Mohon tunggu...
Niena suartika
Niena suartika Mohon Tunggu... Freelancer - good people

pus Ilu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Curhatan Sang Penulis

23 Oktober 2019   17:22 Diperbarui: 23 Oktober 2019   17:22 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dibuat sebenarnya dalam rangka ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Wiranto. Beliau kini sudah menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai Menko Polhukam, yang telah diemban selama 3 tahun 3 bulan. Waktu yang cukup lama menurut saya, namun di saat itu juga banyak kejadian-kejadian tak terduga yang menimpa bangsa Indonesia dan juga Pak Wiranto sendiri.

Tulisan ini dibuat sekali lagi untuk mengucapkan terima kasih saya sebagai penulis, orang yang kurang dari 3 tahun mengikuti Pak Wiranto dan yang dekat dan tidak dekat dengan beliau. Dekat karena satu kantor dan selalu tahu jadwal kerja beliau sebagai Menko Polhukam, namun tidak dekat karena hanyalah penulis, hehehe. Tapi saya bersyukur bisa mengenal beliau.

Awal mula saya kenal beliau dari staf beliau yang bergerak di bidang media. Saya diajak untuk ikut bergabung sebagai penulis Pak Wiranto, menulis kegiatan-kegiatan beliau selama menjadi Menko Polhukam. Saat itu yang ada di pikiran saya adalah bagaimana saya bisa bekerja dengan seseorang yang sebelumnya saya anggap sebagai penajahat HAM. Namun, anggapan itu lama-lama menghilang seiring dengan saya mengetahui sedikit banyak tentang pribadi beliau.

Buat saya, Pak Wiranto adalah sosok yang sangat baik. Sepanjang yang saya tahu, beliau sedikit pun tidak pernah marah,(mungkin di depan saya,hehehe). Beliau selalu  tersenyum dan setiap berinteraksi dengan masyarakat atau berdialog dengan siapa pun, beliau selalu menyisipkan canda untuk mencairkan suasana. Ya, karena posisi beliau sebagai Menko Polhukam, biasanya setiap acara selalu tegang tapi ketika beliau berbicara maka semuanya akan terasa cair.

Saya masih ingat ketika kejadian gempa di Lombok tahun lalu, ketika itu suasana sangat genting, banyak korban gempa yang berjatuhan. Tanpa basa basi, beliau pun langsung menyisir warga yang ada di Lombok dan melihat keadaan sekitar, padahal beliau sendiri saat itu juga bisa dikatakan sebagai korban dari bencana gempa tersebut. Beliau juga rela turun paling belakang dari lantai 12, demi melihat seluruh peserta yang ada di acara bilateral meeting selamat.

Ketika keadaan sudah cukup membaik, warga bisa dievakuasi, beliau pun kembali ke tempat menginap. Sambil menunggu barang-barang yang ada di kamar yang keadaannya sudah berantakan, beliau pun menghibur para pejabat dan staf dengan candaannya. Sehingga suasana ketakutan yang sebelumnya melanda tiba-tiba mencair.

Saya bingung dengan penilaian banyak orang tentang Pak Wiranto. Padahal mereka bertemu saja tidak pernah apalagi berinteraksi, tetapi dengan mudahnya mereka menuduh, menghina, dan bahkan mendoakan yang tidak sepatutnya. Hal itulah yang kadang-kadang membuat saya kesal.

Bagi saya, Pak Wiranto adalah sosok negarawan sejati. Selama bekerja sama dengannya, tak pernah ada sedikit pun niat dari beliau untuk mencari jabatan. Karena baginya, sudah cukup dengan membantu Presiden untuk kejayaan negeri ini. Beliau adalah Panglima sejati yang seumur hidupnya tak akan pernah bisa berhenti untuk tidak berbuat sesuatu untuk negeri. Saya sangat respect pada beliau.

Jujur awalnya saya pun tidak menyukai beliau. Saya selalu beranggapan bahwa beliau adalah penjahat HAM, namun ternyata anggapan saya itu salah. Waktu itu saya hanya tahu dari satu sisi saja, padahal saya sendiri waktu itu belum pernah bertemu dengan Pak Wiranto. Namun ketika saya bekerja dengannya, saya tahu bahwa beliau bukan seperti itu. 

Banyak orang yang tidak pernah tahu kalau beliau sering mengundang korban pelanggaran HAM seperti kasus Trisakti dan Semanggi untuk bertemu dengannya, dan membantu mereka sebisa mungkin. Terkadang, beliau juga sering mengundang LSM seperti Kontras, Imparsial dan Setara Institute yang tidak suka dengan keberadaannya untuk melakukan dialog, namun justru mereka yang tidak mau hadir. Tidak hanya itu, orang seperti Kivlan Zein yang pernah ingin membunuhnya pun kerap dibantu secara ekonomi oleh Pak Wiranto.

Begitulah kira-kira sedikit curhatan saya sebagai orang yang pernah bekerja dengan Pak Wiranto kurang lebih 3 tahun di Kemenko Polhukam. Terima kasih Pak Wiranto. Pengorbananmu dan kerja kerasmu diharapkan bisa dilanjutkan oleh Menko Polhukam yang baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun