Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita harus punya napas panjang untuk merenung panjang demi sebuah tulisan bagus.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Guna Musik Untuk Perkembangan Emosional

8 Oktober 2022   09:17 Diperbarui: 8 Oktober 2022   09:55 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku cukup suka mendengar lagu. Ini adalah hobi banyak orang. Mendengar sebuah melodi bisa memicu perasan tertentu di tiap orang. Mendengarkan musik adalah salah satu cara mengelola stres. Kok bisa ya?

Musik yang bagus adalah produk yang dibentuk dari pengalaman universal perasaan manusia. Penggubah musik profesional sengaja mencipta frekuensi irama yang saat didengarkan audiens menimbulkan reaksi emosional yang katarsis. Suasana yang dibuat didalam musik bisa menjadi medium iklan negara(dengan pemakaian alat musik tradisional), penyampaian sentimen politik(dengan susunan lirik mengena), meski musik secara fundamental adalah salah satu alat untuk menenangkan hati manusia.

Musik telah ada semenjak zaman purba. Bermula dari kebiasaan para manusia gua yang mengelilingi api dan melakukan ritual sambil meniup seruling dari tulang binatang. Telah banyak perubahan musik dari masa ke masa. Musik yang sedang trendy adalah representasi perkembangan teknologi di masanya. Semisal ketika acara orkestra masih merupakan hiburan mainstream, biola cuma pakai senar cat gut dan piano belum ada modifikasi pedalnya. 

Nyanyian indah sekarang mudah ditiru teknologi dengan aplikasi autotune. Bahkan semua bunyi instrumen sekarang ada rekaman aplikasinya. Walaupun peminat musik asli masih banyak lebih pada values apresiasi. Modernitas yang mampu produksi massal instrumen memberikan kesempatan berseni bagi rakyat, tak hanya kaum kaya saja. Adapun di masa kini, teknologi telah mendorong bermunculan jauh lebih banyak genre musik dan ekspresi emosional serta produk kreatifitas. 

Musik adalah komponen penting untuk pendidikan emosional. Musik mengajarkan kontrol diri, koordinasi sosial, dan empati. Dengan memerhatikan ritme musik bakal melatih kepekaan perasaan dan sensitifitas dalam bersosialisasi. Ditambah lagi apabila menekuni sebuah instrumen musik, yang banyak asosiasinya dengan kontrol diri ketika berupaya menghasilkan bebunyian yang menarik. Mengekspresikan diri melalui membuat musik adalah salah satu cara mendidik jeli mengenali pola perasaan manusia hingga mengasah emotional quotient(kemampuan introspeksi diri, memengaruhi secara emosional, dan taktik bersikap sosial) . Emotional quotient punya reputasi dinomorduakan dibandingkan intellectual quotient padahal balans antara kedua aspeklah yang menjadi kunci kesuksesan.

Kuharap industri musik Indonesia bakal maju dan lebih banyak memproduksi musik berkualitas sebab representatif suara yang mengandung unsur prinsip dan suasana tanah air bakal membantu rakyat untuk lebih membumi dan cinta negara. Walaupun aku tetap terbuka mendengarkan berbagai genre musik dengan bertujuan self healing dikala senggang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun