[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Robin van Persie melakukan selebrasi gol di menit akhir."][/caption]
Intensnya derby Manchester pada hari minggu kemarin dipastikan membuat sejumlah venue nobar ramai sesak oleh pendukung kedua tim. Bagaimana tidak, sudah bukan rahasia lagi bahwa derby sekelas derby Manchester adalah derby paling ditunggu oleh seluruh fan dari kedua tim yang tersebar diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Besarnya derby ini jelas mengalihkan perhatian kita sesaat dari kisruh sepakbola dalam negeri yang tidak kunjung usai.
Namun saya tidak akan membicarakan keramaian venue nobar ataupun kisruh sepakbola kita yang terancam sanksi, saya akan sedikit membahas soal pertandingan derby Manchester tadi malam dan kans dua tim musim ini. Derby semalam adalah pertemuan ke 164 dalam sejarah kedua klub. Manchester United datang dengan keunggulan tiga poin atas tuan rumah Manchester City. Margin poin yang ketat menambah panas derby karena disatu sisi City bernafsu untuk menyalip United, disisi lain ini merupakan saat yang tepat untuk United melebarkan jarak.
Secara psikologis anak asuh Mancini memang tidak dalam kondisi yang baik. Di Liga Primer form mereka naik turun, di Liga Champions mereka babak belur dihantam tiga juara liga lainnya, bahkan untuk masuk ke Liga Europa saja mereka tidak sanggup. Kondisi berbeda dipihak United, mereka datang dengan status pemuncak klasmen, form di Liga Inggris yang cukup menjanjikan hingga pekan ke 15, hanya saja lini pertahanan mereka begitu rapuh. Sebelum melawan City, 21 kali gawang United dijebol lawan. Jelas memprihatinkan untuk Ferdinand dkk.
Tipikal derby tim satu kota, pertandingan semalam berjalan begitu panas. Apalagi setelah City dibobol dua kali oleh Wayne Rooney yang kembali menemukan sentuhannya dilapangan. Mancini jelas kebakaran jenggot dipinggir lapangan, rekor tak terkalahkannya di kandang sendiri terancam terhenti.
Seperti biasa permainan ciamik United di babak pertama tidak menular dibabak kedua. Mereka lebih banyak kehilangan bola, meskipun memang sesekali serangan balik dilancarkan Rooney dkk. Alhasil City sukses memperkecil kedudukan menjadi 1-2 melalui Yaya Toure yang membuat penyelamatan gemilang De Gea sebelumnya berakhir sia-sia. Dan Zabaleta dengan tendangan first timenya yang sukses merobek gawang De Gea pada menit 86 membuat Mancini jingkrak-jingkrak seperti baru memenangkan undian makan malam bersama Sharuk Khan.
Satu poin di depan mata, City mulai menurunkan tempo. United tetap gencar menekan dari sisi kanan, Clichy yang sejak awal ketar-ketir menghadapi Valencia dan Rafael tidak bisa berbuat banyak. Namun bukan Clichy yang menyebabkan tendangan bebas diujung pertandingan itu, tetapi Tevez. Mancini yang menonton pertandingan Pacquiao-Marquez sebelum derby, kembali teringat akan pukulan straight Marquez yang membuat KO sekaligus meruntuhkan rekor unbeaten Pacquiao.
Robin van Persie dengan mantap melepaskan tendangan mengarah ke tiang jauh, Hart tidak mampu menjangkaunya, United menang. Tidak bisa dipungkiri betapa indahnya lengkungan pemain Belanda ini. Terlepas dari risiko untung-untungan, Van Persie mengambil keputusan tepat untuk melepaskan tembakan daripada mengoper bola. Mungkin rasanya tidak sesakit pukulan straight yang diterima Pacquiao, namun Mancini yakin gol di menit akhir injury time merupakan hal yang serupa dengan pukulan straight itu tetapi dengan cara penyampaian yang berbeda.
Kemenangan di derby ini otomatis melambungkan asa punggawa Manchester United untuk menatap gelar musim ini meskipun masih banyak pertandingan kedepannya. Untuk City sebaliknya, margin enam poin dari United sebenarnya bukan jurang besar untuk tetap menjuarai Liga Primer akhir musim.
Betapa beruntungnya United memiliki Robin van Persie yang sejauh ini sudah mencetak 14 gol di seluruh kompetisi. Kontribusi mantan pemain Arsenal ini sangat terasa, sehingga United sangat bertumpu padanya di setiap pertandingan. Duetnya dengan Rooney juga merupakan duet yang baik sejauh ini. Namun jika barisan pertahanan United yang keropos itu tidak segera dibenahi, akan sangat berpengaruh untuk anak asuh Fergie mengarungi sisa pertandingan musim ini.
Sementara Manchester City performanya cenderung menurun. Silva dan Aguero tidak se-lincah musim lalu. Yaya Toure sebagai midfield dynamo mereka pun performanya menurun. lini tengah City yang trengginas dimusim lalu, tidak dijumpai musim ini. Mancini jelas tidak bisa terus mengandalkan hokinya Dzeko yang sukses menjadi super sub di beberapa pertandingan. Mereka butuh mengembalikan konsistensi permainan.
Tapi terlepas dari kelebihan dan kekurangan kedua tim asal Manchester ini, keduanya dipastikan akan sengit dalam perebutan gelar musim ini. Seperti musim lalu, kemungkinan kejar mengejar poin hingga akhir musim tetap terbuka. Kita tunggu saja siapa yang akhirnya nanti akan berakhir di puncak klasmen, Biru atau Merah? We’ll see.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H