[caption id="" align="aligncenter" width="800" caption="Sepakan Leon Osman menjadi awal mimpi buruk City "][/caption] Musim lalu kita tahu bahwa marjin delapan poin United disalip oleh City yang memang pada saat itu sedang on fire untuk merebut gelar juara liga untuk pertama kali. Tidak hanya itu, kecerobohan United juga turut membantu si ‘tetangga berisik’ ini sukses menjadikan kota Manchester berwarna biru. Tapi apakah musim ini The Citizen mampu mengulangi kenangan manis musim lalu? Mancini pun tidak terlalu yakin dengan hal itu.
Kekalahan atas Everton pada malam minggu kemarin menjadi tanda Roberto Mancini untuk mengibarkan bendera putih dalam perburuan gelar musim ini. United yang bermain sangat konsisten musim ini memanfaatkan dengan baik peluang untuk memperlebar jarak. Gol Rooney ke gawang Reading dini hari tadi memperlebar jarak mereka menjadi 15 poin.
Banyak yang berpendapat bahwa kurangnya merekrut pemain-pemain topdiawal musim ini menjadi blunder terbesar yang dilakukan manajemen The Citizen.
Kegagalan merekrut Robin van Persie pada transfer awal musim ini harus dibayar mahal oleh The Citizen. Bocah yang ada didalam diri RvP ternyata tidak tergiur dengan guyuran uang pengusaha timur tengah dan akhirya lebih memilih berlabuh ke United. RvP menjelma menjadi sosok pembeda diantara kedua klub. Bahkan hal tersebut begitu terlihat ketika derby Manchester edisi pertama musim ini.
Tapi apakah kegagalan transfer RvP dan sejumlah blunder seputar transfer merupakan satu-satunya faktor meurunnya performa City musim ini? tidak juga. Inkonsistensi para pemain City dalam beberapa pertandingan juga menjadi salah satu faktor pembuat jurang gap poin dengan United begitu jauh. Dari enam pertandingan terakhir di EPL, Tevez cs membukukan catatan 2 menang, 2 kalah, dan 2 seri.
Beberapa pemain bahkan tidak menunjukan nafsu ‘membunuh’ layaknya musim lalu. Kita tahu musim lalu Aguero terkenal sebagai salah satu debutan yang fenomenal. Dari 34 laga ia mencetak 23 gol. Bahkan saking fenomenalnya namanya sudah pasti ada disetiap skuat para pemain Fantasy Premier.
Berbeda dengan musim lalu, musim ini kontribusinya dalam mencetak gol agak tersumbat. Sejauh ini Aguero baru mencetak 9 gol dari 23 penampilan di EPL. Statistik Aguero dalam mengkonversi peluang menjadi gol musim ini juga menurun. Musim lalu ia mampu mengkonversi 23% peluang yang ia dapat menjadi gol, sementara musim ini hanya berkisar 15% (Statistik EPL Index).
Pentolan lini tengah The Citizen, Yaya Toure, yang berperan sebagai midfield dynamo penampilannya tidak begitu se-apik musim lalu. Kontribusinya terhadap lini tengah kurang begitu bisa dirasakan efeknya pada musim ini. Minimnya kreasi lini tengah juga turut berpengaruh terhadap performa permainan City musim ini. Sebelas duabelas dengan Toure, penampilan Joe Hart dibawah mistar tidak se-dahsyat musim lalu. Sejauh ini ia hanya melakukan 44 penyelamatan dengaan rasio penyelamatan 1.69 per laga. Musim lalu, ia melakukan 97 kali penyelamatan dengan rasio penyelamatan 2.55 per laga.
Dengan jarak poin yang cukup jauh Manchester City tidak terlalu berharap banyak untuk mendapatkan gelar kedua secara beruntun musim ini. Sisa sembilan pertandingan membuat City harus berusaha ekstra untuk dapat membalikan keadaan atau setidaknya terus memepet Manchester United hingga akhir. Itupun dengan catatan MU harus terpleset di beberapa pertandingan kedepan.
Sembilan pertandingan, limabelas poin untuk dikejar. United hanya butuh empat kemenangan dan satu seri untuk membawa pulang trofi kembali ke Old Trafford. Mampukah Citizen?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H