Tiap hari kotoran sapi "dipanen", disiram air, lalu ditampung dalam biodigester, sebuah wadah dari batu bata dan semen yang ditanam di dekat kandang. Fungsi utama dari biodigester adalah menghasilkan gas yang kemudian dialirkan ke dapur rumah warga lewat pipa. Nyala api yang dihasilkan pun biru dan stabil, cukup untuk pemakaian sehari-hari sehingga mereka tak perlu lagi repot mengantri gas.
Warga desa yang memiliki sapi kini telah bebas dari krisis energi. Mereka tak lagi bergantung pada bahan bakar elpiji untuk memasak. Biogas dari limbah kotoran sapi telah menyelamatkan mereka. Kotoran sapi yang dialirkan ke biodigester mampu menghasilkan gas untuk menyalakan tungku di dapur mereka. Mereka dapat memasak dengan leluasa tanpa khawatir kehabisan stok elpiji. Â
Walaupun hasil biogas baru dinikmati oleh pemilik sapi dan biodigester, namun penduduk di lereng Merapi itu bereksperimen lebih jauh lagi. Mereka mencoba melakukan "energiuntukinovasiberkelanjutan". Para petani itu membuat lompatan dengan memproduksi pupuk organik sendiri untuk tanaman di lahan pertanian mereka. Jadi, kini mereka tak lagi membeli pupuk kimia, yang selain mahal harganya juga mencemari lingkungan.
Melalui pendampingan sebuah yayasan, mereka membuat pupuk cair organik dari sisa limbah tersebut. Berkat air yang disiramkan ke kotoran sapi, kotoran encer tak mengendap dalam biodigester, tapi mengalir ke sebuah kolam penampungan.
Air tersebut kemudian ditampung ke dalam drum-drum atau wadah penampungan, dicampur dengan molase tebu dan difermentasikan selama seminggu, baru menjadi pupuk organik siap pakai. Bioslurry, namanya. Dengan pemakaian bioslurry, petani dapat menghemat pengeluaran karena tak perlu membeli pupuk lagi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berkat pengolahan kotoran sapi yang efektif dan tepat guna, dapat mengikis ketergantungan pada energi fosil, menumbuhkan kemandirian, tidak mencemari lingkungan, dan merangsang kreativitas untuk terus berinovasi.
Memang pada awalnya  penerapan sumber energi baru dan terbarukan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun hal itu sebanding dengan hasil yang diperoleh. Semoga langkah mereka ini dapat membuka wawasan dan menginspirasi kita tentang potensi sumber energi baru dan terbarukan di sekitar kita. Sudah saatnya potensi itu dilirik agar tidak terbuang percuma.   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H