Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita harus punya napas panjang untuk merenung panjang demi sebuah tulisan bagus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah untuk Andi

10 Juli 2023   11:40 Diperbarui: 10 Juli 2023   11:54 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Siapa yang bisa bikin anak ibu jatuh cinta, pasti orangnya bagus." Ibu menimpali yang membuat hatiku melambung.

Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu tiba. Aku sudah prima dengan riasan tebal, tak lupa memakai giwang baru. Aku mengenakan kemeja putih yang sudah kusetrika rapi dengan rok biru donker yang merupakan dresscode murid perempuan untuk acara ini. Kami duduk dengan tertib ketika diumumkan siapa yang jadi juara untuk angkatan kami. Andi meraih juara ketiga dan aku bertepuk tangan keras ketika ia maju ke pentas. 

Band hiburan sedang bersiap-siap akan tampil dan aku lekas menghampiri Andi yang baru turun dari pentas bersama para juara yang lainnya. Orang tua Andi kebingungan ketika aku menyela percakapan mereka. Aku gemetaran, tapi aku tetap memberanikan diri melaksanakan rencanaku. Aku menyodorkan kotak berisi coklat yang kubuat dengan susah payah. Kusebut juga akhirnya,

"Aku suka kamu, Andi...Maukah jadi pacarku?"

Seperti perhitunganku, seisi gedung sontak riuh. Semua kaget dan geli melihat tingkahku yang terlalu berani menyatakan perasaan di tengah-tengah acara resmi sekolah. Guru-guru yang ingin menertibkan keadaan agar kembali ke susunan acara, memberiku peluang sebentar untuk mendengar jawaban Andi.

Seketika semua terdiam, perhatian sepenuhnya terletak padaku dan Andi. Kami semua greget akan apa jawaban dia. Kulirik, teman-temanku dan ibu sedang memanjatkan doa. Andi menghela napas panjang,

"Aku tersentuh, Inggrid. Tapi maaf, aku sudah punya pacar..."

Suara mengeluh terdengar dari keramaian. Orang tua Andi juga terlihat kasihan padaku. Aku menelan kekecewaanku dan meyakinkan aku tak apa-apa. Aku berharap ia memakan coklat buatan tanganku dan ia segera menggigitnya di depanku, "Agak pahit ya." Komentarnya meskipun ia menghabiskannya.

Mei 2022, hari yang akan kukenang sepanjang hidupku. Meskipun aku tak pernah memilikimu, aku senang kau tahu perasaanku agar aku bisa bebas maju ke depan dalam petualangan cintaku yang baru. Aku akan menemukan sosok lelaki yang membalas cintaku, ini bukanlah akhir untukku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun