Mohon tunggu...
Nidiyah Aini
Nidiyah Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA I PRODI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS I NIM 43223010002

Mata kuliah: Pendidikan Anti Korupsi Dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito S.E.,AK.,M.SI., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemampuan memimpin diri dan upaya pencegahan korupsi, dan etik: keteladanan mahatma gandhi

18 Desember 2024   12:42 Diperbarui: 18 Desember 2024   12:42 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Dokpri Prof Apollo
Dokpri Prof Apollo

Pendahuluan

Korupsi adalah salah satu permasalahan serius yang dapat merusak tatanan sosial, politik, dan ekonomi sebuah negara. Di Indonesia, korupsi masih menjadi tantangan besar yang merusak kepercayaan publik terhadap pemerintahan dan institusi. Tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga menciptakan ketidakadilan dan memperburuk kesenjangan sosial. Mencegah korupsi bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga anti-korupsi, tetapi juga tugas setiap individu. Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri dan menjadikan etika sebagai panduan dalam menjalani kehidupan dan karir. Salah satu teladan terbaik dalam hal ini adalah Mahatma Gandhi.

Gandhi bukan hanya pemimpin yang berhasil memimpin India menuju kemerdekaan dari penjajahan Inggris, tetapi juga seorang pemimpin yang mengedepankan integritas, moralitas, dan keteladanan dalam setiap tindakan. Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana saya mengubah diri saya menjadi agen perubahan dalam pencegahan korupsi dan pelanggaran etik dengan menjadikan keteladanan Mahatma Gandhi sebagai pedoman dalam perjalanan hidup dan karir saya.

Mahatma Gandhi: Pemimpin India yang Mendunia

Mahatma Gandhi, lahir dengan nama Mohandas Karamchand Gandhi pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, Gujarat, India, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah India dan dunia. Ia dikenal sebagai pemimpin utama dalam perjuangan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris. Namun, warisannya lebih dari sekadar perjuangan politik, karena Gandhi juga dikenal karena filosofi hidupnya yang mengedepankan prinsip ahimsa (tanpa kekerasan) dan satyagraha (perlawanan dengan kebenaran).

Pendidikan dan Perjalanan Awal

Gandhi berasal dari keluarga pedagang yang cukup terpandang. Ia melanjutkan studi di Inggris untuk menjadi pengacara dan setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja di Afrika Selatan pada tahun 1893. Di sana, ia mengalami langsung diskriminasi rasial terhadap orang India, yang membentuk pandangannya tentang ketidakadilan sosial. Gandhi mulai mengorganisir perlawanan terhadap kebijakan diskriminatif pemerintah kolonial Inggris di Afrika Selatan dengan menggunakan metode non-kekerasan.

Kembali ke India dan Perjuangan Kemerdekaan

Pada 1915, Gandhi kembali ke India dan mulai terlibat dalam perjuangan kemerdekaan India. India saat itu berada di bawah penjajahan Inggris, dan rakyat India hidup dalam kemiskinan dan penindasan. Gandhi mengembangkan strategi perlawanan yang unik dengan menekankan prinsip non-cooperation (non-kooperasi) terhadap pemerintah Inggris, termasuk dengan memboikot barang-barang Inggris dan menolak bekerja sama dengan otoritas kolonial.

Pada 1919, setelah Inggris memberlakukan Rowlatt Act yang memberi kekuasaan lebih kepada pemerintah kolonial untuk menahan orang India tanpa peradilan, Gandhi meluncurkan Non-Cooperation Movement. Gerakan ini berhasil mengumpulkan jutaan orang untuk menentang kebijakan tersebut dengan cara damai, namun sering kali berakhir dengan kekerasan. Gandhi merasa sangat terpukul dengan peristiwa kekerasan tersebut dan sejak saat itu semakin menekankan pentingnya ahimsa---perlawanan tanpa kekerasan.

Salt March dan Perlawanan Tanpa Kekerasan

Salah satu momen paling ikonik dalam perjuangan Gandhi adalah Salt March pada 1930. Pemerintah Inggris memberlakukan pajak tinggi terhadap garam, yang merupakan kebutuhan pokok. Gandhi memimpin perjalanan sejauh 386 kilometer menuju pantai Dandi untuk memproduksi garam secara ilegal sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tersebut. Gerakan ini tidak hanya menggugah kesadaran rakyat India, tetapi juga menarik perhatian dunia terhadap perjuangan kemerdekaan India.

Filosofi Satyagraha dan Ahimsa

Dua prinsip utama yang diajarkan Gandhi adalah satyagraha dan ahimsa. Satyagraha mengacu pada perlawanan terhadap ketidakadilan melalui keteguhan pada kebenaran dan non-kekerasan. Gandhi meyakini bahwa kekuatan moral dan kebenaran lebih kuat daripada kekuatan fisik. Ahimsa, di sisi lain, adalah prinsip tanpa kekerasan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam tindakan, perkataan, maupun pikiran.

Warisan dan Keteladanan

Mahatma Gandhi meninggal pada 30 Januari 1948, setelah dibunuh oleh seorang ekstremis Hindu. Meskipun demikian, warisannya sebagai pemimpin yang mengedepankan moralitas, keadilan, dan perdamaian tetap hidup. Gandhi mengajarkan bahwa perubahan sosial yang signifikan bisa dicapai dengan cara damai, tanpa kekerasan, dan dengan mengedepankan kebenaran.

Perjuangan Gandhi tidak hanya membebaskan India dari penjajahan Inggris, tetapi juga memberi inspirasi bagi gerakan hak asasi manusia di seluruh dunia. Prinsip-prinsipnya terus menginspirasi berbagai gerakan perjuangan tanpa kekerasan, seperti yang dilakukan oleh Martin Luther King Jr. di Amerika Serikat dan Nelson Mandela di Afrika Selatan.

Kesimpulan

Mahatma Gandhi adalah pemimpin yang luar biasa tidak hanya karena perannya dalam perjuangan kemerdekaan India, tetapi juga karena prinsip-prinsip etika dan moral yang ia pegang teguh sepanjang hidupnya. Dengan menggunakan kekuatan non-kekerasan dan prinsip kebenaran, Gandhi mengajarkan dunia bahwa perlawanan terhadap ketidakadilan bisa dilakukan dengan cara yang damai, penuh kasih sayang, dan tanpa kekerasan. Keteladanan Gandhi dalam memimpin dengan hati yang bersih dan penuh integritas memberi inspirasi bagi perjuangan sosial di seluruh dunia hingga saat ini.

Kemampuan Memimpin Diri dan Pentingnya Pengendalian Diri dalam Pencegahan Korupsi

Kemampuan memimpin diri (self-leadership) adalah kunci utama dalam pencegahan korupsi. Hal ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengelola, mengendalikan, dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan yang lebih besar. Dalam konteks pencegahan korupsi, kemampuan untuk memimpin diri sendiri menjadi sangat penting. Banyak kasus korupsi bermula dari kegagalan individu dalam mengendalikan hawa nafsu dan keinginan pribadi yang akhirnya merugikan banyak pihak.

Dalam perjalanan hidup saya, saya menyadari bahwa kemampuan memimpin diri adalah hal yang fundamental. Saya pernah berada dalam situasi yang menguji integritas saya, namun saya selalu berusaha untuk mengingat prinsip-prinsip yang saya yakini dan menahan diri dari godaan untuk mengambil jalan pintas. Salah satu prinsip utama yang saya pelajari dari Mahatma Gandhi adalah pentingnya pengendalian diri. Gandhi selalu mengajarkan untuk mengendalikan pikiran dan emosi agar tidak terjerumus dalam tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral.

Gandhi menekankan pentingnya ahimsa (tanpa kekerasan) dalam setiap aspek kehidupan, yang berarti tidak hanya menghindari kekerasan fisik, tetapi juga menghindari kekerasan dalam bentuk lain, seperti tindakan curang, penipuan, atau pelanggaran etik. Dalam hal ini, saya berusaha untuk tidak terlibat dalam praktik-praktik yang dapat merugikan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya belajar untuk menghadapi setiap godaan dengan cara yang bijaksana dan penuh pengendalian diri, sebagaimana Gandhi mengajarkan prinsip hidup sederhana dan penuh integritas.

Upaya Pencegahan Korupsi Melalui Keteladanan

Salah satu aspek penting yang dapat diambil dari kehidupan Gandhi adalah bahwa seorang pemimpin yang baik harus menjadi contoh bagi orang lain. Gandhi mengajarkan bahwa kepemimpinan tidak hanya berbicara tentang teori atau retorika, tetapi juga tentang keteladanan dalam tindakan sehari-hari. Pemimpin harus menunjukkan integritas dan moralitas yang tinggi, dan hal ini sangat relevan dalam konteks pencegahan korupsi.

Dalam perjalanan karir saya, saya selalu berusaha untuk menjadi contoh dalam hal kejujuran dan transparansi. Saya memahami bahwa meskipun kita memiliki kekuasaan atau posisi tertentu, keputusan yang kita ambil harus selalu didasarkan pada prinsip keadilan dan kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi. Gandhi mengajarkan bahwa kekuasaan yang digunakan untuk kepentingan pribadi akan merusak bukan hanya individu tersebut, tetapi juga seluruh masyarakat. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk mengambil keputusan yang adil dan tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau kelompok.

Pencegahan korupsi tidak hanya dimulai dari kebijakan pemerintah atau institusi, tetapi juga dari perilaku individu. Saya meyakini bahwa perubahan yang signifikan dalam masyarakat dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai agen perubahan, saya berusaha untuk menginspirasi orang-orang di sekitar saya untuk selalu bertindak dengan integritas dan tidak terlibat dalam tindakan yang dapat merugikan orang lain. Saya selalu menekankan pentingnya kejujuran, transparansi, dan pertanggungjawaban dalam setiap tugas yang saya jalankan.

Etika dan Kepemimpinan: Keteladanan Mahatma Gandhi

Etika adalah landasan utama dalam kepemimpinan yang berkelanjutan. Seorang pemimpin yang beretika tidak hanya peduli pada hasil yang ingin dicapai, tetapi juga pada cara ia mencapai hasil tersebut. Dalam hal ini, Mahatma Gandhi menjadi contoh utama bagaimana etika dan kepemimpinan berjalan seiring. Gandhi tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan India, tetapi juga berjuang untuk keadilan sosial, kesetaraan, dan kebenaran. Prinsip satyagraha (perlawanan dengan kebenaran) yang ia ajarkan mengajarkan kita bahwa kebenaran harus selalu menjadi dasar dalam setiap tindakan kita, bahkan ketika itu tidak populer atau sulit untuk dijalani.

Sebagai seorang yang bekerja dalam dunia profesional, saya selalu berusaha untuk mengedepankan etika dalam setiap aspek pekerjaan saya. Saya percaya bahwa sebagai agen perubahan, saya harus selalu bertindak dengan transparansi, tidak menyembunyikan informasi, dan selalu bertanggung jawab atas keputusan yang saya ambil. Etika adalah kompas yang membantu kita untuk tetap berada di jalur yang benar, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan dan tantangan.

Gandhi juga mengajarkan pentingnya kesederhanaan dalam hidup. Kesederhanaan bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal pikiran dan tindakan. Sebagai agen perubahan, saya mencoba untuk hidup sederhana dan tidak terjebak dalam gaya hidup yang berlebihan. Ini membantu saya untuk tetap fokus pada tujuan yang lebih besar dan tidak tergoda untuk mencari keuntungan pribadi yang dapat merusak integritas saya.

Mengubah Diri Menjadi Agen Perubahan dalam Pencegahan Korupsi

Mahatma Gandhi mengajarkan bahwa perubahan yang signifikan dimulai dari diri kita sendiri. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga yang saya terapkan dalam hidup saya. Untuk menjadi agen perubahan dalam pencegahan korupsi dan pelanggaran etik, saya harus terlebih dahulu mengubah diri saya. Saya mulai dengan memperkuat integritas pribadi, mengendalikan diri, dan selalu berpegang pada prinsip moral yang benar.

Beberapa langkah yang saya ambil untuk mengubah diri saya menjadi agen perubahan dalam pencegahan korupsi adalah:

  1. Mengembangkan Integritas Pribadi
    Saya selalu berusaha untuk bersikap jujur dalam segala hal, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Integritas adalah fondasi yang kokoh bagi setiap tindakan yang saya lakukan. Saya memahami bahwa keputusan yang saya ambil akan mempengaruhi orang lain, dan saya harus bertanggung jawab atas dampaknya.

  2. Menjaga Transparansi dan Pertanggungjawaban
    Dalam pekerjaan saya, saya selalu memastikan bahwa setiap keputusan yang saya ambil dapat dipertanggungjawabkan. Transparansi adalah kunci untuk mencegah korupsi dan memastikan bahwa tidak ada tindakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

  3. Mengedepankan Etika dalam Setiap Tindakan
    Saya selalu berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang saya lakukan, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi, sesuai dengan prinsip etika yang saya yakini. Ini mencakup kejujuran, rasa tanggung jawab, dan pengabdian kepada kepentingan bersama.

  4. Berani Menyuarakan Ketidakadilan
    Seperti yang diajarkan oleh Gandhi, saya belajar untuk berani menyuarakan ketidakadilan dan memperjuangkan kebenaran. Saya tidak takut untuk mengungkapkan pelanggaran etik atau tindakan yang merugikan orang lain, meskipun itu berarti menghadapi risiko atau tantangan.

  5. Mengedukasi Orang Lain tentang Etika dan Korupsi
    Sebagai agen perubahan, saya merasa penting untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman saya dengan orang lain, terutama dengan generasi muda. Saya sering berdiskusi dengan kolega dan teman-teman tentang pentingnya integritas dan kejujuran dalam setiap aspek kehidupan.

Penutup

Mahatma Gandhi mengajarkan kita bahwa perubahan dimulai dari diri kita sendiri. Jika kita ingin menciptakan masyarakat yang bebas dari korupsi dan pelanggaran etik, kita harus memulai dengan memperbaiki diri kita sendiri. Dengan mengembangkan kemampuan memimpin diri, menjaga integritas, dan selalu berpegang pada prinsip etika yang benar, kita dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat.

Keteladanan Gandhi dalam hal etika, integritas, dan perjuangan tanpa kekerasan menjadi sumber inspirasi yang tak ternilai bagi saya. Sebagai individu yang berusaha untuk selalu menjalani kehidupan yang jujur dan berintegritas, saya berkomitmen untuk terus belajar dan mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkan oleh Gandhi dalam perjalanan hidup dan karir saya, serta berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan bebas dari korupsi.

Daftar Pustaka

  1. Gandhi,Mahatma. The Story of My Experiments with Truth. Navajivan Publishing House, 1927.
  2. Murni, Dwi. Pencegahan Korupsi Melalui Pendidikan Karakter. Jakarta: Penerbit Alfabeta, 2018.
  3. Situmorang, Silvester. Pencegahan Korupsi dalam Perspektif Etika dan Integritas. Bandung: Rosda, 2020.
  4. Lukito, Y., & Setiawan, D. Korupsi, Integritas, dan Perubahan Sosial. Jakarta: Penerbit Kompas, 2022.
  5. Setiawan, R. Mahatma Gandhi dan Prinsip Kepemimpinan Tanpa Kekerasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun