Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Editor - Content writer and editor.

Demen baca dan nulis. Editor di sebuah media kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Piala AFF 2016: Panggung Kebangkitan Timnas dan Sepak Bola Indonesia

19 November 2016   09:48 Diperbarui: 19 November 2016   10:21 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia | sumber: fourfourtwo.com

Usai berkelut dengan masalah sanksi dan pembekuan, pencinta sepak bola di Indonesia akhirnya bisa kembali melihat tim nasional mereka berlaga di ajang internasional. Hari ini tepatnya, Timnas Indonesia bakal menjadi lawan Thailand di partai pembuka Piala AFF 2016. Tentunya tidak hanya saya, para pencinta sepak bola di tanah air merasa lega karena pada akhirnya timnas kebanggaan kita bisa berlaga di ajang sekelas Piala AFF lagi. Memang kejuaraan tersebut hanya mencakup area Asia Tenggara saja, namun soal gengsi jangan lah ditanya.

Indonesia pada dasarnya merupakan Negara yang paling disegani di ajang dua tahunan tersebut. Jika menilik sejarah, bangsa kita merupakan langganan masuk ke final Piala AFF. Dari 10 kali ajang tersebut dilangsungkan, Indonesia masuk babak puncak sebanyak empat kali. Indonesia bahkan masuk babak final sebanyak tiga kali beruntun pada 2000, 2002, dan 2004. Sayangnya, Merah Putih tidak pernah merasakan manisnya gelar juara. Dari empat kali masuk final, empat kali pula Indonesia hanya menjadi runner-up.

Mungkin masih ingat dalam ingatan ketika Indonesia berada dalam momentum yang tepat untuk meraih gelar juara pada 2010. Saat itu Indonesia yang menjadi tuan rumah bersama Vietnam berhasil maju ke babak final, dan menghadapi Malaysia. Dalam perjalanannya timnas kita begitu superior. Pada fase penyisihan grup bersama Thailand, Laos, dan Malaysia, pasukan Alfred Riedl sukses keluar sebagai juara grup. Bahkan Thailand yang begitu ditakuti dibuat tersungkur di Gelora Bung Karno, dan berujung tidak lolos dari fase grup.

Sayangnya gegap gempita momentum yang dimiliki Indonesia tidak dimanfaatkan dengan cara yang benar. Irfan Bachdim dan kawan-kawan takluk di partai final melawan Malaysia, yang di fase grup dihancurkan 5-1 oleh Indonesia. Selepas tahun yang luar biasa itu, sepak bola kita bak mati suri. Prestasi Indonesia di Piala AFF anjlok drastis. Pada Piala AFF 2012 kita tertahan di fase grup, pun pada 2014 kita lagi-lagi tak lolos dari fase grup dengan hanya menempati posisi tiga.

Patut diakui pasca-Piala AFF 2010, kondisi persepakbolaan Indonesia begitu fluktuatif. Kita berurusan dengan dualisme kompetisi, lalu sanksi FIFA, hingga yang baru beres belakangan ini yaitu intervensi pemerintah yang berujung sanksi FIFA lagi. Piala AFF tahun ini jelas bisa jadi momentum untuk kemajuan dan kebangkitan sepak bola kita. Istilahnya, ajang ini merupakan panggung untuk sepak bola kita kembali berbicara, dan gelar juara adalah penebusan atas “dosa” yang sudah dilakukan sepak bola kita di beberapa tahun terakhir.

Dosa apa saja? ya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sepak bola kita kebanyakan ributnya. Sampai-sampai kompetisi domestik pun menjadi korban, dan berujung pada pembekuan. Peringkat FIFA kita juga turun drastis. Jujur saja, tidak ada yang lebih buruk ketika melihat nama Indonesia berada di bawah Malaysia dan Timor Leste dalam peringkat FIFA. Itu adalah sebuah penghinaan secara tidak langsung. Bahkan dalam undian Piala AFF, kita berada di pot non-unggulan.

Meski demikian, saya, Anda, dan semuanya boleh optimistis akan kiprah timnas di ajang tahun ini. Merah Putih dilatih oleh Alfred Riedl, pelatih yang menurut saya tahu betul bagaimana membuat timnas kita mengeluarkan penampilan terbaiknya saat ini. Meskipun masih ada kesan mepet dalam persiapan, Timnas Indonesia cukup matang untuk menghadapi ajang tahun ini. Kita memiliki wajah-wajah baru di dalam timnas senior, dan saya cukup yakin mereka bisa memberikan yang terbaik untuk tim.

Kombinasi senior dan junior di timnas kita juga jadi keuntungan sendiri. Dalam beberapa match persahabatan, penampilan Indonesia tidak lah buruk. Bahkan untuk ukuran Negara yang kompetisi domestiknya dibanned, penampilan kita termasuk oke. Indonesia menjalani empat laga persahabatan pada tahun ini. Dimulai melawan Malaysia, lalu kita melawan Myanmar, dan dua kali berhadapan dengan Vietnam. Zulham Zamrun dan kolega meraih satu kemenangan (vs. Malaysia), dua hasil imbang (Myanmar dan Vietnam), dan satu kali kalah (Vietnam).

Satu hal yang sangat diperhatikan adalah level kebugaran para pemain. Tampil di level internasional bukan perkara mudah dengan level fitness yang kurang baik. Oleh karena itu tiga laga terakhir yang dimainkan dalam waktu dekat sangat membantu untuk memulihkan kembali kebugaran dan menentukan taktik yang tepat. Sejujurnya, saya sendiri memang tidak berharap terlalu muluk timnas kita bisa masuk final dan juara. Namun, hal itu bukan lah hal yang tidak mungkin dicapai sama sekali oleh timnas kita. Ingat, kita berada dalam momentum yang tepat untuk kebangkitan sepak bola tanah air. Tinggal tergantung bagaimana kita bisa memanfaatkan momentum itu sebaik mungkin d Piala AFF 2016 ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun