Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita menyelam dalam nyari sesuatu dan keluar air untuk napas lalu nyelam lagi. Jadi daripada bakat mari kita sebut nulis itu keterampilan yang mungkin sekali untuk dilatih tiap hari

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Asmanadia

23 September 2022   09:44 Diperbarui: 23 September 2022   09:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Asmanadia piawai merangkai kata yang romantis tapi ringan serta menyisipkan pesan moral khas Indonesia di tiap karya novelnya. Wajar saja novelnya sering diangkat ke medium visual di Indonesia dengan pesan universal dari seni Asmanadia. Sebagai seniman Asmanadia tidak neko-neko, karya tulisnya taat pada kaidah tata bahasa sini tanpa menjadi baku dan membosankan. Pun Asmanadia banyak melakukan permainan di alur luwes tutur kata(kelihatan kerja kerasnya mencapai alur luwes bermakna tersirat ciri khas Asmanadia) yang mudah menangkap atensi pembaca hingga pesannya mudah dicerna. Contohnya kisah favorit saya Love Sparks in Korea ada sulaman tulisan berpesan agar peduli terhadap kaum janitor yang bisa muncul secara alami saja diantara susunan kata petualangan cinta tarik ulur tokoh utama gadis berhijab dengan tokoh lelaki Korea.

Dalam ceritanya yang paling diminati audiensnya yakni Surga Tak Dirindukan, ia juga menanamkan pesan 'jangan berhenti berjuang' dengan penokohan kehidupan salah satu karakternya yang diterpa banyak musibah tapi bisa maju. Ia bahkan bisa membungkus kisah paling sedih secara estetik dengan jeli selera Indonesia. Sebagai produk hiburan yang sarat dakwah Islam modern, Asmanadia berhasil menyampaikan maksudnya yang mampu diserap pembaca. Salah satu teknikal menulis Asmanadia adalah dengan sering-sering mendengarkan keluhan hati fansnya yang bernasib sial lalu mengupas intisari kronologis cerita tanpa membeberkan aib siapapun. Ini agar tulisan terasa hidup dan bisa dipercaya pembaca, selain mampu merangkai prosa yang rapi dan mengalir.

Kepenulisan fiksi sering dianggap mudah karena terkait berkhayal saja padahal banyak aspek rumit hiburan dari novel hingga menyanyi yang bijak menyikapi daya perhatian manusia yang dalam sains adalah ilmu otak yang tinggi sekali kajiannya.

Asmanadia, sebagai salah satu penulis hebat dari Indonesia patut menjadi panutan perempuan dimana-mana. Tak hanya dalam berkesenian seorang diri, ia juga berkecipung di beragam bisnis contohnya membangun publishing house sendiri. Darah seninya bergejolak melihat seniman-seniman baru yang perlu dipoles. Iapun juga membantu mendirikan Forum Lingkar Pena yang merupakan asosiasi penulis Indonesia dimana para penggemar buku bisa saling berbagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun