini.
Menurut pemahaman saya setelah banyak membaca referensi dan informasi dari teman-teman, kurang lebih teknis pelaksanannya begini, untuk FGD nanti kita akan diberikan satu atau beberapa macam kasus dari pihak fasilitator, kemudian kita diminta mengemukakan pendapat secara pribadi dan secara berkelompok. Fasilitator memberikan setiap peserta kesempatan untuk berbicara, juga memastikan bahwa pembahasan topik diskusi tetap pada lajurnya. Lalu pastikan di akhir diskusi, kita memiliki kesepakatan yang sama dengan kelompok. Dalam FGD akan dinilai secara general daripada penilaian individu karena pemahaman bersama yang dicari. Sedang dalam LGD sama sih mekanismenya, hanya saja fasilitator hanya menjadi pengawas dalam jalannya diskusi, dan memberikan penilaian terhadap masing-masing peserta. Kuncinya disini sebagai peserta kita tidak boleh terlalu mengambil alih diskusi, tapi juga jangan terlalu pendiam. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengungkapkan pendapatnya juga, hargai setiap pendapat orang lain, jangan pernah memotong peserta yang sedang bicara, jika mau menyanggah pernyataannya, tunggu hingga beliau selesai bicara. Lebih sopan lagi selalu gunakan kata "izin berpendapat" dan ucapkan "terimakasih atas pendapat bapak/ibu..." sebelum menyanggah suatu pernyataan.
Dan tes terakhir adalah tes wawancara, yang mana menurut para senior, tidak berbeda jauh dengan wawancara diperusahaan swasta, pastinya kita diminta memperkenalkan diri, kemudian seperti yang saya infokan bahwa tes SKB ini fokus terhadap instansi dan formasi yang kita lamar, jadi disarankan untuk menyerap dan mempelajari hot-hot issue yang sedang berlangsung di instansi tersebut. Contohnya saya yang melamar di Kemenperin untuk formasi Pengadiministrasi Keuangan di Direktorat Jendral Industi Kecil Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA). Pertama saya fokuskan untuk mempelajari tentang Kemenperin, baik dari sejarah, visi-misi, struktur organisasi bahkan arti dari logo kemenperin, dan hot issue yang paling hot adalah Revolusi Industri 4.0 . Kemudian mempelajari tentang Ditjen IKMA, untuk cakupan-cakupan nya, dan mempelajari tentang Pengadiminstrasian Keuangan dari berbagai sumber. Kami yang sudah sangat bersemangat untuk melanjutkan ke tahap SKB harus menelan rasa kecewa karena adanya penundaan waktu sampai yang belum ditentukan. Namun jika diambil sisi positifnya, kami bisa mempersiapkan segalanya lebih matang. Dan menurut saya pribadi hal tersebut sangat tidak menguntungkan, pasalnya bekerja sebagai call center, bukanlah hal yang mudah untuk saya lalui. Dimana kita ditekan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dengan banyak komponen-komponen Performance yang diminta, namun tidak berbanding lurus dengan kondisi 'call' itu sendiri. Bulan pertama saja saya sudah ingin menyerah, tapi sadar akan kebutuhan lalu kemudian terus bertahan. Kontrak kerja yg diawali dengan waktu 6bulan akan habis pada bulan Maret, dengan rundown yang sudah ditetapkan sebelumnya menjadi acuan dan Motivasi saya, "Habiskan kontrak pertama, lalu resign karena lolos cpns !" . namun karena adanya penundaan tersebut, akhirnya saya terus lanjut untuk menandatangani kontrak ke dua untuk 6bulan berikutnya.
Mulai bulan april kantor kami mulai mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan Work From Home, ya bayangkan saja, kami yang sebagai penerima telepon, awal-awal WFH seringkali berkendala dengan jaringan dan vpn utk akses software kantor. Namun akhirnya seiring berjalannya waktu kami mulai nyaman dengan kerja WFH, siapa yang gak seneng, biasanya saya kalau lagi shift 6pagi, harus bangun jam 4 dan after sholat subuh langsung bergegas ke stasiun, agar tidak ketinggalan jadwal kereta yang sebelum jam 5 pagi. Ketika WFH bangun tidur bisa lagsung segera siap-siap online bahkan tanpa perlu mandi dulu. Hehe. Info tentang cpns pun belum ada juga, tapi namanya manusia kali yah, apa cuma saya doang sih ? rasanya kalau belum tau date line nya masih suka menyepelekan gitu, ah masih jauh waktunya, nanti-nanti aja belajarnya. Hehe.
Meski begitu, kembali saya bersyukur berada dalam satu grup diskusi dengan orang-orang yang memiliki tujuan dan mimpi yang sama, yaitu lolos cpns ditahun ini. Mereka tidak ada lelahnya untuk berbagi kepada kami dari jenis-jenis soal psikotest juga cara-cara mereka mempelajari apa yang harus dipelajari. Ya meskipun tidak secara intens, setidaknya saya tahu update apa yang terjadi untuk proses cpns ini. Saking lamanya kami berada dalam ketidakjelasan kapan waktu SKB akan dilaksanakan, media sosial ramai dengan oknum-oknum yang membuat keruh keadaan, mereka meminta SKB dihapuskan saja, dan yang diloloskan sebagai cpns adalah yang ranking pertama dalam nilai SKD. Tentu pro dan kontra terjadi, tapi ketika ditelusuri secara umum, mereka yang mendukung usulan tersebut, adalah mereka yang posisi ranking 1 tapi nilainya sangat tipis dengan para saingannya. Sedangkan yg kontra, mereka yang masih punya keyakinan dan mimpi besar untuk bisa lolos cpns kali ini dengan cara yang fair. Untuk saya pribadi, keduanya pun tak masalah. Hehe dan issue ini berakhir ketika Kepala BKN, Bpk Bima Haria Wibisana mengumumkan bahawasanya tes SKB akan tetap dilaksanakan. Kemudian netizen kembali ramai, dengan pertanyaan, kapan jadwal SKB akan di umumkan??
Sebenarnya saya risau karena semakin hari merasa makin tidak nyaman dengan professi call center ini, tapi tetap dibawa sabar dan sadar akan kebutuhan. Namun after lebaran 2020, permintaan untuk masuknya call inbound meningkat drastis, karena client membuat program untuk aplikasinya tersebut. Tiada hari tanpa overtime, minimal 1-2jam itu pasti harus wajib. Bahkan jatah kita yang seharusnya libur seminggu 2 kali, diminta untuk overtime disalah satu harinya. Memang semua overtime dibayarkan yang seringkali membuat senyum ketika gaji dibayarkan, namun tidak semua bisa selesai dengan uang bukan?? Banyak dari kami yang sakit, yang mana membuat rasio 'agent staffed' yang semakin berkurang dan malah membuat semakin kiwing. Saya tumbang, tiba-tiba banyak rasa sakit yang saya alami, dari mulai wasir karena terlalu banyak duduk, sampai akhirnya dinyatakan gejala thypus oleh dokter.