Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita harus punya napas panjang untuk merenung panjang demi sebuah tulisan bagus.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku Novel Sapardi Djoko Damono "Sunyi Adalah Minuman Keras"

3 Juli 2023   15:17 Diperbarui: 3 Juli 2023   15:33 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku ini sangat tipis jadi cocok bagi pembaca yang kurang suka membaca buku novel terlalu tebal. Tapi tipis bukan berarti tak berkualitas ya. Malah karena ringkasnya novella ini, kesan yang ingin disampaikan almarhum jadi lebih terasa. 

Aku suka kagum dengan kepiawaian penulis seperti Sapardi Djoko Damono dan Joko Pinurbo yang mampu merangkai kata agar kegiatan paling generik seperti berselancar internet jadi memiliki nuansa puitis tapi cerkas khas Indonesia. 

Ini sulit dilakukan, tentu saja, menilik rasa bahasa Indonesia itu sendiri yang cenderung enak dipakai ucapan mendayu-dayu. Bahkan di semua bahasa, membuat kegiatan internet sebagai sesuatu yang romantis memerlukan usaha ekstra. Atau mungkin ini hanya pendapatku pribadi saja. 

Buku karangan Pak Sapardi terinspirasi dari renungan beliau sendiri tentang kematiannya. Dan tokoh Rara adalah karakter khayalannya yang ingin diajaknya mengunjungi makamnya di dalam cerita. 

Pola pikir Pak Sapardi sungguh menarik, dan ini juga ada bumbu pola pikir filsafati tentang waktu yang memperkuat suasana melankolis cerita. Sebagai penulis kondang, pastilah melahap berbagai macam buku agar bisa produksi rangkaian kata penuh bobot dan makna. Psikologi dan filsafat memang selalu dekat dengan wilayah sastra.

Buku 'Sunyi Adalah Minuman Keras' juga sebuah cerita yang kuat justru karena rangkaian kata sangat puitis yang sengaja dibuat ringkas, sehingga usai membacanya suasana buku ini terus terngiang-ngiang di hati. 

Mungkin juga sebagai dominan penggubah puisi, Pak Sapardi ingin mengungkapkan makna dalam format lebih panjang tapi tetap cenderung pola-pola ide genre puisi. Tokoh Rara bisa diumpamakan anima(sisi perempuan) dari jiwa Pak Sapardi yang diajaknya berdialog menjelang beliau meninggal. 

Tokoh utamanya juga diceritakan sebagai seorang penulis tapi lebih modern. Kukira kemampuan merangkai kata menjelaskan sebuah adegan yang telah disusun sedetil mungkin agar runtut tapi tetap membuat pembaca tenggelam dalam suatu nuansa menyentuh adalah keterampilan yang perlu waktu lama untuk diasah. Dan Pak Sapardi yang merupakan narator ceritanya, juga menyisipkan sifatnya sebagai tenaga pendidik dari sudut pandangnya menceritakan tokoh Rara. 

Rasanya beliau tak lupa kalau banyak pembaca sastra adalah calon penulis makanya writing voicenya enak untuk dipelajari. Buku ini merupakan koleksi yang memberiku banyak pencerahan hati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun